Elan Vital Seorang Legislator Muda

0
600
- Advertisement -

Catatan Badaruddin Amir

Usianya memang masih tergolong sangat muda, masih 29 tahun. Lahir di Arasoe pada 3 Juli 1993. Tetapi ia sudah menduduki jabatan sebagai legislator pada lembaga terhormat , DPRD Propinsi Sulawesi Selatan. Itulah dia, Ismail Bachtiar, SKM.

Saya memanggilnya ananda karena usianya berpaut begitu jauh, 31 tahun dengan usia saya yang sudah 60 tahun. Tetapi kecerdasannya jangan diragukan. Jarang-jarang ada anggota dewan yang memikirkan bagaimana pemajuan literasi dilakukan di daerah-daerah. Rata-rata para anggota dewan hanya memikirkan akses jalan dan kebuturan nutrisi pisik melalui bantuan sandang dan pangan, bukannya kebutuhan nutrisi otak melalui pemajuan literasi baca-tulis bagi kalangan milineal.

Melalui sahabat saya, Bachtiar Adnan Kusuma, ia mengundang saya untuk mengikuti sosialisasinya terkait dengan Penyebarluasan Perda nomor 3 Tahun 2021 tentang Pemberian Insentif dan/atau Pemberian Kemudahan Investasi yang muatannya tidak lain adalah “pemajuan literasi” di daerah. Itulah sebabnya ia mengajak tokoh literasi Sulawesi Selatan yang juga Sekjen Penpro (Penulis Profesional) Indonesia, dan penerima penghargaan tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Bachtian Adnan Kusuma sebagai sparring partner yang menyertai sosialisasinya.

“Ayahanda Bachtiar Adnan Kusuma sudah lama saya kenal dan menjadi penasihat saya di bidang literasi. Tapi Saya harus konfirmasi sebelumnya bahwa nama saya memiliki kesamaan dengan nama ayahanda Bachtiar Adnan Kusuma, tetapi tidak ada hubungan biologis, hanya kebetulan saja” katanya. “ini penting dijelaskan agar tidak terjadi persepsi yang keliru seolah-olah telah terjadi kolusi pada kegiatan kita ini. Kami sama sekali tidak punya hubungan darah”, lanjutnya melucu.

- Advertisement -

Kegiatan sosialisasi bertajuk “Pemajuan Literasi Kabupaten Barru” yang dilaksanakan di Hotel Youtefa pada 26 April 2022 tersebut memang terbilang unik dan menarik. Ada nuansa lain, yang bukan sekadar memberikan gagasan retorik bagaimana literasi itu dimajukan. Tetapi dalam kapasitasnya sebagai anggota dewan yang harus memikirkan pemberdayaan masyarakat di segala bidang –terutama bidang literasi bagi kalangan milineal– ia selalu siap membeckup. Kami akan menjadikan kegiatan literasi di Kabupaten Barru ini sebagai kegiatan berkelanjutan. Untuk itu kami membutuhkan kerjasama yang baik dengan semua unsur yang terkait seperti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Barru, Dinas Pendidikan, tokoh-tokoh dan penggerak literasi, komunitas-komunitas literasi yang ada di daerah ini.” Kata Ismail Bachtiar. Itulah sebabnya ia bersama tim-nya menghadirkan semua unsur Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah, para pemuda dan BEM Mahasiswa, serta tokoh-tokoh dan penggerak literasi yang ada. Tidak kurang dari 50 peserta hadir dan mengikuti dengan tekun ulasan dan gagasan seputar pembentukan “Akademi Literasi” yang direncanakan segera terwujud setelah bulan Ramadhan berlalu.

Tokoh muda pendiri Rektor Institute, sebuah lembaga pendidikan informal yang membantu mendampingi persiapan calon mahasiswa baru dan telah mendampingi ribuan peserta di seluruh Indonesia ini memang punya elan vital dan terus berevolusi. Sebelum terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan seperti yang dilansir Tribun Timur, ia dikenal sebagai pengusaha muda berprestasi di dunia bisnis dan pendidikan. Upayanya untuk memajukan pendidikan mengantarkan pria kelahiran Bone, 3 Juli 1993 ini menjadi satu dari 10 pemuda yang memiliki pengaruh di Sulawesi Selatan versi Tribun Timur dan masuk dalam deretan pemuda inspiratif Makassar oleh Makassar Terkini. Ia juga dikenal sangat dekat dengat pengusaha nasional Sandiaga Uno.

