Pesantren DMU Pimpinan Muchlis Patahna Gratiskan Yatim dan Warga KKSS

0
1465
Para santri berpose di depan Pesantren DMU di Bandung Barat, Jawa Barat.
- Advertisement -

PINISI.co.id — Pendiri, Pelindung, Pengelola, Pomondokan Pesantren Modern Darul Mukhlisin (DMU) Bandung Barat, H. Muchlis Patahna, SH, MKN, mengundang putra-putri warga KKSS untuk mondok di pesantrennya. Lebih dari itu, buat santri KKSS yang tidak mampu dan yatim piatu, akan digratiskan dari semua pembiayaan. “Tentu juga kepada warga-warga lainnya yang tidak mampu,” kata Muchlis kepada PINISI.co.id.

Saat ini, kata Muchlis yang juga Wakil Ketua Umum KKSS ini, beberapa santri berasal dari warga KKSS. Mereka datang dari warga KKSS Lampung, Pontianak, Kalimantan Timur, dan KKSS Sulawesi Tenggara. Juga berdatangan dari warga Pilar antara lain Pilar Soppeng dan Pilar Bone.

“Diharapkan seluruh KKSS di Indonesia bergabung putra-putrinya untuk menjadi santri Pesantren DMU. Kami memberikan pendidikan gratis secara penuh bagi anak yaitim-piatu dan yatim yang tidak mampu dan miskin. Syarat utamanya harus pandai baca Quran,” jelasnya.

“Sebab kalau tidak bisa baca Quran dan tulis baca huruf Arab akan kesulitan mengikuti pelajaran karena tahun kedua pelajaran diberikan berbahasa Arab,” kata Muchlis menambahkan.

Karena itu, Pesantren DMU mewajibkan santrinya berbahasa Arab dan Bahasa Inggris. Pada tahun kedua pelajaran diberikan memakai bahasa Arab. Diharapkan tidak ada kendala dalam pergaulan internasional buat lulusan DMU.

- Advertisement -

Pesantren DMU, berdiri sejak 2015, dan telah memiliki berbagai gedung dan fasilitas, mulai ruang kelas 3 lantai, klinik, koperasi, lapangan olahraga, guest house, pengelolaan air bersih, 4 gedung asrama santri, dan yang terbaru adalah Masjid At-Taqwa, memuat 1000 jemaah. Jumlah santri-santriwatinya 150 anak didik, 16 tenaga pengajar profesional, mayoritas alumni Pondok Pesantren Modern Gontor.

Selain dididik memiliki disiplin yang tinggi, santri DMU juga diwajibkan menghafal Al-Quran. “Seperti dalam setiap perayaan agama, santri juga tampil berpidato berbahasa Arab dan Inggris, juga menghafal Al-Quran,” ujar Muchlis.

DMU meniru sistem Pendidikan Pondok Moderen Gontor Ponorogo. “Ustadz dan ustadzah mayoritas dari Gontor. Diharapkan pesantren DMU adalah potret dari Pondok Moderen Gontor,” ungkap Muchlis.

Pesantren DMU juga merupakan sistem Muadalah atau sederajat dengan SMP dan SMA, Stanawiyah dan Aliyah. “Dan telah diakui Departemen Agama RI dan telah mendapat ijin operasional,” tambah Muchlis.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menandatangani prasasti peresmian DMU, 17 Ramadan 1436H bertepatan 5 Juli 2015.  Adapun pada 13 Mei 2019, Jusuf Kalla meresmian Masjid At-Taqwa DMU.

Menurut Muchlis, kedua prasasti itu sungguh bernilai sejarah bagi kami, dan memberi kami semangat untuk mengelola DMU secara profesional untuk mencetak alumni-alumni yang berkualitas, berhati Qur’ani dan berpikiran intelek, serta memiliki pondasi keimanan yang kuat dalam menghadapi tantangan zamannya di hari esok.    

[Arfendi/Lip]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here