Saat Menyabung Nyawa, Cerita Farid Husain Menjadi Juru Damai

0
1350
- Advertisement -

PINISI.co.id- Sang juru damai dari berbagai konflik di Tanah Air, Dr. dr Farid Wajdi Husain, meninggal dunia, pada Selasa malam (23/3/21) di RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla menyebut Farid adalah tokoh perdamaian yang ikut berperan aktif menyelesaikan berbagai konflik di Tanah Air seperti Poso, Ambon, Aceh dan Papua, serta ikut merintis perdamaian di Thailand Selatan dan Afganistan.

Putra kelahiran Soppeng, 9 Maret 1950 ini, meninggalkan istri, seorang keturunan Uzbekistan yang dinikahinya setelah istri terdahulu meninggal dunia, dan meninggalkan empat orang anak.

Ketika Kalla menjabat Menko Kesra, almarhum ditarik sebagai salah seorang stafnya. Sejak saat itu, Farid mulai terlibat dalam berbagai penyelesaikan konflik di Tanah Air yang diawali dengan konflik Poso.

Semula Farid merasa ragu saat dipanggil Kalla ke Jakarta untuk mendampinginya. Serta merta pikirannya berkecamuk karena takut mengecewakan Kalla. Pasalnya, Farid adalah dokter dan dosen di Unhas yang buta soal birokrat. “Ini bukan modal yang pas untuk menangani konflik,” kata Farid, seperti dikutip dalam buku Mereka Bicara JK (2009).

- Advertisement -

Waktu berjalan empat tahun menjadi staf Kalla di Kementerian Kesra, Farid ternyata mampu melaksanakan tugas dengan baik. Hal ini lantaran Farid menganggap Kalla adalah seorang guru, saudara tua dan banyak menyerap ilmu bagaimana menembus birokrasi yang kaku.

Saat mengakhiri konflik Poso, Farid membajak Kalla ke mobilnya keluar dari rombongan protokoler guna bertemu pemuka agama dalam menyelesaikan pertikaian yang telah banyak menelan korban jiwa ini.

Demikian juga tatkala menuntaskan GAM di Aceh, tahun 2004, Kalla meminta Farid masuk hutan, menemui Panglima GAM untuk memastikan apakah pasukan GAM sepakat jika penandatanganan dilakukan di Helsinki. Farid bolak balik masuh hutan.

“Banyak berdoa Momon, supaya kita selamat. Ini sama menyabung nyawa,” desis Farid yang lebih banyak diam.

Kepada PINISI.co.id, Munir alias Momon yang kerap mengantar Farid masuk keluar hutan, mengendarai mobil berdua sering dihantui rasa cemas, khawatir hadangan GAM di tengah belantara. Munir yang merupakan adik Farid cuma bisa pasrah, mulutnya komat kamit mendaraskan doa seraya menggatungkan hidupnya ke Tuhan. “Ngeri juga. Nekkere (gemetar) kalau masuk hutan, malam-malam pula,” kata Munir yang yang telah ‘berpulang’ lebih dulu beberapa tahun lalu.

Sementara di Jakarta, Kalla menginformasikan kepada TNI bahwa ada stafnya (Farid) yang berunding dengan pemberontak. Sehingga jika Farid misalnya tertangkap hal itu adalah bagian dari tugas negara.

Pucuk dicinta ulam tiba, perdamaian GAM dan pemerintah pusat akhirnya ditempuh dengan suka cita setelah bertahun-tahun konflik.

Kalla menyalami Farid.

Meski Kalla menawarkan sejumlah fasilitas yang luar biasa, namun Farid justru berterima kasih atas transfer ilmu dalam mengurusi perdamaian. “Ini adalah penghargaan tertinggi dibandingkan materi atau keistimewaan lainnya,” ujar Farid takzim.

Tak heran jika Presiden SBY mengangkat topi, “bila bicara resolusi konflik, Farid Husainlah adalah bintangnya. Demikian juga Organisasi Modernisasi Indonesia pada 2008 memberi gelar Pahlawan Generasi Masa Kini Bidang Perdamaian kepada Dewan Penasehat KKSS ini.

“Padahal yang lebih layak terima anugerah ini adalah Pak JK,” ucap Farid malu-malu.

Bagi orang Aceh sendiri, kepulangan Farid kepada Sang Pencipta merupakan kehilangan besar. “Orang Aceh kehilangan seorang teman,” kata dokter Zaini Abdullah, mantan Gubernur Aceh.

Farid adalah anak seorang guru, yang menamatkan Fakultas Kedokteran Unhas dan meraih gelar Spesialis Bedah di FK Unhas (1981) dan Spesialis Bedah Digestif di Unhas (1984). Ia sempat mengenyam pendidikan spesialisasi kedokteran di Free Universiteit Amesterdam – Belanda, 1985. Farid mengawali kariernya sebagai dosen di FK Unhas Makassar (1978-2002), menjabat Direktur Utama Rumah Sakit Islam Faisal Makassar (1995-2002). Almarhum pernah menjabat Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Bidang Koordinasi Kesehatan dan Lingkungan Hidup (2002-2005). (Alif)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here