44 Tahun KKSS, Sinergi untuk Negeri

0
890

Kolom Jumrana Salikki

44 tahun KKSS (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan) hadir, berdiri, membesar, bertebaran, memintal, menjelujur, merajut, untaian, alur demi alur ditelusur di tengah teriknya mata hari, dahsyatnya gelombang, ganasnya hutan, teriringi dengan baik di bumi pertiwi dan menerabas sekat antar negara ke mana kaki para rantau asal Sulawesi Selatan hendak berlabuh.

Pasar, laut/tepi laut, hutan, apalah arti kota adalah tempat passompe/pasombala -perantau bermukim. Teppada Lao Teppada upe’. Sezi sebutlah namanya, yang tentu sebagai passompe tersandung langkahnya tak berdaya akibat Covid-19, lalu sakit stroke di rantau seputaran Bogor Sukabumi. Ia enggan menyebut siapa dirinya. Atawa di kepalanya sudah terpatri sekali layar berkembang pantang surut ke pantai. Butuh kelihaian tersendiri untuk mengorek siapa, dari mana, dll.

Apa pun caranya, kerja tim kemanusiaan/tanggap bencana, KKSS Kabupaten Bogor, pilar Bulukumba, pilar Gowa bahu membahu akhirnya mengetahui identitas warga KKSS tersebut. Lalu dipulangkan ke kampung halamannya tanah Ogi Butta Panrita Lopi. PIlihan berat tapi terbaik. Pulang bukan berarti kalah, tapi bagaimana pulang untuk menata nafas di masa pandemi ini.

Terekam di bawah alam sadar teman- teman KKSS Kabupaten Bogor, Baho Je’ne dkk, berpulangnya A Akbar di kontrakannya di bilangan Bogor karena ketidakberdayaan ekonomi. Beberapa hari kemudian baru diketahui akan kepulangannya. Sekalipun ini bukan kesalahan pengurus KKSS, karena almarhum telat teridentifikasi.

Pandemi ini ada banyak kegetiran bagi warga. Tak sanggup teriak. Ketidakberdayaan untuk menyambung nafas akibat dibalut rasa malu adalah sebuah nestapa pahit yang harus ditelan bulat-bulat. Itulah seuntai kisah dari teropong kondisi warga KKSS yang tak mampu berpijak ke bumi di masa pandemi ini. Mungkin banyak Akbar lainnya yang senasib di luar sana.

Siri’ adalah budaya malu yang umumnya dipegang bagi warga KKSS yang sejatinya tidak mesti terletakkan pada situasi sulit seperti ini yaitu membuka diri bahwa juga ikut terdampak. Tapi inilah realita sosial di kita. Maka itu, bagi pengurus terutama BPD, cabang bahkan ranting KKSS dan terkhusus Pilar, harus tidak lelah menelisik, menelusur para anggotanya jangan sampai ada yang terlewat seperti kasus A Akbar. Termasuk juga di masyarakat, lingkungan sekitar di mana bermukim. Bagi KKSS, di mana bumi di pijak, di situ langit dijunjung. Terdepan memberi harapan dan hamparan kebaikan.

Entah di usia 44 tahun KKSS sekarang ini. Di mana pada kepemimpinan Muchlis Patahna bencana Covid 19 ini menggoncang dunia. Apakah ini juga jawab dari yang Kuasa untuk ia ditasbihkan menahkodai KKSS yang merupakan salah satu paguyuban kedaerahan yang solid di Republik ini.

Satu tahun masa kepengurusan. Kepemimpinan KKSS pusat hingga daerah begitu gendang dibunyikan dari Jakarta, gaungnya dahsyat hingga daerah dan ranting. Hampir tiada kendala dalam gerak kerja BPP tertangkap hingga ke daerah, bahkan luar negeri. Gerakan KKSS Peduli itupun dinamis, ada yang lincah dan ada yang suam. Ini juga teramati bagaimana situasi kepemimpinan dan ekonomi lokal setempat.

Paling tidak, KKSS peduli bergerak serentak di seantero bumi pertiwi meruangkan uang puluhan milyar, telah memberikan pengharapan, welas kasih baik sesama rantau asal Sulawesi Selatan maupun pada masyarakat setempat, di mana secara langsung telah mengurai benang kusut lalu menjahit yang sobek.

Bukan hanya bicara siapa pemberi, siapa penerima, berapa angka dan seterusnya. Tetapi KKSS telah membangun harmoni kebangsaan bagi anak negeri. Mappasilele dari yang berpunya ke yang berbutuh menghasilkan sebuah senyum, tawa dan bahkan air mata dari apa yang terberi. Sesungguhnya bagi berpunya sungguh tak ada nilai. Tapi yang terterima adalah harapan tatap masa datang bahwa hidup tak sendiri. Ada saudara yang namanya KKSS. Di mana ia ada, di situ ada kemanfaatannya.

Karena sesungguhnya itulah yang menjadi pembeda. Di KKSS ada Bahagia dan Bahagia.

