Dulu Asrama Tanete, Kini Jadi Panti Asuhan “Mattampawalie” yang Menampung Anak Yatim

0
740
- Advertisement -

PINISI.co.id- Semula asrama Tanete adalah tempat penghuni mahasiswa asal Barru yang tengah kuliah di Kota Makassar. Belakangan, oleh pemiliknya H.M. Yasin Azis diubah menjadi panti asuhan bagi anak-anak yang tidak mampu.

Asrama yang tereletak di Jalan Datuk Ditiro No. 5 Makassar sekarang bermetamorfosa sebagai panti asuhan bernama “Mattampawalie” .

Panti dikelola sepenuhnya oleh Yasin yang juga adalah Ketua Umum Kerukunan Keluarga Barru — bermula
ketika Yasin pulang dari Timor Leste selepas provinsi termuda itu memisahkan diri dari Republik Indonesia.

Bangunan permanen berlantai dua ini, menampung anak yatim piatu dari berbagai pelosok desa di Kabupaten Barru. Sarana pendukung asrama dilengkapi berbagai fasilitas termasuk akses internet dan perabotan dapur yang memadai.

Kini jumlah penghuninya sebanyak 75 anak yatim piatu.

- Advertisement -

Guna memastikan kebutuhan harian anak, Yasin selalu memantau kondisi panti, terutama konsumsi setiap hari, agar tetap tercukupi kebutuhan gizinya. Dengan pendingin untuk makanan beku demi ketersediaan bahan makanan selalau ada.

Panti yang kini dihuni puluhan anak yatim memiliki nostalagia dengan pendirinya.

Yasin pertama kali ke Kota Makassar dengan angkutan umum yang membawanya dari Barru. Turun di kawasan Maccini, ia lalu naik becak ke Jalan Datuk Ditiro sambil memanggul beras sebagai bekal hidup di asrama.

H.M. Yasin Azis.

Yasin menumpang di asrama pelajar dan mahasiswa Tanete atas jaminan kerabatnya untuk melanjutkan pendidikan di SMA Muhammadiyah.

Kondisi asrama waktu itu sangat memprihatinkan. Betapa tidak. Lantai hanya beralaskan tanah dan bangunannya pun ditopang dari kayu yang telah lapuk. Sungguh tak layak untuk dinamakan asrama. Tapi, ini jauh lebih baik ketimbang hidup dengan tumpangan orang lain.

Selama tiga tahun Yasin melewati waktu bersama teman-teman sesama penghuni, dan tidak terasa ia merampungkan SMA dan selang kemudian ia bertolak ke Timor Leste, untuk mencari nasib baik.

Di Timor Leste yang dulu bernama Timor Timur itu, Yasin menggeluti usaha yang dirintis dari bawah. Usahanya pun berkembang dan mengantarkan ia menjadi pebisnis dalam berbagai bidang usaha.

Di Rantau, ia tidak lupa diri atas keberhasilannya kembali mengenang tempat tinggalnya agar digunakan untuk orang banyak melalui panti asuhan. Membangun panti adalah bagian dari CSR (pertanggung jawaban sosial) dari perusahaan yang dijalankan Yasin.

Kini Panti Mattampawalie sudah terdaftar di Pemkot Kota Makassar dan Kementerian Sosial, sebagai salah satu rujukan setiap program sosial.
Adapun managemen panti ditangani langsung oleh Yasin guna memudahkan kontrol dan koordinasi.

Memasuki bulan suci Ramadhan, panti kembali menggelar berbagai kegiatan religi seperti tadarus, tarawih keliling, buka puasa bersama.

Di luar panti, selama tiga periode Yasin memimpin paguyuban Barru, dan tanpa pamrih bekerja untuk warga Barru yang berada di luar daerah. Selain itu ia senantiasa membangun sinergi dengan Pemda Barru.

Selaku pebisnis, ia secara tidak langsung ikut membangun kampung halamannya dengan membuka beberapa gerai mini market, dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. (Fik)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here