Pengalaman Menumpang Truk Terbuka ke Juppandang

0
976
Kota Parepare yang dilintasi truk, Soppeng Makassar.

Oleh : Fiam Mustamin

Tahun 1965 akhir dalam situasi keamanan yang belum sepenuhnya pulih di daerah Suluwesi Selatan.

Perjalanan dari daerah Soppeng ke kota Juppandang (orang Bugis menyebutnya  kota Makassar itu) — sesuatu yang jarang dilakukan kalau bukan untuk urusan perdagangan dan studi di ibu kota itu.

Mobil truk terbuka itu biasanya milik dinas Kepolisian yang dikaryakan atau mobil pribadi yang berkala mengangkut beras, jagung dan bahan pangan lainnya untuk kebutuhan di  ibukota. 

Para pelajar dan mahasiswa tau jadwal keberangkatan mobil truk itu dan bila truk itu sudah terisi barang-barang dagangan lalu ditutup dengan terpal dan pada kesempatannya itulah para penumpang berlomba naik mencari tempat yang dirasa aman.

Barang-barang penumpang dibatasi untuk bawaan beras 20 kilogram atau pisang setandang serta bekal makanan di jalan  berupa buras, ayam tunis goreng dan kue waji (baje).

Bijaksananya sang pengemudi itu  tidak memungut sewa kepada para penumpang itu. 

Mobil truk mulai beranjak sore di jalan berbatu yang belum teraspal.  Duduk setengah terbaring di atas terpal dengan kain sarung penahan angin, menengadah ke langit yang sekali sekali dihalangi oleh daun pohon asem sampai matahari terbenam.

Kemudian tak lama muncul bulan yang menerangi perjalanan. Perjalanan di atas truk beralaskan terpal begitu mengasyikkan  dengan hempasan angin yang menyejukkaan.

Daging Goreng Burung Cawiwi  La Wowoi

Hampir semua mobil truk dari dan ke kota Juppandang mampir di warung yang spesial menghidangkan menu daging goreng burung yang menyerupai bebek itu yang  hidupnya di rawa-rawa persawahan  dan  danau Tempe terdekat dengan Sidrap. 

Menanjak ke pegunungan La wowoi dari atas terpal di bawah terang bulan mengarahkan pandangan ke area laut perairan kota Parepare.

Di sana sini terlihat gemerlap lampu-lampu nelayan bagang yang terasa begitu indahnya, ibarat  memandang sebuah kehidupan yang menyenangkan subhanallah.

Sembari itu  mencicipi bekal makanan dari rumah sampai hilangnya pandangan ke arah laut dan memasuki jalur jalan kota pinggir pantai ke Juppaddang.

Sekitar separuh perjalanan (tengah malam) tiba di Takkalasi yang penuh dengan kenangan indah masa kanak-kanak.

 Di Takkalasi ini truk-truk itu berhenti istirahat dan makan malam dengan menu ikan bakar bandeng dan kepiting rebus.

Truk barang itu terus bergerak dan berhenti untuk  mengisi bensin dan minum kopi dan mujur bila tak ada kerusakan meletus ban dan kerusakan mesin.

Perjalanan ke kota Juppaddang  melintasi kabupaten Barru, Pangkep, Maros dan kota Anging Mamiri, Makassar.

Perkiraan kisaran pukul 11 mobil truk masuk kota dan membongkar muatan di sekiar pasar Sentral lalu para penumpang dengan becak menuju ke rumah tumpangan masing-masing.

Penulis adalah budayawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here