Achmad Pawennei, Hidupnya Ibarat Air Sungai Mengalir Tidak Tegak Lurus dari Hulu ke Hilir

0
833

Kolom Fiam Mustamin

Lahir 14 Novemver 1942 di Bukaka Watampone.

TANGGAL kelahirannya selisih dua hari dengan deklarasi kelahiran paguyuban kekerabaran Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) yang menghimpun para perantau dari empat suku besar ; Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja pada 12 November 1976.

Bisa jadi karena itu, Pawennei seperti ber chemistry — semacam ada persenyawaan terpilih menjadi Sekjen dan Ketua KKSS dalam kurun tahun 1984-1995.

Sekjen di kepemimpinan Andi Oddek 1985/1988 dan berikutnya terpilih lagi jadi sekjen transisi kepemimpinann Muslim Massewa beberapa bulan yang dilanjutkan dengan pengangkatan Beddu Amang menggantikan Mayjend Muslim Massewa yang masih aktif di militer saat itu.

Sebelumnya Pawennai sebagai Pembantu Umum di kepemimpinan Andi Sose tahun 1984/1985.

Sebelas tahun di Pengurusan Pusat KKSS, sebuah pengabdian perjalanan waktu yang cukup lama.

Karena itu tidak berlebihan bila kita sebut bahwa Pawennei adalah sebuah Lagenda dan Pustaka hidup KKSS.

Kado/Memori 79 Tahun

TERMASUK tidak banyak orang yang mendapat hidayah/pammase di usia 79 tahun dapat menuliskan biografinya sendiri.

Suatu kekuatan ingatan dan kecendekiaan yang bisa dikategorikan dalam lontarak disebut To Acca.

Saya salah satu sahabatmya yang mendapatkan buku memoar itu : Pawennei Purnawirawan TNI Angkatan Udara Sang Pioner.

Buku Itu dicetak luks 120 halaman di terbitkan bertepatan dengan Ulang Tahunnya yang ke 79 pada 14 November
2021.

Ditulisnya sendiri dengan apa yang dialami dari masa Sekolah Rakyat/SR yang satu sekokah dengan Muh Jusuf Kalla di Watampone.
.
Lalu lanjut ke Sekolah Teknik Menegah/STM satu sekolah dengan Aksa Mahmud di Makassar.

Masuk pendidikan militer di Angkatan Udara dan berdinas di Kupang, NTT, Kalimantan dan Cimahi Bandung.

Selama bertugas di Kalimantan di Lanud Sulaiman Margahayu dan Singkawang telah mengapgrid bandara Sampit, Pangkalan Bun dan Palangkaraya.

Serta membangun Air Strip di Muaratewe Buntok.

Membaca memoar itu seperti melihat presentasi power poin di layar yang lengkap dengan foto-foto yang menjelaskan narasi yang diceritakan itu.

Dari situ dapat disimak bahwa Pawennei seorang yang profeksionis/telaten/ matinulu, terdokumentasi dan terorganisir dengan apa yang dikerjakanmya.

Kelas tiga STM beliau sudah mandiri membiayai hidup dan sekolahnya dengan berdagang di pasar, pemasok pakaian seragam di sekolahnya, mengikuti jejak habitat dagang orang tuanya di Watampone.

Sembari berdinas di Angkatan Udara dengan penugasan di sektor teknik pembangunan landasan lapangan terbang, perumahan dan lain-lain infrastruktur, naluri dagangnya juga muncul.

Kemudian menjadi pemasok semua kebutuhan material dengan proyek yang ditanganinya bekerja sama dengan pihak kedua sebagai pemasok material.

Dalam perjalanan hidupnya seperti air mengalir.

Berhenti dari dinas milter dan memilih menjadi entereprenuer dengan membangun perusahan peralatan Uji Material Konstruksi (Tanah, Beron dan Aspal) dengan nama CV Mektan Babakan Tujuh/MBT tahun 1974.

Perusahaan itu mengabadikan alamat rumahnya di Cimahi Bandung sebagai usaha home industry.

Tujuan untuk memberikan pengabdian yang lebih luas untuk bangsa.

Saat ini terbangun pabrik di Padalarang Kabupaten Bandung.

Bersama di KKSS

SEBAGAI Sekretaris Pelaksana KKSS, saya beberapa kali mendapat penugasan mendampingi beliau melakukan konsolidasi organisasi dan pelantikan pengurus KKSS, antaranya ke Dili Timor Timur, Kupang NTT, juga membawa misi menginventarisasi potensi sumberdaya ekonomi daerah di Barru, Soppeng dan Bone untuk materi Pertemuan Saudagar Bugis Makassar.

Dalam memoar itu, Pawennei selaku sekjen mendampingi Beddu Amang bertemu dengan Muh Jusuf Kalla, Ketua Umun Kadinda Suksel bersama Alwi Hamu pemilik Fajar Grup di hotel Wisata Jakarta tahun 1990.

Pertemuan itu bertujuan membicarakan rencana Pertemuan para warga rantau dengan Silaturahmi Saudagar Bugis Makassar/SBM sebagai ajang berhalal bi halal setiap usai lebaran puasa dengan Gubernur/ Pemda Sulsel sebagai tuan rumah penyelenggaranya.

Pertemuan bersejarah dari empat tokoh tersebut itu menjadi Memori Monumental dengan kehadiran PSBM saat ini yang tidak boleh di abaikan oleh generasi penenus.

Pengabdian Tanpa Akhir

BEBERAPA pesan penting dalam buku memoar itu untuk anak cucu untuk hidup yang bermanfaat bagi diri , keluarga dan orang banyak.

Tujuh wasiat teladan itu adalah 1. Jangan berhenti berkarya untuk orang banyak 2. Jangan berhenti belajar dan berbagi ilmu 3. Jangan takut salah, karena dari kesalaham itu muncul kebenaran yang kita peroleh 4. Jangan dendam kepada siapapun karena hal itu akan membuat kita merugi. 5.Selalu positive thinking/ nawa-nawa patuju dalam menghadapi setiap masalah apapun itu 6. Tumbuhkan optimisme dan kemauan kerja keras yang akan mengantarkan sukses bagi kita 7. Selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki dan membuat hidup ini menjadi nikmat berarti.

Selamat berulang tahun ke 79, panjang umur/ malampe sungek, sukses / ri ammasei dan berbahagia selalu bersama keluarga besar anak cucu aamiin.

Beranda Inspirasi Ciluwung 5 Desember 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here