Pasangan Soekarno-Hatta

0
1105
- Advertisement -

Kolom Mursalin

Duet pasangan ini akan selalu dikenang. Nama mereka terpampang jelas dalam teks proklamasi kemerdekaan Republik tercinta kita bernama Indonesia. Bukan hanya proklamator, keduanya lalu didaulat untuk memimpin negeri ini pasca diproklamirkannya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat.

Dwi Tunggal. Begitu julukan kepada kedua tokoh yang melegenda ini. Dan sepertinya, “romantisme” perjalanan kemerdekaan bangsa yang memang amat sangat panjang, kedua namanya akan tetap selalu dikenang sepanjang masa. Bahkan, sebagai salah satu wujud penghormatan bangsa ini, pecahan mata uang tertinggi Republik Indonesia yaitu bernilai seratus ribu rupiah, dilembarannya terpampang foto Soekarno dan Mohammad Hatta.

Saking identiknya dua tokoh legenda kemerdekaan ini dengan lembaran rupiah bewarna merah, kadang juga orang tak perlu repot menyebut kata uang atau duit dalam berbagai pembicaraan. “Ada bawa Soekarno-Hatta nya kan?” Cukup dengan kalimat ini, maksud si empunya hajad pasti sudah bisa dipahami oleh mereka yang ditanyai.

Namun, trend Soekarno-Hatta sempat meredup beberapa tahun lalu disaat KPK gencar membongkar korupsi. Ternyata para koruptor dalam melakukan transaksi lebih senang menggunakan Dolar Singapura atau USA. Rupanya alasan mereka sangat masuk akal, semata pertimbangan efektif dan praktis. Bukannya karena tak nasionalis.

- Advertisement -

Alasan koruptor sangat simpel. Misalnya untuk membawa uang sebelas milyar rupiah. Kalau dalam bentuk lembaran Soekarno-Hatta, volume uang bisa meluber sebecak engkol. Tapi kalau dalam bentuk Dolar Singapura atau USA, cukup ditenteng dalam tas jinjing atau kantong kresek dan atau kardus mie instan. Sehingga membawanya tidak begitu kentara dan bisa mengelabui petugas anti rasuah.

Setelah sempat meredup, eh. kini trend Soekarno-Hatta kembali naik lagi. Beberapa ekspose barang bukti kasus korupsi, aparat penegak hukum terlihat menggelar tumpukan rupiah saat memberi keterangan pers. Kasus penyimpangan ventilator proyek covid misalnya, betapa kita menyaksikan aparat Kepolisan menunjukan gepokan rupiah yang bisa untuk dijadikan tilam tiduran di family room. Termasuklah yang dalam sehari dua ini, heboh video tumpukan uang di salah satu kamar hotel yang kabarnya terkait mahar untuk parpol pengusung Pemilukada di Merauke, Papua.

Bukan hanya terkait dengan pernak pernik korupsi tadi, Soekarno-Hatta kini seolah menjadi trending kembali di musim Pemilikada sekarang ini. Bahkan ada istilah, pasangan kepala daerah yang paling populer yaitu “Soekarno-Hatta”.

Serius? Ah..tentu kita yakin itu semata hanyalah candaan saja. Maksudnya tak lain adalah mengidentikan semata. Yaitu terkait per-pulus-an. “Kalau ada pulus makanya semua jadi mulus.” Mulai dari perolehan kendaraan atau perahu parpol pengusung hingga pemenangan akan lancar jaya.

Dan hal tersebut bukan sekadar bisik bisik di warung kopi saja, melainkan juga disampaikan secara terbuka oleh pejabat publik atau petinggi parpol dalam beberapa forum formal terbuka. “Kandidat kepala daerah harus menyiapkan pulus yang banyak.” Bisik warung kopi dan pernyataan terbuka pejabat tadi seolah mengkonfirmasi betapa pasangan “Soekarno-Hatta” adalah yang paling kuat memang benar adanya.

Dan belakangan, heboh Soekarno-Hatta semakin terkonfirmasi oleh koar koar Bupati Jember tentang mahar parpol di Pilkada. Entah karena kapok, akhirnya sang petahana memilih untuk maju melalui jalur perseorangan.

Berikut petikan ungkapan Bupati yang Perempuan ini, di salah satu televisi swasta saat diwawancarai. “Bagaimana Kita bisa menjadi pemimpin yang tegak lurus kalau untuk jadi kepala daerah harus mengeluarkan miliaran rupiah. Sementara semua tahu bahwa gaji Bupati itu cuma enam sampai tujuh juta.”

Luar biasa si Ibu Bupati ini. Dia berani melawan oligarki dan penuh percaya diri untuk mencoba bertarung mengalahkan pasangan “Soekarno-Hatta” yang sedang menjadi trending di level elit maupun akar rumput. Niatnya hanya satu itu tadi, agar kelak jika terpilih, dirinya benar-benar bisa menjadi pemimpin yang “Tegak Lurus”.

Penulis adalah Direktur Pontianak TV

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here