Universitas Negeri Jakarta: Menatap ke Depan

0
391

Kolom Hafid Abbas

Data UNESCO menunjukkan bahwa pada 2017 terdapat sekitar 28000 perguruan tinggi di seluruh dunia yang melayani 220 juta mahasiswa. Dari jumlah itu, kurang dari sepuluh persen mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang muncul di salah satu lembaga akreditasi internasional: UNESCO, Webometrics, Times Higher Education, dan QS Stars. Atau kurang dari 1500 perguruan tinggi di dunia yang masuk dalam kategori perguruan tinggi bereputasi. Ini umumnya berada di AS dan di Eropa.
Dengan menggunakan kriteria QS World Class University (WCU, 2021), di antara 4593 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia (Dikti, 2021) hanya empat saja yang masuk di kelompok 500 besar yakni UGM di urutan 254, kemudian disususl oleh UI (293), ITB (303) dan Unair (465).

Pada saat pembukaan Dies Natalis UNJ ke-58 di Gedung Olahraga UNJ pada 17 Mei 2022, Rektor UNJ, Komarudin, menyampaikan beragam reputasi dan prestasi yang telah dicapai UNJ dalam lintasan sejarahnya yang sudah mendekati enam dekade. Dikemukakan, UNJ yang kini sudah berakreditasi unggul, berikhtiar menjadi universitas berkelas dunia yang unggul dalam bidang pendidikan, sains, teknologi, dan humaniora.
Semangat yang dikemukakan oleh Komarudin sesungguhnya menyatu dalam jiwa dan makna eksistensi sebuah universitas. Disebutkan oleh UNESCO (Policy Paper, 1995) university is a community whose members, being fully committed to the principles of academic freedom, are engaged in the pursuit of truth, defence and promotion of human rights, democracy, social justice and tolerance in their own communities and throughout the world, and participate in instruction for genuine participatory citizenship and in building a culture of peace.
Sebagai refleksi, berikut ini dikemukan beragam milestones sebagai modal bagi UNJ menuju pencapaian visi besarnya.
Pertama, pada 2021, UNJ telah mendapat akreditasi unggul dari BAN-PT sebagai PT bereputasi. Di antara 4593 PTN dan PTS di tanah air, hanya 98 saja PT yang telah mendapatkan akreditasi unggul itu. Prestasi ini tentu tidak terjadi secara kebetulan, tapi terwujud karena ada kebersamaan, kerja keras dan hadirnya iklim kepemimpinan yang kondusif, inklusif dan partisipatif yang telah berproses dari berbagai era kepemimpinan. Ini adalah modal bagi UNJ untuk melangkah lagi dari PTN yang berstatus Badan Layanan Umum menjadi PTN Berbadan Hukum dan selanjutnya menuju ke taraf universitas bereputasi di kelas dunia (world class university).

Kedua, pada tahun akademik 2020, UNJ termasuk 10 PT terbanyak diminati mahasiswa baru dari seluruh Indonesia. Jumlah peminatnya mendekati 40 ribu, sedangkan yang diterima hanya sekitar 12 persen dari jumlah itu. Misalnya, jumlah pelamar untuk prodi S1 pendidikan matematika 415 yang diterima hanya 36. Yang diterima di UNJ tentu adalah putra putri terbaik, mutiara-mutiara, calon pemimpin masa depan negeri ini.
Ketiga, beberapa program studi di UNJ sesungguhnya sudah bereputasi di Asia dan bahkan di dunia, dalam bidang sains, seni, dan olahraga. Pada bidang olahraga misalnya, pada Asian Games 2018, Indonesia berada di juara ke-4 di antara 45 negara peserta dengan perolehan 70 medali, 31 emas. Namun mahasiswa dan dosen UNJ menyumbang 12 medali, 6 di antaranya emas. Jika UNJ itu satu negara maka dengan 12 medali itu, ia berada di urutan ke-17 di Asia atau melampuhi 28 negara. Jika UNJ di tingkat ASEAN, ia berada di urutan ke tiga setelah Thailand dan Malaysia. Dengan reputasi ini, dapat dibayangkan, mungkin UNJ adalah PT paling unggul di dunia di bidang olahraga prestasi.
Dengan capaian yang membanggakan itu, pantaslah jika UNJ menyiapkan diri untuk menjadi pusat keunggulan pendidikan olahraga bagi negara-negara ASEAN. Apalagi sudah didukung dengan keberadaan Sport Center yang berstandar internasional.
Ke empat, UNJ memiliki warisan sejarah (legacy) dari Presiden Soekarto. Pada 15 September 1953, Presiden Soekarno ke Kampus Rawamangun ini meletakkan Prasastinya yang bertuliskan “Hari ini diresmikan Kota Mahasiswa Jakarta”. Saya mencoba mengkaji apa makna Kota Mahaiswa itu, saya ke Arsif Nasional, baca pidato Bung Karno di berbagai Kampus. Saya dapat menangkap imajinasi Bung Karno, satu kota mahasiswa jika ada minimal 3 kampus bereputasi. Waktu itu ada Salemba, Pegangsaan Timur dan Rawamangun, Krieria lainnya, di kota itu biaya hidup terjangkau, mudah mencari kerja, aman, dan menyenangkan karena terdapat interaksi antarberbagai latar belakang etnis, suku bangsa dan peradaban.

Ke lima, pada 21 Desember 2021, UNJ mendapat Rekor MURI sebagai Perguruan Tinggi dengan jumlah pengukuhan Guru Besar Terbanyak di tanah air. Salah satu di antara 30 Guru Besar yang telah dikukuhkan pada 2021 adalah Muktiningsih, sebagai guru besar bidang Ilmu Biokimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Dalam orasi pengukuhannya menyoroti Potensi Kit Pendeteksi Bakteri Penyebab Keracunan Pangan dalam Memperkuat Kemandirian Bangsa. Dikemukakan oleh beliau bahwa saat ini kasus keamanan pangan terutama keracunan makanan (foodborne pathogen diseases) sangat luas penyebarannya dan dilaporkan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kasus ini sering juga disebut sebagai Kasus Luar Biasa karena korbannya dalam jumlah besar, waktu bersamaan, mengenai berbagai usia, dan terjadi dalam waktu cepat.
Namun, potensi jatuhnya korban yang cukup besar itu dapat dicegah dengan temuan Muktiningsih bersama timnya, yang telah mengembangkan metode deteksi cepat, spesifik dan akurat, sehingga penanganan kasus ini menjadi lebih efisien dan mencegah atau mengurangi terjadinya jumlah korban.
Kelihatannya, produk penelitian seperti ini pantas dan memenuhi kriteria kelayakan untuk diusulkan mendapatkan hadiah nobel di bidang Kimia yang proses dan persyaratannya dapat diakses di: https://www.nobelprize.org/nomination/chemistry/
Terakhir, dengan semangat Dies Natalis UNJ yang ke-58, yang diperingati pada saat-saat yang bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (historic co-incidence), menarik direnungkan ungkapan kalbu Chairil Anwar:
kami bicara padamu dalam hening di malam sepi…..
kami sudah coba apa yang kami bisa
kami sudah beri kami punya jiwa tapi kerja belum selesai belum apa-apa……
berilah kami arti
berjagalah di garis batas pernyataan dan impian……

Penulis, Dewan Pakar KKSS, guru Besar FIP UNJ dan Penerima Doktor Kehormatan dari Hartford International University (HIU) dalam Bidang HAM dan Perdamaian Internasional (2008)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here