H.A. Massiara Daeng Rapi, Menyingkap Sejarah dan Budaya di Sulawesi Selatan, Merebut dan Mempertahankan Kemerdekaan

0
665

Kolom Fiam Mistamin

Siapa H.A. Massiara Daeng Rapi dan apa esensinya prospektif kehidupan sejarah kelampauan, kekinian dan masa yang akan datang?

Buku ini saya dapatkan kiriman dari sahabat senior Pak Pawennai, Sekjen KKSS tiga periode, 1985-1995.

Naskahnya ditulis oleh orang tua kita H.A. Massiara Daeng Rapi, salah satu pendiri KKSS, tokoh pergerakan Kemerdekaan dari Sulawesi Selatan.

Naskahnya ditulis tahun 1985 yang  diajukan ke Pak Pawennai untuk diterbikan pada saat Mubes KKSS di Pakkato, Kabupaten Gowa.

Cetakan jadi buku baru tewujud tiga tahun kemudian 1988  atas budi baik Pak Pawennai pribadi.

Dari judul buku itu dan uraian dafar isinya begitu  penting terbaca oleh generasi muda, tergolong pustaka referensi yang penting dimiliki. Saya mendapatkan buku in setelah sebelumnya memperoleh buku SIRI Kearifan Budaya Sulawesi Selatan, 1988 dan Buku La GALIGO Warisan Jejak  Sastera Dunia, 2003.

Karya Pak Massiara  menguraikan 11 hal penting peradaban dalam sejarah dan budaya di Sulsel yaitu 1. Era Sawerigading/ La Galigo turunan dewa, 2. Era Tomanurung turunan raja-raja di bumi, 3. Gowa yang imperiun dalam ekonomi perdagangan, budaya dan  angkatan perang 4. Siapa La Tenritata Arung Palakka, 5. Siapa Karaeng Galesong Panglima Perang dari Gowa bersekutu dengan Pangerang Diponegoro menghadapi Belanda, 6. Era Pergerakan Nasional Kebangsaan, 7. Gema Proklamasi Kemerdekaan di Sulsel, 8.  NICA Mendarat di Makassar, 9. Peristiwa Capt R Westerling dan Korban 40.000 Jiwa, 10. Perjuangan Nadjamuddin Daeng Malewa, 11. RIS dan NIT Bubar, 12. Apa dan Siapa PemukaTokoh Pejuang di Sulsel.

Ulasan di bagian ini menampilkan sekitar 50-an nama tokoh yang terlibat dalam masa perjuangan merebut dan mempertahankan Kemerdekaan Bangsa.

Menariknya,  pra tokoh pelaku yang disebutkan itu disertakan foto dan peristiwa kejadiannya. Hal ini menegaskan bahwa penulisnya sekaligus adalah pelaku dari apa yang dituliskannya.

Kembali ke bagian sejarah kerajaan besar, GowaTallo Bone, Luwu, Soppeng dan Wajo, juga dituliskan silsilah dan pengaruh positif seperti pembelaan hak kemanusiaan dari penindasan rakyat kerajaan  penerimaan syiar agama, penegakan siri dan pacce/ pesse, persekutuan kesepkatan antara kerajaan antara lain Bone, Soppeng dan Wajo disebut Mattelupocoe.
Antara Gowa dan Bone dengan kesepakatan Ulukanaiya yang intinya bekerjama dan saling melindungi seorang cendekia/to acca Boto Lempangan, filsuf hukum penasehat kerajaan Gowa mengatakan
“kekuatanlah dan tidak mementingkan belas kasihan  dalam menghimpun kekuatan politik, ekonomi, budaya dan menyusun angkatan perang menjadi armada yang kuat dan penguasa/imperum di satu kaum.

Pameo karakteristik keteguhan  tiga komunitas; aja naitai bati Naparenta to Luwu, jangan hendaknya dilihat oleh generasi kita jika diperintah orang Luwu, sedangkan Datu Luwu sendiri jika melakukan kesalahan diusir keluar tanah Luwu.

Aja naitai bati Napeppeng to Gowa, jangan hendaknya dilihat generasi kita apabila dikejar orang Gowa.

Aja naitai bati Nalewo to Bone, janganlah hendaknya dilihat generasi kita jika dikepung orang Bone.

Buku sejarah dan budaya itu, bagusnya dicetak ulang yang kukuh untuk pustaka baca generasi warga KKSS sejagat.

Beranda Inspirasi Ciliwung, April 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here