Hidup Laksana Memanjat Gunung

0
1125
- Advertisement -


Kolom Ruslan Ismail Mage

Dalam pengembaraan literatur, ditemukan hanya dua kata yang menentukan langkah sang pemenang, yaitu “berpikir” dan “berjuang”. Disebut berpikir, karena hanya orang berpikir yang bisa merumuskan jalan menuju kemenangannya. Sementara sang penghayal akan berakhir langkahnya sebagai pecundang.

Berpikir itu selalu mengandung energi gerak yang sangat dahsyat dalam merobah masa depan gilang gemilang. Jadi selama anda berpikir dan bergerak selama itu memiliki peluang besar untuk menjadi pemenang. Sementara disebut berjuang, karena di depan sana banyak tantangan yang melambai menunggu kedatangannya, dan hanya orang bermental pejuang yang bisa menaklukkan gelombang kehidupan.

Karena itu, berani hidup berarti berani menerjang gelombang kehidupan. Sebagaimana teori harapan mengajarkan “sebesar apa pun ketidakberdayaan hidupmu jangan pernah kehilangan harapan, karena harapan adalah identitas kemanusiaan”. Sudah terlalu banyak orang yang berangkat dari NOL kini berada di zona nyaman karena memaknai teori harapan ini dengan berpikir dan memupuk terus semangatnya untuk berjuang menaklukkan puncak gunung. Karena pada hakekatnya hidup ini laksana memanjat gunung.

Sahabat pembelajar, ada tiga kategori pemanjat gunung. Pertama, nafsu ingin menaklukan puncak tetapi tenaga kurang, 70% org bermental ini. Kedua, semangat tinggi namun baru mencapai pertengahan sudah lelah dan puas untuk segera memasang tenda istirahat, 40% orang bermental ini. Ketiga, semangat tidak pernah kendur dan mendaki terus walau sudah sampai disalah satu puncak, istirahat sejenak untuk kemudian melanjutkan pendakian ke puncak tertinggi, kurang dari 20% orang bermental ini.

- Advertisement -

Itulah sebabnya hanya sedikit orang yang bisa sampai puncak kesuksesan. Jadilah yang sedikit itu dengan memaknai pesan Thomas Alva Edison yang mengatakan “kesuksesan hanya 1% kecerdasan, 99% semangat dan kerja keras.” Jadilah pemanjat tangguh karena zona nyaman di puncak tersedia bagi orang-orang yang berdamai dengan kejatuhan. Jatuh, netralisir nafas lalu segera bangkit. Jatuh lagi bangkit lagi. Jatuh lagi bangkit lagi. Bangkit ini sangat penting, karena terkadang tinggal selangkah, karpet merah sudah tergelar menyambut kemenangan anda. Ingat! Kegagalan sesungguhnya adalah berpikir gagal. (Salam berpikir dan berjuang)

Penulis : Akademisi, Inspirator dan Penggerak, Founder Sipil Insritute Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here