Diskusi Hardiknas KKSS: Membangun Generasi Unggul; Ini Kiatnya

0
784
Sejumlah ibu muda dengan anak balitanya seusai menimbang di posiandu. Usia balita adalah masa penentuan masa depan sang anak di masa depan.
- Advertisement -

PINISI.co.id- Merayakan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Komunitas Literasi Gizi (KoaLizi), Departemen Kesehatan Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) mengadakan Diskusi Online “Membangun Generasi Unggul”, Jumat (1/5/20).

Pemakalah adalah dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp.GK, Ketua Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, psikolog Dra. Nunki Nilasari, Sc.Psi, Ustad Abul Hayyi Nur, S.Pd.I, S.Sos, pimpinan Pesantren Syawarifiyyah Rorotan. Diskusi dipandu dr. Mahesa Paranadipa, MH,  seorang praktisi Kesehatan.

Tirta memaparkan perkembangan kemampuan kognitif anak yang sangat dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang diperoleh anak tersebut. Gizi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kecerdasan anak.

“Kecerdasan anak adalah sesuatu yang berjalan dinamis dan berkembang seiring berjalannya waktu. Ada masa keemasan dalam perkembangan kognitif anak untuk mencapai puncak tertinggi. Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa Golden period akan menentukan kecerdasan seorang anak di kemudian hari,” jelas Tirta.

Menurutnya, perkembangan kemampuan kognitif anak tidak dimulai saat anak dilahirkan. Perkembangan kognitif dimulai jauh sebelum anak lahir, sejak masa kehamilan ibu bahkan sebelum orangtuanya menikah. Jadi jauh sebelum anak lahir sudah harus disiapkan, dibangun atau dibentuk.

- Advertisement -

“Seorang perempuan sebelum mengandung harus menyiapkan dirinya seoptimal mungkin, memastikan dirinya memiliki asupan gizi yang adekuat sehingga ketika memasuki masa kehamilan ia memiliki status gizi dan kesehatan yang baik. Pencapaian status gizi yang baik ini diupayakan tidak hanya saat sang ibu mengandung. Pembentukan organ tubuh janin dalam kandungan kebanyakan dimulai sejak usia kandungan 8 minggu,” beber Tirta.

Pada kebanyakan kehamilan, lanjut Tirta, ibu biasanya baru mengetahui setelah janin berumur 4 minggu. Jika perbaikan gizi baru dilakukan saat kehamilan diketahui, maka berpotensi terlambat. Buruknya pemenuhan kebutuhan gizi pada kehamilan akan berimplikasi pada kesejahteraan janin dalam kandungan.

“Janin akan tumbuh dalam keterbatasan zat gizi dan tentunya akan mempengaruhi pertumbuhannya. Ketidakterpenuhan ini bisa dilihat dari pertambahan berat badan ibu saat hamil yang tidak adekuat dan bayi yang dilahirkan dengan berat lahir rendah,” katanya.

Tak kalah penting, urai Tirta, pemberian suplementasi zat besi yang dilakukan sejak remaja sangat penting untuk menjamin cadangan zat besi saat ia hamil nantinya. Cadangan besi ibu ini akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan semasa kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui. Cadangan besi ibu turut membentuk cadangan besi bayi. Cadangan besi bayi akan menjadi sumber pemenuhan kebutuhan zat besi bayi pada masa 6 bulan pertama.

“Periode terpenting perkembangan kemampuan kognitif anak adalah pada masa sebelum anak berusia 5 tahun. Pada masa ini puncak perkembangan terjadi, sehingga di masa ini segala bentuk intervensi yang dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan anak menjadi sangat efektif,” katanya.

Terdapat masa perkembangan dengan plastisitas tertinggi, yaitu pada 1000 hari pertama kehidupan, yaitu pada 9 bulan kehamilan dan hingga dua tahun setelah ia dilahirkan. Sehingga masa 1000 hari pertama kehidupan ini dikenal pula dengan nama window of opportunity. Anak yang melewati masa ini dengan baik akan memiliki kualitas yang baik dimasa depan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kebutuhan gizi terbesar terjadi pada usia balita, yakni pada usia 0 – 1 tahun, bayi membutuhkan sekitar 110 – 120 kkal per kilogram berat badannya dan akan menurun seiring pertambahan usia. Kebutuhan protein pun sangat tinggi yaitu sekitar 2,5 gram perkilogram berat badan anak.

Hal ini, kata Tirta, menjadikan balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap malnutrisi apabila upaya pemenuhan kebutuhan zat gizi tidak adekuat. Balita harus mendapatkan makanan dengan kualitas yang baik disertai dengan kuantitas yang adekuat sesuai dengan kebutuhannya. Pada usia 0 – 2 tahun, masalah asupan gizi anak biasanya berupa kurangnya energi, protein, zat besi dan vitamin A. Makanan pendamping ASI untuk usia tersebut harus didesain untuk memenuhi kekurangan ini. 

Sementara Nunki Nilasari, Sc.,Psi menyampaikan Topik: Tantangan dan Masalah Pembangunan Karakter”. Dalam penjelasannya, Nunki kemukakan, bahaya karakter yang dapat merusak peradaban yakni meningkatnya kekerasan di kalangan remaja. Penggunaan bahasa dan kata-kata kotor, pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan. Meningkatnya perlaku yang merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. Semakin kaburnya pedoman baik dan buruk.

“Semakin rendahnya rasa hormat kepada kedua orang tua dan pendidik, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara. Rendahnya rasa tanggung jawa pada individu dan warga negara dan adanya rasa saling curiga dan benci antar sesama,” terang Nunki.

Menurut Nunki, masalah karakter yang muncul sekarang yaitu rendahnya human capital index dimana Indonesia menepati urutan ke 87 dari 157 negara. Tingginya angka korupsi dan peringkat kedua dalam mengakses situs pornografi.

Masalah dan tantangan pembangunan karakter yang dihadapi bangsa ini adalah adalah kurangnya teladan. Ketiadaan visi. Tidak adanya pewarisan nilai-nilai budaya yang baik. Kurang memberi penghargaan pada sikap dan kecenderungan memberi penghargaan pada materialisme. Kurang menumbuhkan apresiasi positif meskipun pada hal-hal kecil.

Akan halnya Ustad Abul Hayyi Nur, S.Pd.I, S.Sos memaparkan tentang Islam dan Pembentukan Karakter Anak Didik menjelaskan bahwa untuk mendidik anak memiliki karakter yang baik kita harus mengikuti nasehat Lukman al Hakim. Dimana karakter anak didik harus tidak mempersekutukan allah artinya memiliki akidah yang baik. Berbuat baik kepada orangtua. Harus meyakini bahwa ada allah yang mengawasi segala perbuatannya, dan harus rajin mendirikan shalat serta memiliki kepribadian yang tidak sombong.

Kepada orang tua diharapkan untuk tidak meninggalkan akan-anak atau generasi kita yang lemah dan mengkhawatirkan, baik dari baik dari IQ, maupun kesejahterannnya.

[Firman]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here