Yusro Killun: Tidak Banyak yang Bisa Diharap dari Kuliah Online

0
774
Yusro Killun, Mpd.
- Advertisement -

PINISI.co.id- Setelah kegiatan pendidikan diliburkan  selama pencegahan wabah virus korona (Covid-19) kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan secara online. Karena mengandalkan sistem teknologi yang tidak bertatap muka secara langsung, tentu saja hasil dan kualitasnya tidak sama dengan hadir di ruangan antara guru dan murid atau dosen dan mahasiswa. 

Beberapa kendala dan kekurangan sistem pendidikan jarak jauh ini diungkapkan nara sumber Pinisi.co.id. Menurut Yusro Killun, MPd, syarat utama kuliah online adalah membutuhkan perangkat teknologi yang memadai serta mengerti cara mengoperasikannya.

“Kemudian dari segi ekonomi, kuliah online tidaklah murah karena setiap rumah harus punya Wifi, kalau tidak ada Wifi harus siap dana untuk membeli paket internet,” jelas dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ciputat ini.

Memang untuk berlangganan Wifi lengkap dengan chanel TV rata-rata paling murah sekitar Rp 300 ribuan lebih  perbulan. Tidak semua rumah tangga atau mahasiswa mampu mengeluarkan sebanyak ini.

Menurut Yusro Killun, mahasiswa yang kuliah di UIN Ciputat pada umumnya adalah kelas menengah ke bawah. “Apalagi yang kuliah di fakultas agama rata-rata dari ekonomi kelas bawah,” ungkap alumnus S2 Universitas Negeri Jakarta ini.

- Advertisement -

Menjelaskan cara belajar melalui online, menurut Yusro, tugas yang diberikan ke mahasiswa jawabannya  dikirimkan  melalui email. Setelah diprint dan dikoreksi jawaban dikirimkan kembali ke mahasiswa melalui email pula. 

Dalam pandangan Yusro Killun, tidak banyak yang bisa diharapkan dari kuliah online ini.  “Kuliah dengan zoom meeting hanya tersedia waktu 40 menit dan semua  yang terlibat harus siap dengan kebutuhan pokok telekomunikasi,” papar Yusro, yang sebelumnya Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial ini.

Bagi Yusro, problem utama kuliah online adalah masalah kejujuran mahasiswa dalam menjawab soal test secara online. “Tingkat kejujuran ini yang sangat rendah. Tugas banyak dikerjakan dengan cara menjiplak. Pengalaman saya mengevaluasi hasil tugas mahasiswa Minggu yang lalu banyak mahasiswa yang menyontek 100 persen pada tugas latihan tertulis. Mereka hanya mengcopy paste jawaban,” kata mantan Sekretaris Kopertis Wilayah 1 DKI Jakarta ini.

Kenyataan ini menurut Yusro, karena mahasiswa sekarang bermental pragmatis.  “Yang penting lulus, soal keilmuan mereka banyak yang abai,” pungkasnya. [Arfendi]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here