Penjelasan Atas Video Seseorang yang Mengaku Diperas untuk Karantina Covid, di Bandara Soekarno-Hatta

0
675
- Advertisement -

PINISI.co.id- Sebuah video berdurasi 4 menit lebih viral. Satgas Covid yang sudah jungkir balik menangani pandemi, oleh sebagian kalangan, tiba tiba menjadi nista dan terkutuk. Kerja tak mengenal waktu luluhlantak akibat video tersebut. Terlebih kaum nyinyir yang cenderung percaya dan menjadikannya kebenaran.

Terkait penanganan Covid-19, nyaris tidak ada satu lubang pun dibiarkan menganga. Termasuk ketika pemerintah memutuskan membuka pintu bagi masuknya penerbangan asing. Sebelum “Hari-H”, Satgas Covid-19 sudah mengantisipasi melalui rapat koordinasi lintas sektoral secara marathon.

Rapat Selasa 29 Desember 2020 di Bandara Soekarno Hatta hanya salah satunya. Saat itu, Ketua Satgas Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo mengecek detail pelaksanaan pengendalian sang corona, pasca dibukanya pintu bandara bagi penerbangan internasional. Mekanisme penjemputan, pengecekan, hingga proses karantina.

Gelombang masuk WNA dan WNI dari luar negeri pun ibarat ombak di laut. Mereka semua –tanpa kecuali—harus menjalani pengecekan ekstra ketat. Kebijakan serupa tentunya tidak hanya di Jakarta (Indonesia), bahkan tidak sedikit negara yang hingga hari ini masih menutup pintu bandaranya bagi kedatangan warga asing.

Menengok data Satgas Covid-19, sejak 17 Maret 2020 hingga 19 Februari 2021, tercatat 574.665 orang yang masuk dari luar negeri. Benar, setengah juta manusia lebih!

- Advertisement -

Mereka terdiri atas WNI dan WNA. Data yang masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta tercatat 304.437 orang. Disusul Pontianak (75.856), Medan (58.952), dan Juanda Surabaya (31.625).

Dari jumlah itu, yang tercatat positif Covid-19 sebanyak 3.219 orang. Terbesar masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta sebesar 2.265, disusul Juanda Surabaya 618 orang dan Denpasar 297 orang. Artinya, risiko “pendatang” dari luar negeri mambawa virus corona itu nyata.

“Khusus catatan sejak tanggal 28 Desember 2020 hingga hari ini (23/2/2021) terdapat 1.345 orang positif Covid-19. Dari jumlah itu, WNI-nya 1.210 orang dan WNA-nya 135 orang,” ujar dr Benget Saragih, M.Epid, Kasubdit Karantina Kesehatan, Ditjen P2P Kementerian Kesehatan, yang sehari-hari stand-by di Bandara Soekarno-Hatta, Banten.

Waktu pun terus bergulir. Bahkan hari-hari belakangan, topik yang hangat justru vaksinasi. Karenanya, menjadi semacam antiklimaks ketika mendadak ada seorang warga Indonesia yang bersuamikan pria Rusia bernama Ngambar Rukmi, memposting video “curhat”-an sepihak. Sebuah video yang bisa bikin ambyar tatanan dan kepercayaan publik. Secara tidak langsung Ngambar Rukmi sudah melecehkan bangsanya sendiri yang tengah berjibaku menahan pandemi.

Entah terbawa perasaan kesal atau justru perasaan jumawa sebagai WNI “gedongan”, membuat narasi dalam videonya begitu nyinyir, merasa paling benar, dan ada aroma arogan di sana. Lebih dari itu, terdapat kalimat memberi stigma buruk kepada Satgas Covid-19.

“Oh iya benar…. Ada video komplain dari Ibu Ngambar. Saya menyesalkan, karena tanpa beliau sadari, ada kalimat yang bisa berimplikasi delik. Beliau menuding petugas yang berhadapan dengannya melakukan ‘bisnis’. Bisa disimak videonya, kukira itu eksplisit maupun implisit. Sebuah tudingan yang keji. Kami bekerja ibarat kepala jadi kaki, kaki jadi kepala menjaga masyarakat terlindung dari paparan wabah,” papar dr Benget.

Jika ada pepatah “jarimu adalah harimaumu”, bisa mengena pada pribadi Ngambar. Lewat langkah kecil, merekam video dengan kamera HP, lalu dengan jari-jemarinya nge-share ke ruang medsos, maka tersebarlah videonya. Viral. Ia tak bisa lagi mengendalikan betapa liar guliran konten dalam dunia maya.

Mungkin sebagian masuk ke ruang sampah di ponsel pengguna. Tapi tidak sedikit yang bertangan gatal dan menyebarkannya kembali. Lebih celaka jika kemudian ada yang berpikiran julig dan menunggangi video itu untuk tujuan-tujuan yang lain. Tidak heran jika persoalan pun kemudian bisa begitu bias, dari persoalan “dispute” positif dan negatif Covid-19 dan pelayanan transportasi, membengkak menjadi persoalan sosial bahkan politik.

“Kami kehilangan waktu, ini tidak produktif, banyak yang share ke saya, otomatis jawab satu satu, sambil melacak kebenarannya. Sialnya, orang yang men share mempercayai itu tanpa memahami konteksnya secara utuh,” ujar Egy Massadiah Tenaga Ahli BNPB yang juga jurnalis.

