ARB: Hutan Mangrove, Sebuah Peradaban Baru di Makassar

0
845
- Advertisement -

PINISI.co.id. Guru Besar Ilmu Geofisika Kebencanaan dan Sumberdaya Alam Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Prof. Drs. Adi Susilo, M.Si.Ph.D, mengakui kalau Dr.H.Abd. Rahman Bando, S.P.M.M. (ARB) sangat luar biasa bisa meraih predikat doktoral pada Bidang Lingkungan Hidup dan Kelautan dengan predikat Cum Laude dengan nilai IPK tertinggi.

ARB berhasil mempertahankan disertasi doktoralnya dengan judul” Kajian Strategis Pengelolaaan Hutan Mangrove di Pessisir Utara Kota Makassar untuk Mengatasi Mitigasi Bencana Akibat kenaikan Muka Air Laut.

Adi Susilo berharap ilmu dan kemampuan yang dimiliki ARB kiranya bisa didedikasikan untuk masyarakat kota Makassar. “Kalau ilmunya Pak ARB tidak dipakai di Makassar, saya berharap agar ARB bersedia menjadi pengajar pada program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya,” kata Adi Susilo.

ARB, menilai penataan dan normalisasi bantaran sungai Tallo dan hutan mangrove pesisir utara Makassar dibangun melalui kerjasama dengan pemerintah, masyarakat dan lembaga internasional PBB. Dari keberhasilan program penataan sungai dan hutan mangrove di Lantebung dan Untia, membuat ARB beberapa waktu lalu diundang oleh PBB ke Roma, Italia untuk mempresentasikan Costal Comm,unity Development Program Internasional Fund For Agricultural Development di PBB.

Impian ARB seperti yang tertulis dalam bukunya “ ARB, Dua Sayap, Berani dan Inovatif” yang disunting Sekjend Asosiasi Penulis Profesional Indonesia Pusat, Bachtiar Adnan Kusuma, melihat kalau wilayah Lantebung tak sekadar menjadi hutan mangrove saja. Kalau begitu maka tak ada peradaban di sana. Yang ada hanya ular, kepiting, bakau dan habitat makhluk hidup lainnya. “ Bagi saya itu tidak terlalu berguna, saya ingin yang lebih. Selain manrovenya dibudidayakan, kehidupan manusianya pun diperhatikan. “ Saya berusaha menjadikan mangrove sebagai destinasi wisata. Sedikit demi sedikit, hal itu mulai tampak di Lantebung Kelurahan Bira dan Untia.

- Advertisement -

Karena itu, ARB bertekad agar masyarakat pesisir harus diberdayakan, wilayah pesisir Indonesia sangatlah panjang terpanjang di dunia. Logikanya, kata ARB yang hidup di pesisir itu seharusnya punya tingkat kesejahteraan di atas rata-rata. Karenanya, mangrove tak sekadar hamparan pohon bakau dengan akarnya yang saling menjalin. Lebih dari itu, mangrove adalah sebuah peradaban.” Tak sekadar jalinan akar, di sana ada jalinan harapan” papar ARB kepada Bachtiar Adnan Kusuma dalam berbagai diskusi dan kesempatan.

( Man)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here