Keberuntungan Tidak Selamanya Karena Kelebihannya dari yang Lain

0
491

Kolom Fiam Mustamin

JUDUL ini terinspirasi dari sahabat,
TH Muchtar Andre, seorang budayawan sufi dan sutradara teater yang menceritakan kesuksesan secara posisi sosial dan materi seorang teman.

Teman itu diceritakan dan mengenalnya sebagai sosok aktivis yang pragmatis jalan lurus dan motivator dengan keterbatasan retorika kosakata yang dikuasainya.

Dari cerita ini, saya sejenak melepas tawa…mencocokkan seperti apa yang saya kenal dengan sosok itu yang
saat ini menjadi tokoh elit ternama.

Dari cerita sahabat ini saya menganalogikan dengan sebuah reportoar sandiwara/teater berjudul Matinya Pedagang Keliling (Death Salesmen), ditulis oleh Arthur Miller dari Amerika.

Naskah ini diterjemahkan oleh budayawan Asrul Sani,  dipentaskan oleh Mahasiswa Teater Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta yang disutradarai oleh Wahyu Sihombing di Taman Ismail Marzuki Jakarta sekitar tahun 1980 an.

Akhir dari naskah itu, tokoh utamanya  berakhir dengan mati tragis dengan angan-angan impiannya.

Lain dengan contoh sukses sahabat yang satu itu …yang meskipun dengan keterbatasan referensi kosakata yang dimiliki untuk menyatakan idealismenya dalam membangun kebersamaan.

Nasib Keberuntungan

RAHASIA kehidupan itu disebut juga dengan garis tangan.

Orang Bugis mengatakan pada lao teppada upe — sama-sama berikhtiar tidak sama keberutungannya.

Kawan saya mengeluh mengaduh  setengah emosi menggugat, empat kali terlibat sebagai relawan di Pilpres dan tiga Pilpres yang memenangkan
pilihan Presiden yang didukungnya.

Namun iya tak mendapatkan apresiasi satu posisipun yang biasa diperuntukkan bagi relawan timses.

Sementara iya melihat teman-teman  disekitarnya sesama relawan yang tidak seberapa perjuangannya terakomodir sebagai Komisaris BUMN dan Duta Besar, apa yang kurang ?

Kemudian saya menghiburnya dengan mengatakan bahwa Garis Tangannya belum berpihak.

Mungkin ada pilihan terbaik di tempat lain, supaya tatap bersemangat dan terus berjuang jangan berhenti berikhtiar dan
berkarya untuk negeri, tetap berstabiqul khairat untuk kebaikan dan kemaslahatan. Pada saatnya akan datang juga keberuntungan itu bisa melebihi dari apa yang diimpikan.

Sahabat Muchtar Andre mengatakan bahwa hidup itu ibarat sebuah pertaruhan … siapa yang tidak bertaruh tidak akan pernah jadi pemenang …

Disebut juga dalam filosopi Reso (jerih payah) dalam budaya Bugis bahwa siapa yang menanam, itu yang akan menunggu panen.

Beranda Inspirasi Ciliwung 7 Desember 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here