Perjalanan Berlawanan Arah Menyayat Hati

0
1110
- Advertisement -

Catatan Ruslan Ismail Mage

Catatan batin ini dibagi menjadi tiga episode perenungan jiwa. Episode pertama, dimulai ketika Minggu (12/1) menemani bocah makan siang di Trans Studio Cibubur. Nampak beberapa ibu muda membawa serta anak balitanya jalan-jalan menggunakan kereta dorong penuh canda tawa dengan suaminya. Ibu yang lain menggendong bayinya penuh kasih sayang sambil sesekali memberi susu botol. Hal yang sama dilalukan seorang bapak yang menggenggam erat tangan mungil anaknya menuntun menaiki tangga eskalator. Ingatanku pun terlempar empati ke seorang ayah di Makassar yang menantang matahari dan hujan pergi menjemput perasan air susu ibu yang sedang bertugas di Puskesmas untuk dibawa pulang disusui pakai botol kepada anak bayinya di rumah. Serupa tidak sama yang dilakukan seorang ibu yang memiliki dua orang anak usia sekolah (anak pertama baru masuk SMA dan kedua masih kelas 8 SMP). Dalam kesederhanannya sang ibu tidak pernah jenuh dan selalu telaten menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk kedua putranya. Sementara sang ayah dengan motor bututnya selalu terasenyum penuh semangat mengatar anaknya menuju sekolah untuk menjemput masa depan gilang gemilang.

Entah setiap mendengar dan menulis kata IBU dan AYAH, panca indraku selalu bergetar dan penaku tergoncang. Namun yang pasti energi cinta sejati yang begitu dahsyat dari setiap ayah dan bunda benar-benar menjadi perisai dalam menuntun dan melindungi buah hatinya untuk berproses menjemput mimpi indahnya. Begitulah naluri orang tua yang selalu memastikan kesehatan dan keamanan buah hatinya. 

Episode kedua, seorang anak mengantarkan ibunya penuh hormat periksa rutin ke dokter spesialis penyakit dalam untuk menetralisir penyakit diabetes yang diderita sang ibu. Di sebelah praktek dokter, nampak seorang anak lain duduk di tepi tempat tidur menjaga ayahandanya yang sedang dipasangi selang infus. Namanya orang tua yang sudah menua perlu rutin pergi memeriksakan kesehatannya ke dokter. Syukur-syukur Alhamdulillah kalau punya anak yang bisa mengantar, menemani, menjaga dan menuntunya berjalan.

Begitulah nasib orang tua yang secara hukum alam semakin menua akan kembali seperti bayi yang ditandai dengan penurunan fungsi-fungsi pancaindranya. Mata dan pendengaran semakin kabur. Fungsi otot pun semakin melemah untuk bertumpuh bangkit dan berjalan, pikiran pun semakin tidak stabil dimakan usia, sehingga sangat membutuhkan bantuan anak-anak untuk menuntunnya menghabiskan hari-hari tuanya.

- Advertisement -

Episode ketiga, coba cermati dan maknai cerita episode pertama dan kedua. Nampak terjadi perjalanan yang “berlawanan arah” antara orang tua yang semakin menua, dan anak yang semakin memasuki usia produktif dalam menjemput kesuksesan hidupnya. 

Orang tua dengan tulus dan ikhlas dilandasi rasa kasih sayang dan cinta sejati, melahirkan anak, merawat, menjaga, membesarkan, menemani, menyekolahkan, dan mengantar anak kemana saja untuk bergerak maju “menuju arah masa depan kesuksesannya”. Sementara seorang anak menjaga, menemani, merawat, mengantar, menuntun ayah dan bunda yang semakin menuah menujuh “arah berbalik ke masa-masa akhir kehidupan (kematian)”. Itulah hukum alam kehidupan.

Sahabat pembelajar, dari perjalanan perlawanan arah ini, telah melahirkan ketidakseimbangan dunia akherat antara orang tua dan anak. Maksudnya kebaikan apa pun yang dilakukan seorang anak tidak akan seimbang dengan pengorbanan ibu yang melahirkan dan ayah yang melepuh kulit kakinya berjalan mencari rejeki untuk menghidupi dan membesarkan anaknya. Kalau ditimbang, biarpun kebaikan anak sebesar dan beratnya sama dengan seluruh gunung-gunung di muka bumi, tidak akan mengalahkan besar dan beratnya kebaikan ayah dan bundanya. 

Karena itu sahabat, jika engkau ingin Tuhan tersenyum memandangmu, lukislah senyum di wajah ibumu. Sebaliknya jika engkau ingin Tuhan murka kepadamu, goreskanlah kesedihan di wajah bundanya. Jadi logikanya sederhana, jika engkau ingin mencium bau Surga, rendahkan hati dan kepalamu di kaki ibumu.

(Semoga catatan ini berkah, silahkan dishare untuk saling mengingatkan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here