Syamsul Bachri, Aktivis Pergerakan Pemuda dan Mahasiswa Mendorong Kesetaraan Pembangunan Nasional

0
1691
- Advertisement -

Catatan Fiam Mustamin

GO EAST..

Isu politik ramai diperbincangkan  dalam diskusi dan seminar di kalangan  politisi dan tokoh-tokoh pemuda dan mahasiswa di era tahun1980-an pemerintahan Orde Baru. Ketika itu saya tinggal di Asrama Anoa bersama sejumlah pemuda dan mahasiswa aktivis dari Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Maluku.

Asrama Anoa bersejarah yang didirikan oleh tokoh-tokoh  pejuang dari kawasan Indonesia Bagian Tmur (IBT) khususnya dari Sulut, Sulsel dan Makuku. Tokoh tokohnya antara lain Arnold Mononutu/Oom No, Manai Sophiaan. Mursalim Dg Mamangun, Baramuli dan Frans Seda.

Di asrama yang dibangun di kawasan  Jln Dr. Saharjo, Tebet terabadikan parasasti peresmiannya okeh Presiden Soekarno tahun 1956. Di asrama ini sepenuhnya dihuni oleh pemuda/mahasiswa kecuali kepala asrama, Amir Phada.

- Advertisement -

Dari komunitas penghuni asrama menjelma menjadi paguyuban  keluarga besar Pemuda Indonesia Timur, dengan motivasi mengakselerasi pembangunan di wilayah Indonedia Timur.

Saya perlu mengapresiasi kepada sejumlah aktivis pergerakan yang telah menginisiasi dan menggerakkan aktivitas di asrama itu antara lain Syamsul Bachri tokoh dan Ketua Umum Gema Kosgoro, Muslimin MT Ketua Umum Dema IKIP Jakarta dan Azis Hakim dari Sulsel, Derek Manangka dan Ronny dari Sulut. 

Kemudian asrama Anoa menjelma menjadi  sekretariat pergerakan, maka berdatanganlah  tokoh-tokoh pemuda dari 11 provinsi, seperti Theo  Waimuri dan Manuel Kaseipo dari Papua, Sunny dan Kanisius Pahur dan Rency dari Ntt, Abd Hafid dan Rahman dari NTB, Ridwan Duhlun dari Maluku, Berny Tamara dan Freddy Marentek dari Sulut, Abdi Sahido dan Abdul Hay dari Sulteng, Marhani dan Reyna Usman dari Gorontalo, Sjamsuddin Nane dan Arus dari Sultra dan Sjaiful Bahri dan Mamat dari Kaltim, Andi Tenri dan Basir Abdi dari Sulsel.Tokoh-tokoh dari Timor Timur dan Bali terlupakan namanya, sementara Papua Barat, Maluku Utara dan Sulawesi Barat belum terbentuk.

Respons Kritis Anak Bangsa

Masa sekitar 35 tahun silam tahun 1985 semangat kritis pemuda tak pernah surut. Di era Orde Baru yang serba terkendali dari  kebebasan berpendapat/mimbar berdemokrasi pemuda-pemuda  itu mendeklarasikan sebuah komitmen kesatuan moral untuk mengkritisi keadaan yang timpang  dengan seruan Go East (mari ke Timur) dilihat dan dirasakan ada ketidakadilan dalam pembangunan yang tidak merata di Indonesia Bagian Timur (IBT) tertinggal jauh 20 tahun dari kemajuan  pembangunan yang dialami oleh saudara saudaranya yang berdiam di pulau Jawa dan  Sumatera (Indonesia Barat).

Dengan semangat itulah dideklarasikan Badan Koordinasi Sosial Budaya Indonesia Timur disingkat Bakorsuda Intim. Dilanjutkan dengan Musyawarah Besar di gedung Dewan Harian 1945 Menteng. Menampilkan sejumlah pakar antara lain  Salim Said, Wibisono, Menpora Abd Gafur, Aulia Rahman dari KNPI.

Dari Mubes itu  merekomendasikan ke instansi terkait dan melengkapi keabsahan organisasi dan kepengurusannya.  Sejumlah tokoh  pemuda yang representatif mewakili 11 provinisi diangkat menjadi penasehat antara lain Freddy Latumahina, politisi senior Golkar. Lalu ada Anton Lesiangi, Harun al Rasyid, Awang Faruk, Abd Kahar Dangka dan Theo L Sambuaga.

Separuh berjalan Mubes, saya dilarikan ke rumah sakit Gatot Subroto Angkatan Darat.

Dua kali saya sakit kritis selalu hadir Syamsul.

 Usai Mubes. datang teman-teman yang dipimpin oleh Syamsul Bachri  membesuk dan menyampaikan bahwa Mubes memutuskan memilih Ketua Umum  pertama dari Sulsel (Fiam Mustamin) dan  Kanisius Pahur, dari NTT sebagai sekretais jenderalnya.

Sementara itu saya aktif menulis berita-berita seputar budaya, perfilman, pergerakan mahasiswa di koran Jakarta, Pelita, Medeka, Terbit, Pos Sore, Berita Yudha, Neraca, tabloid Salemba UI dan Pedoman Rakyat Makassar.

Selain itu bersama Abu Hasan Ansari, Sekretaris Akademi Jakarta, Soeparwan Parikesit, Marjoko, Tita Hastuti dab Edy  Herwanto menggerakan Bulletin sanggar filsafat di Taman Ismail Marzuki (TIM). 

Bakorsuda Intim selalu hadir menyuarakan  hak, keadilan dan keseteraan hidup berbangsa dan bernegara dalan NKRI. 

Untuk semua cita-cita dan ikhtiar kebajikan itu saya berdoa dan mempersembahkan kepada semua teman- teman seluruh senior serta anak cucu turunannya menjadi berkah pahala.

Bakorsuda Intim  lahir dari momentum moral force tidak menjadi political power dan social pressure.

Menutup tulisan ini saya mengutip tulisan di buku  Joko Widodo  Amanah  Untuk Rakyat yang membangun Indonesia dari pedesaan/ pinggiran : 

Joko Widodo: bagai pelari maraton langkahnya melaju dan terukur tak mengenal waktu dengan tidurnya yang terbatas terus bergerak dan bertindak ke seantero pelosok negeri tujuan Indonesia maju, berdaulat dan sejahtera lahir batin:  baldatun thayibatun warabun ghafur. Aamiin. .

Condet 21 Juli 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here