Waspadai Cukong di Pilkada; Pilih Pemimpin, Bukan Boneka

0
1181
- Advertisement -

Kolom Jumrana Salikki

Hitungan dentangan detik ke menit, beberapa jam lagi Pilkada, 9 Desember 2020 digelar di seluruh Indonesia.

Masa super sibuk di beberapa minggu terakhir ini pastinya menegangkan bagi pasangan calon Bupati, Walikota dan Gubernur beserta timnya masing-masing.

Tak bisa dipungkiri, pilkada selain kesiapan mental bagi paslon, adalah kesiapan dana atau sokongan dana segar harus siap. Yang tentu jumlahnya fantastis, puluhan milyar hingga ratusan milyar.

Bukan rahasia lagi, umumnya, kelolosan paslon tidak terlepas dari belanja partai berapa seat, dan berapa harga perseatnya, tergantung partai apa yang menjadi kendaraan atau pengusung.

- Advertisement -

Di 2015, ada paslon mengeluh, harus mengeluarkan biaya belanja lebih besar di partainya sendiri dengan harga fantastis. Walau demikian ada hitungan jari yang dapat tiket gratis dari partainya, Tergantung bagaimana partai bersikap pada kadernya.

Maka itu, dipastikan bagi paslon harus memiliki uang lebih untuk dikorbankan dalam pencapaian itu. Modal sosial dan sokongan keluarga, kerabat dan kolega.

Jika tidak cukup, jalan lain, paslon mengambil pintas kerangkengan cukong untuk cost politik di Pilkada.

Para pemilih harus mewaspadai cukong yang ada dibalik paslon tersebut. Dari mana sumber dana, siapa, mengapa, dll, harus menjadi telaah sebelum masuk bilik pencoblosan.

Tawaran dari cukong di Pilkada pasti ada. Tinggal bagaimana menyikapinya. Yang jelas dalam politik, tidak ada makan siang atau makan malam gratis. Berapa kebutuhan, tentu akan disiapkan semuanya.

Hari ini dana segar membanjiri masyarakat. Tim Paslon satu dan paslon lainnya akan main kayu di lapangan. Justeru rakyat harus cerdas, dari mana sumber keuangan calon pemimpinnya yang akan menampuk pemerintahan selama 1 (satu) periode. Waspadai penguasa cukong di balik itu yang bisa dipastikan penguasaan proyek pembangunan termasuk lahan jika ada di daerah tersebut juga kebijakan-kebijakan pemerintahan tentu akan dikendalikan oleh sang cukong.

Lagi-lagi tidak ada makan gratis. Semua ada hitungannya dan itu harus riil di kemudian hari.

Jika iya, berarti suara pemilih akan sia-sia dibawa ke laut, bukan pemimpin daerah atau wilayah yang dipilih, tapi, yang dipilih hanyalah boneka dari cukong yang dilegalkan dalam Pilkada di 2020 ini.

Lalu apa yang rakyat dapat? Adakah pembangunan?

Apa yang didapatkan pendukung/tim sukses, …?

Lalu akankah ada pergerakan ekonomi yang signifikan di daerah tersebut…?…
Bagaimana SDM terutama generasi mudanya. Jangan hanya bertopeng jargon milenial yang dihembuskan…?

Lalu setelah itu, akan gigit jari menunggu hari, bulan dan tahun sampai pada waktunya akan tiba.

Yang tertinggal adalah penyesalan. Menengok daerah lainnya yang lebih maju.

1 (satu) petani, nelayan, rakyat jelata sekalipun, apalagi emmak-emmak dan milenial sangat berarti untuk kemenangan. Jangan merasa kecil, tapi pastikan sebagai penentu kepemimpinan daerah atau wilayah di mana berdomisili. Satu suara sangat berarti buat diri sendiri, masyarakat, termasuk bagi bangsa Indonesia.

Bisa dibayangkan jika Pilkada ini dimenangkan oleh cukong, maka rakyat akan terhempas dan termarginalkan. Pilkada hanya melahirkan boneka (dato-dato)-Bugis Makassar, yang harus taat dan tunduk pada perintah sang cukong. Biaya politik sang Paslon dengan mengorbankan rakyat dan daerahnya.

Belum lagi intipan penegak hukum (KPK) mengintai karena sang boneka harus mencari selisih dari negara atau uang rakyat. Kesia-sianlah negara menggelontorkan dana Pilkada di masa pandemi covid 19 ini. Di mana rakyat bawah berjibaku bertahan hidup menjaga imunitas dan menahan nyanyian lagu di perutnya menunggu asupan.

Pilihlah Pemimpin; berkarakter, cerdas, jujur, berani dan tegas. Mengedepankan kepentingan rakyat. Berani dalam kebenaran.

Karena hanya orang ikhlaslah yang siap mengabdikan dirinya untuk orang lain. Amati rekam jejaknya. Ayo Pilih Pemimpin, bukan Boneka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here