Andi Waty Oddek, Generasi Pelanjut / Wija Pattola

0
1069
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

Bagaimanakah kepemimpinan sebuah kaum dan komunitas?

Apakah kepemimpinan dilahirkan atau dibentuk dengan pendidikan atau dengan kaderisasi dari lembaga-lembaga kemasyarakatan dan partai politik?

Atau dilihat dari trah genetis/ keturunannya/abbatireng, orang Bugis menyebutnya.

Idealnya memang bila calon pemimpin memiliki dua hal yang disebutkan itu, terutama dengan trah abbatireng.

- Advertisement -

Saya membatasi membicarakannya dari lingkup sosial kultur Bugis Makassar.

Dokter Gigi Andi Logiswaty Oddek adalah putri pendiri dan Ketua Umum KKSS ketiga, Kolonel Polisi Andi Oddek tahun 1985-1990. Saya menyebutnya bahwa Andi Waty sebagai generasi penyambung (wija pattola).

Dari sembilan Ketua Umum KKSS sejak dibentuk 1976, dari kepemimpinan Mayjen TNI Abdul Asis Bustam hingga Muchlis Patahna tahun 2019 baru kali ini tampil seorang putri mantan Ketua Umum yang dilibatkan sebagai anggota pengurus.

Ada juga seorang putra pendiri namanya, Chairul Mallombassang dan putri Brigjen TNI Abdul Malik di KKSS Jawa Barat.

Kepada mereka, putra dan putri ini saya intens berkomunikasi dengan pandangan pemikiran mereka tentang tema yang saya tulis di grup WatshApp PINISI online.

Dari intensitas pembicaraan itu, saya menilai bahwa mereka mewarisi rasa kepedulian untuk bersama membangun komunitas yang berbasis adab/ Pangaderang Bugis Makassar.

Warisan Kepemimpinan

Kepemimpinan wanita Bugis dalam memperjuangkan hak-hak asasi kaumnya dapat dilihat sejak abad ke-13 dan periode perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa, banyak pelakunya yang tampil menjadi contoh.

Antaranya raja/datu Soppeng IV We Takke Wanua di abad ke-13, Fatimah Dg Takonto Karaeng Campagaya, putri Sultan Hasanuddin 1666 Gowa, Besse Langelo 1817 Sinjai, I Tenri Awaru Besse Kajuara 1859 Bone, Opu Dg Risaju Luwu, Maraddia Ibu Depu dari Mandar, Andi Ninnong Arung Tempe Ranreng Tuwa Wajo dan Pancai Tana Bunga Walie Enrekang.

Sampai ke perjuangan ke bidang profesional, diplomasi dan pemerintahan saat ini.

Ada beberapa wanita Bugis Maksssar di birokrasi pemerintahan, cendekiawan di perguruan tinggi dan di parlemen daerah dan nasional.

Sebut misalnya Erna Witoelar, Syamsiah Ahmad , Musdah Mulia Thaib, Yuliana Paris dan Muthia Hafid.

Legolego Ciliwung 20 Mei 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here