Pirusu Korona/Garring Pua, Awal Kesultanan Islam Gowa

0
3504
Sultan Alauddin Raja Gowa XIV
- Advertisement -

Oleh Fiam Mustamin

Eeh … eeh …Kere urunna … kere pangkaramulanna … kere pokokna … kere aga malandra …  Na nia naun nurung nikanaiyya Pirusu Korona angerang garring rapangngi Na, garring Pua … santulu tongngi nikanaiyya setang tangletangna nya …

Bait syair bahasa Makassar ini menjelaskan keheranan atas kehadiran dan kemunculan tak terduga wabah penyakit virus korona yang begitu dahsyat disebut dalam bahasa Makassar sebagai garring pua.

Disampaikan dalam bentuk ungkapan syair yang dinyanyikan/dituturkan dalam bentuk sinrili dengan iringan musik gesek jenis biola disebut kesek-kesek. 

Pelaku/narator yang menarasikan syair itu yang juga memainkan musik pengiringnya berpakaian adat sebagai adab kelazimannya.

- Advertisement -

Sultan Alauddin Raja Gowa Ke14

Ŕaja Gowa ini yang pertama  memeluk agama Islam sehingga Islam menjadi agama yang dianut oleh kerajaan dan seluruh daerah kekuasaannya.

Dalam menghadapi musibah dahsyat yang menelan korban ribuan jiwa itu, raja Gowa menghimpun seluruh aparat kerajaan ( Akkusiang) dan memerintahkan untuk mengeluarkan dan membagikan persiapan pangan padi yang disimpan  kepada rakyat.

Meminta ke para Tupanrita ( pemuka agama) yang dipimpin oleh  Kadi Datuk ri Bandang yang datang dari Minangkabau  yang mengislamkan Raja Gowa untuk melakukan syariat tobat bersama, ratib/dzikir setiap malam Jumat dengan menghadirkan 40 orang anrong guru (tokoh agama) di Istana Ballalompoa  (rumah besar).

Syariat ini dimaksudkan sebagai ritual tolak bala (sangkobala) dengan doa dan dzikir bersama.

Sebelum ratib dimulai di awal malam usai Magrib dibunyikan gendang dengan tunrung paballe (tabuh pengobatan). Kemudian mengumpulkan para tabib untuk mengadakan pengobatan  dalam suasana yang yang mencekam itu. 

Ada tradisi orang-orang tua kita dulu di daerah Sulawesi Sekatan pada malam Jumat mereka membuat onggokan bara api di bawah tangga rumah panggung dan membakar/menaburkan racikan tembakau yang dicampur garam dan dupa pewanginya.

Kebiasaan ini diyakini secara alami bahwa dengan asap di malam hari itu dapat mengusir nyamuk yang membawa penyakit dan ruh-ruh jahat/bala bagi kehidupan manusia. 

Diriwayatkan bahwa bala seperti Covid 19 itu akan berakhir/berlalu setelah 40 hari yang diprediksi sekitar awal bulan Mei 2020 mendatang,  semoga … Allahu A’lam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here