Dalam hal pemajuan literasi di daerah, ananda Bachtiar Ismail tidak hanya berpikir bagaimana memberikan bantuan materil berupa buku atau biaya operasional pada kantong-kantong literasi, di daerah, tetapi yang sangat penting adalah bagaimana memberikan bimbingan dan supporting secara berkelanjutan agar bantuan materil itu dapat dimanfaatkan secara maksimal dan sesuai dengan pengertian literasi sesungguhnya. Oleh karena itu perlu adanya wadah literasi yang menghimpun semua penggiat literasi yang ada di daerah. Karena, satu kesalahan yang sering dilakukan oleh banyak orang atau lembaga pemberi bantuan pemajuan literasi ketika bantuan tidak disertai dengan bimbingan. Bantuan literasi berupa pengadaan buku-buku atau dana operasional sebuah taman baca atau perpustakaan masjid tak akan banyak manfaatnya jika tidak disertai dengan bimbingan memanfaatkan bantuan tersebut. Oleh karena itu pihaknya akan terus-menerus melaksanakan bimbingan baik dalam bentuk pelatihan, workshop, sarasehan membaca dan menulis.

“Saya mengajak penggerak-penggerak literasi yang ada di daerah ini dan berharap semua peserta yang mengikuti kegiatan ini menjadi anggota saru wadah literasi dan sama-sama belajar berliterasi dengan benar. Kami telah menyiapkan link agar semua menjadi anggota di sana.”

Sementara sebagai sparring partner dalam memajukan literasi di daerah, penggerak literasi Sulsel yang juga memiliki elan vital yang tinggi dalam memajukan literasi di Sulawesi selatan, BachtiarAdnan Kusuma menjelaskan gagasan itu lebih konkrit sebagai sebagai bentuk akademi.

“Kami akan segera membentuk sebuah Akademi Literasi di daerah ini, bukan sebuah perguruan tinggi tetapi semacam wadah yang akan menghimpun semua penggerak literasi untuk bersama-sama berbuat memajukan literasi dalam pengertian yang sebenarnya” kata Bahtiar Adnan Kusuma membuka wawasan peserta yang diiringi dengan uplaus sebagai tanda persetujuan peserta. Bachtiar kemudian menguraikan secara rinci apa yang seharusnya dilakukan pada akademi tersebut.

“Kepala Dinas Perpustakaan, kami dan kakanda Badaruddin Amir sebagai salah seorang penggerak literasi di Kabupaten Barru, Insya Allah akan membuat program berkelanjutan: memberikan pelatihan-pelatihan gratis bagaimana menulis dan menghasilkan sebuah tulisan. Karena hanya dengan menulis kita dapat mengaktualisasikan diri pada dunia…” lanjutnya.

Bachtian Adnan Kusuma yang juga dikenal sebagai penggerak literasi perpustakaan lorong di kota Makassar ini menyebutkan beberapa daerah yang telah disentuhnya, antara lain Maros dan daerah-daerah lainnya. Dalam safari literasi bersama legislator muda Ismail Bachtiar, ia mengaku telah melakukan supporting pada beberapa taman baca dan perpustakaan Masjid. “Akademi literasi” nantinya akan bekerja memajukan literasi secara bersama-sama. Oleh karena itu saya mengajak penggerak-penggerak literasi lainnya seperti Kakanda Badaruddin Amir yang ada di daerah ini dan berharap semua peserta yang mengikuti kegiatan ini menjadi anggota dengan mengakses link yang kita bentuk melalui WA grup yang barcodenya dapat discan sebentar. “

Acara unik dan menarik tersebut ditutup dengan penyerahan empat seri buku berjudul “Kita, Literasi dan Pendidikan” karya penulis Kabupaten Badaruddin Amir kepada legislator muda Ismail Bachtiar dan pemberian parcel “Selamat Lebaran” kepada semua peserta yang hadir.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here