Shalat 5 Waktu Kayla

0
515

Kolom Zaenal Abidin

Sejak kecil, memang sering kami ajak Kayla ke masjid, sekalipun ia hanya duduk atau bahkan jalan saat kami sedang shalat. Saat belum cukup umur satu tahun bila kami semua ke masjid Kayla kami bawa. Kejadian tersebut dilakukan saat hendak i’tikaf pada bulan Ramdhan. Kami bawa alas dan bantal adar Kayla bisa tidur nyaman dan kami bisa shalat dan mengaji.

Di Taman Kanak-Kanak (TK) Azzahra, Kayla selalu praktik shalat Dhuha tentu dibawah bimbingan gurunya. Agar murid tidak lupa membawa perlengkapan shalat maka setiap murid diminta membawa satu set mukenah dan sajadah. Juga telah disipkan loker untuk setiap murid. Dalam beberapa hari kemudian murid disuruh membawa pulang peralatan shalatnya untuk dicuci lalu bawa kembali.

Ketika tiba Ramadhan 1441 H., kami seisi rumah menyambutnya dengan rasa gembira mengharap keberkahan dari Allah SWT. Sekalipun dengan tetap waspada karena bersamaan awal dari pandemi Covid-19. Boleh dikata sebagian besar aktivitas dilakukan di rumah. Kayla boleh keluar rumah, bermain dengan teman namun semua dengan protokol kesehatan yang ketat. Semua harus pakai masker, jaga jarak dan rajin cuci tangan. Karena itu setiap sore Kayla sering main sepeda keliling komplek perumahan bersama grup sepedanya.

Saat itu Kayla sudah bulan terakhir di TK. Azzahra. Belajar dan menyelesaikan tugas-tugas di rumah. Setelah tugasnya selesai baru kami antar ke sekolahnya lalu mengambil tugas baru. Kebetulan TK Azzahra tidak jauh dari rumah kediaman kami.

Rutin Shalat 5 Waktu

Sejak Ramadhan 1441 H., yang merupakan awal pandemi Covid-19 di Indonesia, Kayla sudah rutin shalat 5 waktu. Walau ketika itu hafalan bacaan shalatnya masih terbatas. Sebagai orang tua kami tidak ingin memaksanya, sebab memang usianya baru 6 tahun. Bagi kami ketika itu, setidaknya Kayla sudah tahu tata cara wudhu, jumlah rakaat shalat 5 waktu, tahu gerakan shalat, dan hafal surat Al-Fatihah. Untuk sementara itu sudah cukup.

Karena kami banyak waktu di rumah, kerja di rumah saja, maka sebagian besar shalat 5 waktu kami lakukan bersama Kayla, secara berjamaah. Shalat Tarawih pun dilakukan secara berjamaah. Berjamaah berempat: ayah, bunda, Kayla dan eyang. Kadang kami berlima bila Om Dhiemas yang berkerja di INews TV sudah tiba di rumah sebelum waktu Isya. Kebiasaan ini dilakukan sampai ketemu Ramadhan berikutnya, 1442 H., saat pandemi Covid -19 lagi ganas-ganasnya. Covid varian Delta namanya waktu itu.

Di kelas I SD Daar El Salam, Kayla sudah mendapatkan Pendidikan Agama Islam. Salah satu mata ajarannya adalah wudhu. Wudhu sebagai syarat syahnya shalat 5 waktu. Pada mata ajaran tersebut, Kayla belajar tata cara berwudu, rukun dan sunnah wudhu, doa setelah wudhu, serta hal-hal yang membatalkannya. Setelah pelajaran dianggap selesai biasanya guru Kayla memberikan penilaian harian (PH) dan penilain praktik. Untuk wudhu ini tampaknya Kayla tidak mengalami kesulitan karena selama ini ia telah mempraktikkannya setiap mau shalat dan mengaji.

Saat naik kelas II SD, Covid-19 sedikit mulai reda, PPKM sudah turun ke level 1. Jadi sekolah Kayla sudah bisa melakukan pertemuan tatap muka 50%. Artinya 50% murid masuk sekolah dan 50% tetap belajar di rumah secara online. Pendidikan Agama Islam di kelas II makin meningkat. Kayla sudah belajar secara khusus dan mendalam tentang shalat. Selain harus memahami gerakan shalat sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw. mulai dari takbiratul ihram sampai salam, Kayla pun sudah harus menghafal seluruh bacaan shalat.

Seperti halnya pelajar wudhu pada saat duduk di kelas I, pelajaran shalat pun ada ujian atau penilaian harian (PH) dan penilaian praktik. Karena itu, Kayla harus betul-betul belajar bersungguh-sungguh. Kalau soal gerakan shalat dan bacaan surat Al-Fatihah tentu tidak ada masalah bagi, sebab bukankan sejak di TK, Kayla sudah terbiasa shalat. Bahkan sejak Ramadhan 1441 H., terbilang tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu. Persolan seriusnya terletak pada bacaan shalatnya. Suatu malam, Kayla kembali mengalami kesulitan menghafal bacaan shalat, padahal esoknya harinya ada pengambilan nilai praktik sholat.

Kayla tersendat pada bacaan tasyahud akhir, persis pada bacaan, “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad, sampai akhir. Kalimat yang satu diingat, kalimat yang lain dilupa. Tapi jangan kira Kayla mau menyerah begitu saja. Sekalipun air mata menetes membasahi pipinya, ia terus berusaha dan berusaha, sampai akhirnya bacaan tasyahud akhir dihafalnya. Itulah Kayla, ia tak mudah menyerah bila menginginkan sesuatu. “Resopa temmangingngi, malomo naletei pammase dewata.” Hanya dengan kerja keras dan ketekunan maka akan mudah mendapatkan ridho dari Tuhan.

Sejak Kayla mampu menghafal seluruh bacaan shalat maka mulai saat itu pula Kayla telah melaksanakan shalat dengan baik. Berkaitan dengan shalat 5 waktu ini, kembali lagi Kayla dapat diandalkan. Sesibuk apapun ia bermain dengan temannya, bila ia belum shalat 5 waktu maka ia akan buru-buru balik ke rumah untuk shalat. Bila sedang bermain bersama temannya di rumah, kemudian waktu shalat tiba maka Kayla segera menyiapkan mukena dan sajadah untuk teman-temannya, lalu mengajak temannya shalat berjamaah. Kayla sendiri yang menjadi imamnya. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu nak Kayla. Billahit Taufiq Walhidayah.

Selamat menyambut datangnya Ramadhan 1443 H.
Jatiasih, 13 Februari 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here