Syamsul Munir: Almarhum Nirwan Aktivis Remaja Masjid

0
310
- Advertisement -

PINISI.co.id- Syamsul Munir, salah satu Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS) mengaku memiliki banyak kesan mendalam dalam berhubungan dengan Almarhum Nirwan Ahmad Arsuka yang wafat kemarin.

Kematian Nirwan, sarjana Nuklir yang hebat dalam menulis kebudayaan mengejutkan banyak orang dan mendapat ucapan turut berduka cita dari berbagai kolega, pemerhati budaya, termasuk Presiden Joko Widodo dan Anies Baswedan.

Menurut Syamsul Munir, Nirwan itu adalah mantan aktivis masjid. “Saya mengenal Nirwan sejak dia duduk di SMA sekitar tahun 1984. Ketika itu saya sebagai Wakil Ketua Remaja Masjid Ikhtiar Universitas Hasanuddin Makassar bersama beberapa teman menyebar mencari calon kader HMI di Makassar. Salah satu kegiatan kam adalah menggelar Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), mirip Basic Training di HMI. Nirwan adalah salah satu peserta LDK. Dari sana, Nirman menjelma sebagai aktivis remaja masjid. Teman-teman Nirwan tergolong remaja-remaja cerdas dan sebagian lolos masuk Universitas di pulau Jawa, seperti UGM, Nirwan adalah salah satunya.

Selama Pandemik, Nirwan beberapa kali berkunjung ke kantor saya di kawasan Rasuna Said. Kami ketemu dan berbincang-bincang berbagai buku, kami sering memakai Bahasa Inggris. Saya kadang bercanda dengan Nirwan, bertanya, kapan menikah? Dia tersenyum, menjawab, segera,” tulis Syamsul Munir.

“Sekitar tahun 1987/1988, kami remaja Masjid Ikhtiar Unhas mengadakan tour ke pulau Jawa dan Bali. Yogyakarta adalah salah satu tempah singgah kami.

- Advertisement -

Malamnya kami makan di Jalan Malioboro secara lesehan atau duduk bersila. Setelah makan berbagai makanan khas Yogya, Nirman yang bayarkan kami,” tambah Munir.

Satu hal lain, bagi Munir, adalah kerajinan dan keuletan Nirwan dalam membaca buku-buku sastra dan menuliskannya untuk semua level, remaja dan dewasa. “Kita harus berterima kasih atas jasanya menerjemahkan dan memperkenalkan buku “Manusia Bugis” karya Almarhum gurunya, Perlas, yang kini menjadi rujukan banyak sarjana ketika mengkaji “budaya Bugis,” pungkas Munir.

Selamat jalan wahai sahabat yang baik. Kami turut mendoakanmu, mendapat tempat yang lapang, bercahaya, dan harum di sana. Al-fatihah.

(M. Saleh Mude)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here