Rajutan sosial kemanusiaan menggelinding begitu rupa, apalagi di tengah masifnya sosmed lebih termudahkan. Bangunan kekeluargaan yang nyaris runtuh terduduk hampir di tempat semula. Membangun harmoni kebangsaan sesama anak bangsa. Di mana KKSS telah memberi harapan masa depan. Terdepan dalam merawat harmoni kebangsaan ke depan.

Tentu di usia 44 tahun ini, KKSS semakin molek dan sensual untuk didekati semut- semut di luar sana. Tapi bagaimana di kita terutama pengurusnya tetap berada pada posisi yang sesungguhnya, KKSS tetap.menjadi rumah besar, tempat nyaman bagi warganya, juga tempat berteduh bagi masyarakat lainnya terutama yang sebangsa dan setanah air.

Justru ke depan, tantangan akan lebih. Kuatnya ikatan sosial kebatinan dan kekeluargaan dari Sulsel menjadi bagian yang terpenting, bukan hanya di sosial, budaya, kemanusiaan dan ekonomi, tapi juga di seluruh bidang lainnya. Termasuk penguatan idiologi Pancasila dan menjadi perisai dalam mewujudkan keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Toddo Puli. Penjaga marwah bumi pertiwi, penjaga tapal batas pulau dan negara. Dan tak akan pernah terhinakan akan ditindak apalagi ditindas di atas bumi republik yang sama kita cintai.

Ada pesan taumatoatta/tau toata bahwa kabara’ madecengmi utajeng. Rampe kabajikanji kupiso’nai (hanya kabar kebaikan/kebajikan yang dinanti). Pangkat, jabatan adalah aus jika tak memberi muatan kemanfaatan kebaikan pada sesama. Ada rasa rindu pada frasa, ada tongeng, pau tongeng, ampe deceng.

Bahwa konsistensi dalam berucap, berkata dan bertindak adalah keutamaan.

Atau inikah juga teguran dari Yang Kuasa bahwa polesan, balutan dan segala citra, tiadalah arti hari ini karena semua akan ditutup, tapi bagaimana imun terjaga. Bahagialah setiap saat dan berserahlah pada yang Kuasa di mana setiap saat hendak memanggil.

Adalah hari ini 12 November 2020 di Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, di mana tokoh dan pejuang ditidurkan selamanya. Di bawah alam sadar kami yang hendak menapak ke nisan pendahulu. Ternyata semua menyebut nama Baharuddin Lopa.

Adalah sebuah bukti, bahwa Lopa telah menghunuskan pesan moral dalam pada hati kita. Sejarah telah dan akan mencatat perjalanan seseorang. Tak akan sanggup ombak untuk menghapusnya.

Maka itu, sejarah pijakan orang Sulsel harus ada dan selalu ada. Termasuk sejarah perjalanan Republik ini. Bangsa yang besar adalah yang menghargai pahlawannya. Bangsa yang mulai menutup jejak perjalanan bangsanya adalah bangsa yang akan terpinggirkan dan bahkan lenyap.

Tak selamanya dan elok kata Ewako dikumandangkan. Tapi Ewako harus bergema saat siri’ akan sirna bahkan lenyap.

Ingat-ingatlah para pahlawan karena di situlah nafas sebuah negeri tersambung dan kebesaran bangsa dipatrikan. Jangan pernah terhenti di kita tapi harus hidup sampai ke generasi kapanpun.

Begitu banyak catatan baik/patriotik pendahulu, yang tertata maupun masih berserak tentang perjalanan orang-orang hebat dari Sulawesi Selatan dan turunannya bertebaran hingga ke luar negeri. Adalah mulia jika jejak itu adalah tanda jalan ke depan untuk lebih baik dan menghasilkan generasi unggul hari ini dan ke depan.

KKSS Sinergi untuk Negeri- KKSS Peduli, telah hadir di ruang kosong mengisi kehampaan anak negeri.

Rajut simpul, rapatkan barisan di segala lini. Ulurkan tangan. Bangun harmoni. Jadilah terdepan dalam kondisi apa pun. Kuallenngi Tallangnga na to walia.
Adakah tampuk generasi terbangun setelah JK. Penerus dan pengolah di negeri ini. ?

Pusat tak selalu utama. Tapi bagaimana pusat adalah sentral. Ketokohan berjalan alamiah sesuai takdir ilahi.

Pusat kegaduhan akan timbul sejenak kemudian terhempas pada waktunya tiba. Lalu lenyap. Tertinggal adalah ruang panas yang takkan pupus.

Jakarta tetaplah pusaran negeri.

KKSS Peduli menggelindang di negeri. Beri senyum kebahagiaan di mana KKSS pertanda ada.

Penulis, Wakil Ketua Umum BPP KKSS 2019-2024 (Seni Budaya dan Humas) – Ketua Umum DPP Kerukunan Masyarakat Bulukumba

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here