Ophan Lamara, Pelaku Playmaker Coffee Launge & Resto Bercitarasa Bugis Makassar

0
1035
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

BERJANJI Jumpa Samjek/Andi Syamsul Zakaria, Ketua KKSS Jakarta di cafe/restoran Playmaker, Kamis 23 September 2021.

Pukul 15.00 saya sudah beranjak dari rumah Condet naik bus transport menuju Harmoni, seterusnya ke perempatan Sabang Kebon Sirih,  lokasi Playmaker lantai tiga.

Sepanjang perjalanan di atas bus itu, saya menerawang ke sosok lelaki ramah pemilik cafe itu, Ophan Lamara. Saya mengenalnya sebagai presenter dan komentator sepak bola di beberapa stasiun televisi.

Dari prenseter ia melanjutkan kembali bisnis lamanya yang pernah dibuka di Bali dan Makassar tahun 1996 sampai 2003.

- Advertisement -

Lalu saya tanya apa obsesinya dengan branding nama cafe  itu.

Secara harfiah ia mengatakan bahwa posisi Playmaker yang mengatur permainan. Saya menerjemahkannya sebagai pemeran penting di lapangan untuk menciptakan goal.

Artinya ia seorang pemimpin bisa disebut  sebagai kapten.

Sepanjang perjalanan,  saya membuat judul tulisan seperti di atas kemudian saya mempersiapkan beberapa catatan khusus untuk meminta adinda Ophan ini mau menuliskan pengalaman membawa wisatawan mengunjungi beberapa negara dengan travel yang dipimpinnya serta pernah bermukim di Rusia dan Italia.

Ophan Sedang Menulis Novel

MERANGKAK Pelan berjalan mencapai lantai tiga, lift tidak berfungsi.

Di lantai tiga saya disambut karyawatinya, Ophan yang dihadapan laptopnya berdiri menyambut  menyapa … mengantar saya duduk semeja,  sembari menawarkan minuman  dan makanan kecil.

Saya order sarabba dan singkong goreng (lame kayu).

Lalu Ophan melanjutkan bahwa ia sedang menulis novel tentang perjalanan hidupnya, sudah mencapai seratus halaman lebih.

Dalam hati mengatakan kok bisa sama yang saya akan sampaikan kepadanya.

Sembari menunggu Samjek, saya pesan ikan Salmon kesukaanku, tidak menunggu Samjek yang mengundangnya. Kita perlu bersabar menunggu Samjek yang berprofesi sebagai pengacara.

Saya duduk dekat dinding kaca mengamati isi ruangan dan suasana jalan raya dan gedung di sekitar itu.

Saya tertarik dengan sebuah lukisan  bermain bola yang bentuknya mirip garis coretan pelukis klas maestro Affandi yang dibelinya puluhan juta. Dengan itu dibenarkan Ophan bahwa pelukisnya murid Affandi dan saya menawarkan untuk satu lukisan lagi karya murid Basuki Abdoellah, sahabat saya.

Ophan sambil menulis, ia mengendalikan pekerjaan karyawannya, sesekali ia bangkit mengatur suhu ruangan, lampu penerangan, sound system dan lain-lain.

Di cafe itu nanti akan dihidangkan aneka sea food.

Menjelang Magrib mulai berdatangan tamu-tamu langganannya, yang satu- satu disambutnya, ditemani bercakap-cakap atau bermain billiard bersama.

Maddupa Toana

SAYA Menemukan tradisi budaya Bugis tulen yang mappakaraja/mappakalebbi/memuliakan tamu yang dilakoni oleh Ophan di cafe nya. Ia memuliakan semua tamu-tamu yang datang ke cafe nya.

Keramaian sebuah cafe atau hotel bisa diartikan seperti Madduppa Toana/ penyambutan tamu dalam perhelatan hajat keluarga atau diundang perjamuan ke Sao Raja/istana raja.

Saya temukan perilaku seperti itu dari sahabat saya Ilham Bintang dan Arifuddin Pangka.

Menu yang disajikan bisa sama dengan di banyak cafe, namun pembedanya di sentuhan penyambutannya.

Kepada Ophan sang playmaker di cafe nya, saya berpesan untuk menulis, bagaimana kita bisa menyaksikan laga bola timnas atau klub liga dapat bermain berimbang dengan klub-klub liga Eropa dan Amerika.

Atau mungkinkah kita dapat menyaksikan kejayaan Perserikan Persatuan Sepakbola Makassar (PSM) di tahun 1956/1962 dengan penampilan permainan memukau trio Ramang, Suwardi Arland dan Nur Salam.

Saya mendengar lansung dari Suwardi Arland  tentang bagaimana pergerakan pemainan tanpa bola untuk memperdaya pemain lawan.

Bermain bola dengan rasa yang saling memahami  gerak untuk memberi peluang yang berkemungkinan menciptakan gol, terutama kepada Ramang bernaluri pencetak goal dalam semua posisi yang sulit ditepis oleh penjaga gawang.

Perpaduan rasa dan kecepatan berlari.

Mungkinkah bentuk permainan seperti  itu dapat dihadirkan kembali.

Beranda Inspirasi Ciliwung 24 September 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here