Menelisik Fakta Sejarah 1999. Jatuhnya Gusdur dan Rapuhnya Islam

0
1580
- Advertisement -

Kolom Andi Jamaro Dulung

Acuannya bukan saja tahun 2001, ketika Abdurrahman Wahid, alias Gusdur diturunkan. Tetapi juga jangan lupa,  pada 1999 ketika Gusdur terpilih jadi Presiden.

Ketika itu semua politisi ulung dan pengamat heran menyaksikan manuver politik yang dimainkan oleh Gusdur. Gusdur tiba-tiba ikhlas “bercerai” dengan Nasionalis di bawa komando Megawati Soekarno Putri, Ketua Umum PDIP, pemenang pemilu 1999.

Gusdur “kawin” dengan Poros Tengah dibawa Komando Amin Rais yang mengajak Yusril Ihza Mahendra, Akbar Tanjung, Hamzah Haz dan Nurcholis Majid. Nurmahmudi, dan tentu saja Syafi’i Ma”arif.

Semua politisi kaget, pengamat terperangah termasuk “tentara” merasa kecolongan.

- Advertisement -

Kenapa Islam Tiba-tiba Bisa Bersatu?

Ternyata persatuan ini memiliki daya gulung yang sangat dahsyat. Memporak porandakan seluruh kekuatan dan tatanan potilik yang sudah mapan. Persatuan ini mengacaukan seluruh skenario yang sudah rapih sebelumnya.

Skenario yang mapan ketika itu adalah Partai Golkar dan TNI di satu sisi dan PDIP dan TNI di sisi lain, sementara  Islam tidak dihitung.

Kalau boleh saya sederhanakan, kelompok Islam yang menyatu ketika itu adalah NU, Muhammadiyah dan Masyumi. Tentu dengan waalaa alihii washabihiii.

Alhasil, Nasionalis, Sosialis, termasuk ‘tentara” kaget dan kecolongan. Tetapi tidak bisa dibendung, arus ini bagaikan air bah, tsunami yang sangat kuat. Apapun yang merintangi akan terjungkal dan hanyut.

Terpaksa mereka yang ‘kaget’ dan ‘kecolongan’ minggir menyelamatkan diri, dan merekalah sang penguasa hari ini.

Mereka menemukan celah, ternyata “perkawinan” kekuatan Islam ini sangat rapuh. Rupanya mereka kawin paksa. Mereka harus segera diceraikan. 

Poros Tengah harus berantakan, umat Islam tidak boleh bersatu. Sibukkan mereka dengan petebutan harta gonogini. Fitnah untuk Gusdur sangat luar biasa.

Saat tiba tahun 2001 Gusdur pun jatuh.

Apakah setelah itu, bagian dari Poros Tengah berkuasa, ternyata tidak. Mereka hanya diberi mic dan panggung untuk berteriak. Sampai sekarang mereka masih pegang mereka mic itu.

Kita semua, tokoh Islam masih asyik pegang mic di atas panggung. Saling menegasikan. Kalau menyanyi, lagunya sumbang.  

Pada saat bersamaan mereka bertepuk tangan dan berguman, “kutipu kalian. Dulu saya kecolongan sekarang kalian tertipu”.

Ingat, ketika Islam bersatu hasilnya Gusdur menjadi Presiden. Begitu pecah dan dipecahkan Islam tidak dapat apa-apa.

Jakarta 5 Juni 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here