Frederik Batong: 2489 Warga Toraja Mengungsi, 230 Telah Dipulangkan, Sesama Papua Juga Dibantai

0
1407
Warga Toraja yang sedang mengungsi di Jayapura menunggu pemulihan keamanan.
- Advertisement -

PINISI.co.id. — Hingga siang ini warga asal Toraja, Sulawesi Selatan terus berdatangan ke Jayapura untuk mengungsi di sejumlah titik, antara lain  di rumah Tongkonan, sementara yang lainnya tinggal di rumah kerabat dan asrama militer.

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Frederik Batong, pengungsi terus berdatangan guna menghindari kemungkinan terburuk.  Mereka turun dari Wamena dan Pegunungan Bintang menyusul warga lainnya yang ditampung di tempat pengungsian.

“Syukurlah di pengungsian, warga sudah mendapat  tenda dari Kepolisian dan pengurus PMTI membangun tiga dapur umum,” kata Batong kepada PINISI.co.id.

Sampai hari ini, warga PMTI yang mengungsi di Jayapura sebanyak 2489 orang sedangkan yang sudah dipulangkan ke Tana Toraja sebanyak 230 orang.

 “PMTI memulangkan warganya ke kampungnya untuk menghilangkan trauma. Dari Makassar mereka diangkut dengan bis ke kampung halamannya masing-masing di Tana Toraja. Kami harap situasi segera pulih, agar warga bisa kembali menjalankan aktivitasnya,” tambah Batong. 

- Advertisement -

Menurut Batong, warga Toraja di Wamena berjumlah sekitar 5.000 jiwa, dan merupakan generasi kedua yang bekerja di berbagai bidang seperti menjadi guru. Banyak sekolah-sekolah yang rusak dan dibakar. “Rumah dan ruko dibumihanguskan sehingga hanya sedikit bangunan yang tersisa buat warga,” kata Batong yang juga Wakil Ketua Umum KKSS.

Sampai kemarin HMTI mendata warga Toraja yang meninggal berjumlah lima orang. “Bukan saja warga pendatang yang dihabisi namun sesama orang Papua juga dibantai. Orang Papua turun dari pegunungan menuju kota dan mereka membunuh saudaranya sendiri sesama Papua yang tinggal di wilayah pesisir,” ujar Batong sedih.

Sekitar 80.000 jiwa warga Toraja tersebar di berbagai kawasan di Papua dan Papua Barat.  Di Wamena, orang-orang Toraja dikenal sebagai pekerja ulet. Jika orang Bugis bekerja sebagai pedagang, sebaliknya orang Toraja lebih banyak yang menjadi guru, atau pegawai daerah dan pekerja konstruksi. “Warga kita trauma, karena kehilangan rumah, harta benda, dan kerabat. Dibutuhkan waktu lama untuk memulihkan kondisi ini,” imbuhnya.

Terkait peristiwa Wamena, Batong ditunjuk Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP-KKSS) sebagai Ketua Tanggap Darurat Nasional KKSS yang mengkoordinir pengungsi warga KKSS di Papua.

“Kita harus tingkatkan sumbangan untuk Papua. Saatnya kita membantu saudara-saudara kita, dan mari kita keluarkan lagi rejeki yang dititip di saku kita untuk warga yang terkena musibah,” harap Batong.

(M. Alif)       

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here