Berdiri di Atas Cermin Retak, Renungan 75 Tahun Kemerdekaan

0
1161
- Advertisement -


Kolom Ruslan Ismail.Mage

Tingginya perbedaan dan keberagaman di Indonesia menjadi menarik dan penting dianalisa dalam pandangan ilmu Geopolitik. Menjadi menarik, karena ilmu Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Kemudian menjadi sangat penting, karena dari sudut pandang ilmu Geopolitik Indonesia termasuk negara yang potensial pecah.

Apa alasan pembenarnya? Mari kita renungi data geografis Indonesia. Luas wilayah Indonesia 5.193.250 km, jumlah penduduk sekitar 267 juta jiwa, terdapat 18.306 pulau, dan 1.430 suku bangsa. Belum lagi ada enam agama resmi diakui negara dan 245 aliran kepercayaan. Dari data ini menunjukkan Indonesia adalah negara kepulaan yang dihuni ribuan suku dengan segala macam perbedaan dan keanekaragamannya. Fakta mengatakan, jangankan negara kepulauan yang pulau-pulau besarnya seperti pulau Jawa dan pula Sulawesi berjarak 750 km, negara satu daratan saja seperti Uni Soviet dan Yugoslavia bisa terpecah-pecah menjadi beberapa negara.

Dengan data dan fakta itu, kekhawatiran terjadinya perpecahan ini laksana bayangan raksasa hitam yang selalu mengikuti. Betapa tidak! Beberapa tahun terakhir ini, benih-benih perpecahan sudah mulai tumbuh di tengah masyarakat. Rakyat semakin terpolarisasi terlebih menjelang Pemilukada dan Pemilu Presiden. Lebih memprihatinkan lagi karena polarisasi itu semakin memasuki wilayah agama yang mungkin tanpa disadari ada semacam grand design untuk memecah bangsa. Karena untuk memecah bangsa Indonesia yang terkenal rasa persatuannya tinggi hanya bisa dilakukan dengan mengusik dan mengobok-obok keyakinan kelompok mayoritas.

Sementara dalam sisi politik internasional, Indonesia dengan kekayaan alam yang sangat melimpah selalu menjadi menarik dan sangat seksi bagi kapitalisme global. Dalam konteks politik internasional, saya menganalogikan Indonesia sebagai gadis rupawan cantik dikelilingi oleh banyak lelaki berlibido tinggi yang selalu mencari celah untuk memperkosanya.

- Advertisement -

Jadi teringat ketika kuliah S3 Ilmu Politik, salah seorang Guru Besar Ilmu Politik Indonesia mengatakan dalam diskusi bahwa kondisi bangsa Indonesia yang sangat bergam ini seperti “cermin retak” yang harus dibingkai lagi agar tidak berserakan. Kalau tidak hati-hati, kesenggol sedikit saja bisa jatuh dan pecah berkeping-keping.

Karena itu, memasuki usia 75 tahun kemerdekaan, semua elemen bangsa harus kembali bersatu dalam perbedaan, bersama dalam keragaman untuk menjadi bingkai yang kuat dan menguatkan, agar cermin yang sudah mulai retak sedikit-sedikit kembali utuh dan berkilau memancarkan pesonanya. (Salam merdeka)

Penulis : Akademisi, Inspirator Kebangsaan, dan Founder Sipil Institute Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here