Titik Kilometer Nol Penanda Peradaban Sebuah Kota

0
715
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

JUDUL itu saya sandingkan dengan penandaan Tiang Utama/Pilar
penyangga sebuah bangunan rumah panggung yang disebut Posi Bola (pusar rumah) di peradaban Bugis.

Penempatan dan penandaan titik kilometer nol di sebuah kota menjadi monumen sejarah peradaban dari sebuah kaum dalam kurun waktunya.

Pembicaraan itu begitu menarik dari pakar sejarah dan budaya :
Mas Irvan Boediman, Daeng Gajang dan Mustaqim Aseja yang dipandu oleh Jeng Nabila Khoirunnisa pada episode ke 13 Ngopi Malam Komunitas Sunda Kelapa Heritage, Jumat 19 November 2021.

Pakar ini menguraikan keberadaan monumen kilometer nol mulai dari peradaban Romawi/ Milliarum Anreum (tonggak emas) yang dipersepsikan pada masa itu bahwa arah perjalanan itu menuju ke Roma.

- Advertisement -

Di dalam negeri pun kemudian dikenal adanya monumen Barus di Tapanuli Selatan, penanda mula peradaban Islam.

Lalu di Jakarta dengan monumen titik kilometer nol itu adanya di Menara Syahbandar Sunda Kelapa, wilayah bandar pusat pertemuan peradaban berbagai bangsa asing tempo dulu, yang saat ini sedang diperjuangkan menjadi The Mother Of Jakarta oleh Komunitas Sunda Kelapa Heritage (SKH) yang dikomandoi oleh Daeng Mansur Amin bersama Bang Aciel, Besse Sekar dan beberapa komunitas pesisir.

Makna Filosofis Dari Monumen

MONUMEN itu diciptakan bukan untuk ritual pemujaan.

Lebih sebagai tanda pengingat bagi kita dan generasi tentang sejarah penandaan masa lampau yang bisa diartikan sebagai pengenalan terhadap jati diri sebuah kota dan bangsa.

Tanda pengingat ini saya analogikan dengan Posi Bola / pusar rumah panggung orang Bugis.

Rumah panggung bisa dibongkar dan dipasang untuk dipindahkan tempatnya, dan Posi Bola itu akan tetap bisa terpasang pada posisinya semula di tengah bangunan rumah itu.

Lalu apa fungsinya.

TIANG itu adalah pilar Kekuatan dan Keseimbangan rumah.

Badai angin topan dan banjir besar yang datang menerpa tidak akan meruntuhkan bangunan rumah itu.

Tetua Bugis mengenali karakteristik tanah tempat mendirikan rumah.

Rumah yang dibangun itu pada umumnya menghadap ke arah matahati terbit yang dipahami untuk menyongsong cahaya kehidupan.

Kearifan pemahaman terhadap pusar/pusat bumi ini begitu dihayati oleh tetua leluhur kita dan diyakini bahwa pusar bumi itu letaknya di Baitullah tanah suci Mekkah dengan garis lurus tembus ke langit alam Arrasy.

Begitu istimewanya Posi Bola ini, dalam tradisi pertanian sawah padi di Bugis.

Benih padi itu disandarkan semalam di tiang Posi Bola yang namanya Maddoja Bine.

Semalam itu diadakan ritual pembacaan Surek Galigo/kisah keberadaan Dewi Padi/Sangeseri dan Meon Pala/kucing penjaga dewi padi.

Pada esok paginya benih padi itu diarak ke sawah persemian.

Demikian halnya pada bangunan sebuah perahu berlayar; ada kayu tertentu yang dipilih dijadikan limas dasar dan tiang layar yang tak tergoyahkan oleh terjangan badai dan gelombang yang menghantam sekalipun kemudi itu bisa patah, perahu tetap melaju terkendali ke tujuan.

Dengan spirit itulah dapat dianalogikan dengan bangunan sebuah Monumen Titik Kilometer Nol yang bemakna penandaan masa dalam sebuah kehidupan ini.

Beranda Inspirasi Ciliwung 19 November 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here