Berpakaian Putih-putih Lebih Baik Ketimbang Serba Hitam

0
232
- Advertisement -

Hikmah Abdul Hamid Husain 

Mengenakan pakaian serba hitam hal yang sering kita temui ketika melayat ke rumah duka dan mengantar jenazah ke pemakaman.

Dan keluarga yang ditinggalkan juga memakai pakaian serba hitam untuk menggambarkan berkabung dan rasa duka. Ini adalah tradisi ummat non Muslim. Sedang ummat Muslim disunnahkan yang serba putih putih.

Bagaimana kisah awal muasalnya berpakaian serba hitam di saat berduka dan melayat?

Inilah kisah nyata atau true story nya;

Tadisi Kekaisaran Romawi:Memakai pakaian serba hitam ketika melayat ke rumah duka atau ke kuburan adalah tradisi di zaman kekaisaran Romawi.

- Advertisement -

Para penduduk Romawi wajib memakai pakaian serba hitam terutama anggota keluarga yang ditinggalkan. Selain itu para keluarga hingga kerabat yang datang juga memakai pakaian serba hitam.

Warna hitam disimbolkan dengan kematian atau menghormati orang yang tengah berduka.

Tidak hanya pakaian hitam, keluarga Romawi dulunya juga selalu memakai jubah hitam ketika memakamkan anggota keluarga mereka lengkap dengan  toga hitam atau disebut toga “Pulla” ketika berada di kuburan saat proses pemakaman.

Selanjutnya ke negara negara di benua lain: Jadi tradisi Romawi pakaian hitam tersebut  menyebar ke berbagai negara di benua Eropa, Asia, Amerika sampai ke  Afrika.

Lantas ini dipopulerkan oleh Ratu Victoria Inggris. Meski pakaian serba hitam merupakan tradisi di zaman kekaisaran Romawi, namun Ratu Victoria Inggeris lah yang  mempopulerkan warna pakaian tersebut.

Ratu Victoria yang mulai memimpin Britania Raya dan Irlandia sejak 1876 mengalami peristiwa duka yakni meninggalnya sang suami, Pangeran Albert pada 1861.

Kala itu, sang ratu memakai pakaian atau gaun serba hitam ketika acara pemakaman sang suami. Hingga kemudian, warna pakaian hitam itupun diikuti oleh penduduk Britania Raya dan Irlandia di hari hari duka tersebut.

Pakaian serba hitam di Britania Raya dan Irlandia disebut untuk menghormati keluarga yang berduka. Tak ayal, pakaian dengan warna hitam itupun turut diikuti di benua Amerika akibat peristiwa meninggalnya sang Pangeran Albert pada 1861.

Bahkan tak hanya itu, tradisi pakaian hitam saat melayat juga semakin populer di negara-negara Eropa lainnya hingga ke Asia.

Beda Warna

Namun tidak semua negara ikuti hitam hitam.  Myanmar, negara tetangga kita ini menganggap pakaian warna kuning sebagai simbol duka cita atau berkabung.

Adapun Iran, negara Asia Barat ini menilai warna biru simbol kematian atau duka cita. Sementara India dan Tiongkok menganggap pakaian serba putih sebagai simbol duka cita. Serta Tailand menilai warna ungu lah yang menjadi lambang duka cita.

Ummat Muslim Pilih Putih putih

Rasuulullaah SAW bersabda:

الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ

(رواه ,ابو ظود الترمذى

و ابن ماجة)

Artinya;

“Pakailah  pakaian yang serba putih.

Warna putih adalah pakaian yang paling baik. Dan berilah Kafan pada orang yang meninggal di antara kalian dengan kain warna putih.”

(Hadits Sahih Riwayah Al Imam Abu Daud no. 4061, At Tirmidzi no. 994 dan Ibnu Maajah no. 3566).

Rasuulullaah SAW juga bersabda:

الْبَسُوا الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا أَطْهَرُ وَأَطْيَبُ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ

Artinya:

“Kenakanlah pakaian warna putih karena pakaian tersebut lebih bersih dan paling baik. Kafani pula orang yang meninggal di antara kalian dengan kain putih.”

(Hadits Sahih Riwayah Al Imam

At Tirmidzi no. 2810 dan Ibnu Majah no. 3567).

Catatan:

1. Gunakanlah pakaian yang serba putih saat berkabung, duka dan ta’ziah ke rumah Duka dan ketika mengantar Jenazah ke Pemakaman.

2. Pakain hitam hitam  saat berduka adalah tradisi Ummat non Muslim.

Penutup:

Mari kita berdoa dengan Doa yang diajarkan oleh Rasuulullaah SAW ini:

“Yaa Allaah bimbinglah kami untuk selalu eling  mengingat Mu yaa Allaah, bersyukur dan beribadah dengan sebaik baiknya kepada Mu”

اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

(Allaahumma a’innaa ‘alaa dzikriKa, wa syukriKa, wa husni ‘ibaadatiKa).

Penulis, alumnus: Ummul Qura University, Makkah & KIng Abdulaziz University, Jeddah.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here