Siapakah Doctor Zhivago dengan karya Boris Pasternak

0
452
- Advertisement -

Kolom Mubha Kahar Muang

SEBAIKNYA, kita perlu mengenal lebih dahulu siapa sang penulis, Boris Leonidovich Pasternak (1890-1960). Namanya mungkin asing bagi sebagian kita di Indonesia.

Boris Pasternak lahir di Moskow dari sebuah keluarga Yahudi berbudaya. Ayahnya Leonid adalah seorang Profesor di Sekolah Melukis Moskow dan ilustrator karya-karya Leo Tolstoy. Ibunya Rosa Kaufman adalah pianis konser terkenal.

Orangtuanya banyak menerima kunjungan dari para penulis, seniman, dan intelektual Moskwa termasuk komponis Sergei Rachmaninoff dan Alexander Scriabin, penyair dan dramawan Alexander Blok, penulis Andrei Bely, dan penyair Rainer Maria Rilke, yang tulisan-tulisannya banyak mempengaruhi Pasternak.

Cinta pertama Pasternak ialah botani dan kedua musik. Diilhami oleh Scriabin, Pasternak mempelajari komposisi selama 6 tahun, yang darinya 3 lagu piano telah diselesaikan. Pasternak memasuki Konservatorium atau lembaga pendidikan di bidang musik di Moskow, tetapi keluar pada 1910 karena ia kurang percaya diri dalam kecakapan teknisnya.

- Advertisement -

Ia lalu memasuki Fakultas Hukum di Universitas Moskow dan kemudian belajar filsafat di Universitas Marburg, Jerman. Akhirnya ia mendapatkan karier akademik.

Kembali ke Kekaisaran Rusia pada 1913 untuk meneruskan puisinya. Ia tidak berhasil dalam 10 tahun berikutnya.

Tidak bisa berdinas dalam militer karena pernah terjatuh dari kuda yang membuat sebelah kakinya lebih pendek. Pasternak melewatkan masa Perang Dunia I dengan bekerja sebagai juru tulis di pabrik kimia, jauh di timur Rusia.

Novel karya Boris Pasternak, Doctor Zhivago, sejak diterbitkan di tahun 1957 sudah menjadi best-seller dan banyak diperebutkan oleh studio-studio film besar untuk diadaptasi ke layar lebar. Apalagi novel ini cukup kontroversial dan penghargaan Nobel Kesusastraan untuk Pasternak di tahun 1958 semakin menguatkan persaingan di antara produser film yang pada akhirnya dimenangkan oleh studio MGM.

Yang menarik, penghargaan Nobel Kesusastraan atas novel yang mulai ditulis Pasternak di tahun 1910-an dan baru rampung di tahun 1956 tersebut membuat Otoritas Soviet sangat marah.

Keputusan Akademi Swedia itu dianggap sebagai langkah politik melawan Uni Soviet. Seluruh kampanye intimidasi terhadap Pasternak diluncurkan di Uni Soviet melibatkan Nikita Khrushchev (Ketua Dewan Menteri Uni Soviet 1958-1964) secara pribadi.

Pasternak menjadi persona non grata dan semua karyanya dilarang, “ tidak membaca Pasternak, tapi mengutuknya”.
Kampanye intimidasi merusak kesehatan penulis dan sang penulis meninggal karena kanker pada tahun 1960.

Novel ini pada akhirnya diterbitkan secara resmi di Uni Soviet pada tahun 1988 dan sekarang masuk dalam semua daftar bacaan sekolah dan Universitas dan dikukuhkan sebagai salah satu novel terkuat abad ke-20.

Doctor Zhivago telah diterjemahkan ke dalam 18 bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Russia Beyond, surat kabar yang didirikan oleh kantor berita milik negara Rusia, RIA Novosti, di Moskow kemudian memuat inti kisah dari novel Doctor Zhivago sebagai berikut:

” Seorang dokter dari Moskow bernama Yury Zhivago harus bersembunyi dari Perang Saudara, tetapi ditangkap oleh Tentara Merah dan dipaksa bekerja sebagai dokter untuk mereka.

Yury kemudian meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk seorang perempuan yang merupakan kekasih saat mudanya. Mereka dipertemukan di sebuah kota di provinsi yang jauh. Tapi pada akhirnya perempuan itu meninggalkannya dan pergi ke tempat yang aman, sementara Yury kembali ke Moskow, di mana dia mengalami depresi berat dan meninggal.”

Kisah dalam novel ini menggambarkan gejolak di Rusia abad ke-20 dengan revolusi, perang saudara, dan dua perang dunia. Selain itu, hal yang lebih penting, novel ini menunjukkan bagaimana kehidupan pribadi seseorang dapat hancur karena berbagai macam peristiwa yang terjadi.

Inti Cerita

MENJADI seorang yatim piatu, Yury Zhivago dibesarkan oleh pamannya seorang profesor di Moskow. Ketika dewasa dia menikahi Tonya, putri profesor, tetapi tepat ketika dia melahirkan putra mereka, Yury dipaksa untuk bergabung dengan pasukan garis depan Perang Dunia I sebagai dokter.

Sekembalinya dari perang, dia mendapati dirinya berada di tengah-tengah revolusi dan perang saudara di Rusia. Yury membawa keluarganya dan melarikan diri ke kota provinsi di Ural, berusaha bersembunyi dari peristiwa-peristiwa yang bergejolak seperti, kekerasan, pencurian, dan kelaparan.

