Puteraku Muh Nur Ikhsan, Sorot Matanya Mengaduh Deritanya

0
525
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

PUTERAKU Muhammad Nur Ikhsan Fiam Putera, anak ketiga dari 6 bersaudara, lahir 22 Juli 1977 di tanah Betawi Kampung Kramat Ciliwung Condet.

Ia wafat 24 Mei 2018 dimakamkan di pemakaman wakaf keluarga Datuk Merrah Batu Ampar Condet.

Nama Ikhsan adalah pemberian dari Pak Bebdu Amang Ketua Umum BPP KKSS.

Saya menunggu tiga tahun dalam kondisi emosional kehilangan untuk menulis kenangan ini.

- Advertisement -

Lima tahun tak pernah pisah tidur, bermain dan bepergian bersama.

Beberapa kali kami ke Makassar terus ke Soppeng. Kami mengunjungi tanah leluhur di Tajuncu, Latoppo dan Wanua Tua/Petta KarameE Ulu Sappe.

Dari Soppeng ke Palu domisili kakek neneknya. Dengan bus menanjak pegunungan menembus hutan dan menyeberang sungai dengan jembatan kayu.

Bila musim penghujan dan tanah longsor, bisa bermalam di jalanan yang bisa ditempuh sehari semalam.

Kami ke Soppeng dan Palu merasakan naik kapal laut dan pesawat udara.

Umur 5 tahun puteraku’, kakek dan neneknya menjemput untuk bersama tinggal di kota Palu. Kami dan ibunya melepaskan puteranya dalam pengasuhan kakek neneknya yang menyayangi cucunya.

Dari Balikpapan Nyebrang Ke Palu

USAI tugas Pak Alwi Staf Khusus Wapres Pemerintakan SBY dan JK periode pertama, saya ditugaskan Pak Alwi menjadi pengawas di hotel Bena Kutai Balikpapan.

Hotel ini kelas bintang tiga pertama di luar Jawa ketika mula operasinya 1980.

Lalu over manajemen dan pemilikan ke Pak Alwi Hamu Investama Corporat.

Dari Balikpapan saya sering menyeberang ke Palu dengan kapal laut, ditempuh satu malam.

Empat tahun lamanya di Balikpapan sampai hotel itu kondusif dapat beroperasi normal tahun 2011.

Pilpres 2014, saya ditugaskan kembali ke Jakarta untuk pemenangan Capres Jokowi dan Cawapres JK.

Kemudian saya tidak kembali lagi ke Balikpapan, ingin bersama anak-anak dan menjemput puteraku di Palu.

Di Rumah Saja

TAHUN 1916 kami sekeluarga ke Palu untuk perkawinan adik ipar Rafika yang selama ini merawat ponakannya.

Pulangnya, kami minta ke orangtua untuk membawah ananda Ikhsan ke Jakarta.

Selama di Jakarta saya sepenuhnya mengurusi puteraku, menyuapinya, mengganti pempersnya, mengganti perban lukanya, memandikan, mencuci dan menggosokkan pakaiannya.

Terkadang setelah dimandikan dan berpakaian ia menatapku seperti mata tersenyum dan yang saya rasakan seperti ia mengatakan : … terima kasih papa ..

Sungguh luar biasa dialog batin ini, saya terharu setiap kali mengingatnya anakku …

Di sela waktu itu rata-rata di atas jam 12 baru saya mandi dan shalat lalu mengambil waktu sekitar 30 menit, saya menulis artikel dari pengalaman penggerak pelayanan publik dan pengamatan kinerja pemerintahan pasangan Jokowi JK

Mereka berdua itu bagai pelari maraton yang terus berlari tanpa jedah menuju Indonesia Maju, Berdaulat dan Berkemampuan.

Tulisan-tulisan saya itu terpublikasikan di media online Pinisi, SKM Kaltim Ekspress dan Harian Fajar Makassar, diterbitkan jadi buku : Joko Widodo Amanah Untuk Rakyat untuk Pemenangan Pilpres 2019.

Pamit Untuk Kembali

TAK Menunjukkan tanda-tanda untuk kepulangannya.

Seperti rutin apa yang saya lakukan tiap hari. Setelah saya suapin beberapa sendok bubur ia seperti akan tidur, memejamkan matanya dan tidak ada pergerakan seperti biasanya.

Saya terus mengawasinya dan memeriksa suhu badannya lalu memeriksa nafasnya yang melemah, saya firasat dan kepada Hisyam segera menjemput mamanya di RPTRA.

Inna lillahi wainna ilahi rojiun …

Saya memeluk rapat anakku sembari membisikkan … anakku, papa ikhlas merawatmu nak sampai kapanpun.

Puteraku telah memberi kebahagiaan menyenangkan kami sekeluarga kepada mamanya Agusnawati yang merawat membesarkannya, saudara- saudaranya yang menyayanginya : Nurbaseja, Nurlaila, Nurfikri, Nurhisyam dan Akram Ali Al Uraidi , semua tante dan pamannya, neneknya Arifah Laompeng dan kakeknya Hasanuddin Happe.

Kepulangan puteraku mengakhiri deritanya kejang-kejang yang melumpuhkan syaraf dan gerak badannya.

Pandangan dan sorot martanya yang saya baca dalam mempertajam kepekaan batin dan intuisi berdialog dengan puteraku.

Kemudian dengan itu juga yang menguatkan saya untuk menuliskan obsesi yang saya kritisi dalam kehidupan ini.

Tersenyumlah anakku, lupakan deritamu, engkau selalu hadir menyenangkan kami.

Beranda Inspirasi Ciliwung 19 September 2021.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here