Andi Mustari Pide, Mewariskan Monumen Peradaban Bagi Generasi Bangsa

1
1146
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

KAWASAN rumah adat Sao Mario Batu Batu Soppeng yang dibangun pada1989 menjadi monumen kenangan abadi kepada penggagasnya Andi Mustari Pide yang marhum 14 Agustus 2018 di ranah Minang.

Di hari itu juga beliau diterbangkan dalam perjalanan lima jam untuk disemayamkan di kawasan Sao Mario, tanah kelahirannya yang telah menjadi sebuah monumen peradaban bangsa.

Kawasan itu dibangun dengan sebuah penghayatan mendalam (paseng Bugis mengatakan Nawa Nawa Pettu) untuk pelestarian jati diri bangsa.

Simbol jati diri peradaban itu tidak boleh punah menghilang digerus zaman dan karena itu terbangun rumah adat empat etnis ; Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Kita tidak hanya sekadar melihat bentuk fisik bangunannya.

- Advertisement -

Esensi pemahaman tentang pentingnya nemiliki jati diri sebagai sebuah bangsa itulah yang memotivasi penggagasnya melahirkan itu, ungkapnya dalam suatu pembicaraan khusus dengan penulis.

Monumen untuk Siapa

RENUNGAN melahirkan gagasan itulah yang mendorong saya untuk terus mencari akses dapat bertemu dengan tokoh besar penggagas/penutur peradaban Memangku Bumi Menjunjung Langit seperti judul buku yang sedang diproses oleh penulis buku Alif we Onggang.

Alhamdulilah saya dapat dipertemukan oleh sahabat Samil Andi Badrun, kepala suku di Taman Ismail Marzuki.

Dari pertemuan dengan beliau menjelma menjadi sahabat yang tak terpisahkan antara yunior dan senior.

Saya bersama Datuk Hasan, Rahman Arge dan Alif terundang ke Bukit Tinggi menghadiri syukuran atas penyematan Datuak Rajo Nan Sati, Sumando yang dihormati masyarakat Minangkabau.

Terlibat dalam pendokumentasian prosesi upacara adat perkawinan Bugis puterinya di Sao Mario.

Pilihan investasi puluhan milyar rupiah untuk membangun rumah adat yang terpilih ketahanannya ratusan tahun tentu bukan hal biasa-biasa.

Pilihan ini tidak terjangkau oleh pelaku ekonomi yang tidak memiliki wawasan dan obsesi tentang kebudayaan.

Di saat krisis jati diri bangsa ini, Andi Mustari Pide hadir menjawabnya dengan pembuktian kawasan Sao Mario itu.

Seolah pengagas ingin mengajak kepada komunitas anak bangsa untuk jangan melupakan jati dirinya dan berbuat sesuatu sesuai dengan kadar kemampuannya.

Seperti itulah yang dapat saya terjemahkan obsesi pemikiran Kak Mus sapaan murid-murid pengikut perguruannya.

Dua Monumen Abadi

DI TANAH rantau Minang telah berdiri Lembaga Pendidikan Tinggi Universitas Eka Sakti yang diteruskan oleh puteranya, Andi Henry Mappeson MP, Msc. Tergolong kampus perguruan tinggi yang melahirkan sarjana SDM yang handal.

Kemudian rumah adat di kawasan Sao Mario Batu Batu Kabupaten Soppeng tanah kelahiran Kak Mus. Kelak menjadi pilihan destinasi wisata yang terintegrasi dengan budaya dan sejarah peradaban.

Di kawasan itu ada Prof Dr A Suriyaman MP SH, MH guru besar Unhas, putri Kak Mus yang mengelolanya.

Dalam perjalanan interaksinya dengan peradaban. Andi Mustari Pide disematkan mahkota tobatak sebagai Mangaraja Toangku Molasontang Manupuk Siregar di Sipirok Tapanuli Selatan pada1992.

Permufakatan pengangkatan Mangaraja melalui persidangan adat 7 hari 7 malam hingga menghasilkan permukatan adat dengan Horja, Mangaraja bertitah.

Setelah itu sebagai Sumando suami Dr Erawaty Toelis, MM dinobatkan sebagai Datuak Rajo nan Sati dari kaum adat Kurai Limo Jorong Bukit Tinggi 1993.

Bertepatan 3 April 2022 Prof Dr H Andi Mustari Pide, SH berhaul ke 75 tahun. Kita haturkan Al FatIha Aamiin.

Legolego Ciliwung 19 Februari 2022

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here