Di kota yang sama, ia bertemu dengan Lara, kekasihnya ketika masih muda di Moskow. Cinta lama bersemi lagi. Perempuan itu ditinggal suaminya (pergi untuk mengambil bagian dalam revolusi). Namun di sana, di tengah mimpi buruk, mereka saling jatuh cinta kembali, menjadikan mereka sangat dekat, tidak peduli dengan apapun yang terjadi.

Yury merasa sangat tidak enak kepada istrinya karena telah berselingkuh. Namun, ketika ia akan menemuinya untuk mengaku, semua sudah terlambat. Yuri ditangkap oleh Tentara Merah, sehingga terpisah dari keluarganya begitu juga dengan Lara. Selama satu setengah tahun, ia dipaksa bekerja di Siberia sebagai dokter kaum Bolshevik.

Melarikan diri dari penawanan dengan berjalan kaki, Yury kembali ke kota Ural, tetapi hanya menemukan Lara di sana. Istri dan dua anaknya telah kembali ke Moskow dan mengiriminya surat, bahwa mereka (dan ayah mertuanya, sang profesor) terpaksa meninggalkan negara itu.

Yury tetap hidup bersama Lara yang dicintainya. Sepanjang musim dingin, mereka bersembunyi dari semua orang serta perang saudara, di sebuah perkebunan yang ditinggalkan.

Dunia mereka malang walau masih ada bahagia karena hidup bersama Lara cinta dan gairahnya. Namun, kebahagian itu terganggu karena seorang pria meminta Yury untuk membiarkan Lara pergi bersamanya karena dia dapat menyelamatkan dan membantu Lara bermigrasi. Karena Lara mungkin sedang hamil, Yury memutuskan untuk melepaskannya. Merusak kebahagiaannya sendiri, dia berharap pria itu dapat membantunya.

Setelah perang saudara berakhir dan kaum Bolshevik merebut kekuasaan di seluruh negeri, Yury kembali ke Moskow dan tinggal bersama seorang perempuan, Marina, yang merawatnya hingga punya dua anak. Di sana, Yury meninggal.

Memahami bahwa kehidupan dan kepribadiannya telah jatuh, ia tetap tidak dapat melakukan apa pun yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Suatu pagi di tahun 1929, Yury meninggal karena serangan jantung di dalam trem. Secara tidak sengaja, Lara menghadiri pemakamannya dan bahkan mulai memeriksa surat-suratnya, tetapi tiba-tiba menghilang. Teori yang paling mungkin adalah ia ditangkap dan meninggal di Penjara Gulag.

Ada apa di balik novel itu?

Bab terakhir dari novel setebal 144 halaman itu adalah kumpulan puisi Yury Zhivago, bagian cerita yang sangat penting dan sangat dalam. Karena Boris Pasternak sendiri adalah seorang penyair (dan juga memiliki kehidupan pribadi yang rumit dengan dua perempuan yang dia cintai), Yury dianggap sebagai karakter semi-biografi.

Doctor Zhivago (Dokter Zhivago) tidak memiliki peluang untuk sukses dalam masyarakat Soviet.

Secara formal, ini adalah buku tentang perang saudara, tetapi jauh di lubuk hati, ini adalah kisah tentang manusia, tentang cinta, derita dan kematian, makna hidup dan alam semesta itu sendiri.

~~

Novel tersebut dilarang untuk diterbitkan, namun Boris Pasternak berhasil mengirim buku tersebut ke Barat dan, pada tahun 1957, Doctor Zhivago diterbitkan di Italia.

Buku ini memiliki nilai besar bagi propaganda,” kata sebuah memo CIA kepada seluruh kepala cabang CIA Divisi Soviet Rusia. “Kita memiliki kesempatan untuk membuat warga Soviet bertanya-tanya apa yang salah dengan pemerintah mereka, ketika sebuah karya sastra dari penulis terbesar bahkan tidak tersedia di negaranya sendiri, dalam bahasanya sendiri, bagi warganya sendiri untuk dibaca.”

Memo tersebut adalah salah satu dari lebih dari 130 dokumen CIA yang dideklasifikasi (dinyatakan tak bersifat rahasia) yang menceritakan detail keterlibatan rahasia CIA dalam pencetakan buku Doctor Zhivago. Ini adalah rencana berani yang membantu memberikan buku ke tangan warga Soviet yang kemudian menyerahkannya dari teman ke teman, yang memungkinkan buku itu beredar di Moskow dan kota-kota lain di Blok Timur.

Karena daya tarik abadi dari novel dan film yang berdasarkan cerita tahun 1965 itu, Doctor Zhivago tetap menjadi karya fiksi monumental. Namun hanya beberapa pembaca yang mengetahui pencetakan buku itu dan bagaimana novel itu akhirnya tersebar ke seluruh dunia.

Peran CIA menjadikan novel klasik Rusia tersebut sebagai senjata dalam perang dingin, seperti pengakuan CIA yang dilaporkan oleh The Washington Post dan dilansir Reuters (6 April 2014). Dalam dokumen yang baru diungkapkan tersebut menunjukkan bahwa operasi untuk menerbitkan buku itu dijalankan oleh Divisi CIA Soviet Rusia, yang diawasi oleh Direktur CIA Allen Dulles ketika itu.

~

Dari kisah diatas kita mendapat gambaran bagaimana kondisi masyarakat ketika revolusi bergolak di Rusia. Di samping itu kita juga dapat pelajaran bahwa novel pun dapat dijadikan alat intervensi oleh negara lain yang punya kepentingan.

Tulisan in dipersembahkan oleh Mubha Kahar Muang Daeng Ngagi sebagai kado kesyukuran di usianya yang ke 70 tahun, 7 April 2023.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here