Egy menambahkan, coba misalnya petugas kita mau masa bodoh saja, yang positiv covid dibiarkan pulang ke rumah begitu saja.
“Itu kan menulari keluarga yang rentan. Terus wafat. Maka dia adalah pembunuh potensial,” tegas Egy Massadiah.

Sebuah kebijakan atau peraturan, pada galibnya berlaku general. Tidak ada pengecualian, sekalipun bagi seorang WNI yang bersuamikan orang Rusia.

“Hendaknya Ibu Ngambar menyadari, videonya sungguh melukai perasaan kami. Kalau saja beliau punya sedikit empati, tentu tidak akan tega membuat video dengan pernyataan yang sangat sumir. Tidak paham prosedur, dan tidak memperhatikan fakta dan data,” tegas dokter Benget.

Melalui koordinasi dengan Letkol Laut drg M. Arifin sebagai Komandan Lapangan di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat, tergambarlah peta situasi sebenarnya. Bahwa yang disampaikan Ngambar melalui video berdurasi 4 menit 38 detik itu adalah pembunuhan karakter bagi institusi Satgas Covid-19, utamanya para tenaga medis non-medis dan relawan di lapangan.

Klarifikasi Wyhdham Hotel

Hotel Wyndham Casablanca Jakarta menerima pesanan oleh Ngambar Rukmi atas nama suami, Maksim Fedorov dan anak pertama Evgeny Maksimovich Fedorov, berkebangsaan Rusia, untuk kedatangan 16 – 21 Februari 2021. Atas reservasi tersebut, pihak Wyndham telah mengirimkan surat konfirmasi dengam melampirkan peraturan selama melakukan karantina lima malam di hotel Wyhdham.

Pada tanggal kedatangan, 16 Februari 2021, pihak hotel menjemput mereka dengan armada Golden Bird Avanza B-2532-SRD. Tiba di hotel pukul 20.00 untuk registrasi dan pembayaran, sebelum masuk kamar 1202. Keesokan harinya, pukul 14.00 dilakukan PCR Test pertama oleh petugas lab dari PRVKP – Universitas Indonesia (UI). Tanggal 18 Februari 2021 pukul 17.40 hasil PCR keluar. Dari 24 yang melakukan tes hanya satu yang positif, yaitu atas nama Ngambar Rukmi, nomor paspor X347110 dengan tanggal kelahiran 29 Oktober 1989.

Sampai di sini, dr Benget menyodorkan surat pernyataan dari laboratorium PRVKP-UI tertanggal 23 Februari 2021, perihal “Keterangan Kebenaran Pemeriksaan Pemeriksaan RT-PCR Covid-19”. Surat itu ditandatangani penanggung jawab pemeriksaan, Dr. dr. Budiman Bela, Sp.MK(K) dan diketahui supervisor pemeriksaan Fathurrohim, S.Pd, M.Biomed.

Surat keterangan itu menyebutkan, sehubungan berita yang bereda di media sosial terkait hasil pemeriksaan RT-PCR Covid-19 atas nama Ngambar Rukmi dalam program Repatriasi adalah sesuai dengan prosedur pemeriksaan RT-PCR Covid-19 dan berdasarkan pemeriksaan hasiulnya adalah benar “Positif”. Test dilakukan di Hotel Wyhdham Casablanca tanggal 17 Februari 2021, dan hasilnya keluar tanggal 18 Februari 2021 dengan hasil Positif (Ct: 31.03).

Golden Bird bukan Taksi

Mungkin terlalu lama menghirup udara negeri beruang merah, sehingga Ngambar Rukmi kurang up-date peta pertaksian atau mobil rental di Jakarta. Bisa jadi, lebih tidak paham tentang regulasi yang begitu ketat yang diberlakukan bagi para penyelenggara jasa sewa kendaraan termasuk armada taksi.

Ngambar seperti menyesalkan tidak dilayani ambulans, dan memandang sepele layanan transportasi yang ia sebut “hanya” taksi. Demi meluruskan isu yang begitu dibengkokkan, tak kurang manajemen Blue Bird pun memberikan klarifikasi.

Tak kurang dari Manager Golden Bird Jakarta, Widi Wiedanto yang membuat klarifikasi tertanggal 22 Februari 2021. Dikatakan, bahwa PT Blue Bird Group Tbk memiliki Kerjasama dalam menyediakan moda transportasi dengan Hotel Wyndham Casablanca. Layanan yang disediakan meliputi: Taksi (blue bird dan silver bird), serta rental (golden bird dan big bird).

Nah, Hotel Wyndham Casablanca memilih layanan Golden Bird untuk mengantarkan tamu yang terindikasi positif Covid-19. Pemilihan layanan ini atas pengetahuan tim KKP yang bertugas di hotel. “Dalam layanan golden bird, kami menerapkan protocol kesehatan. Mobil selalu kami disinfektan sebelum dan sesudah pemakaian, pengemudi selalu menggunakan APD lengkap, dan menjaga jarak selama berkendara. Selain itu kami memastikan bahwa pengemudi harus pulang pool setelah melayani tamu. Kami melakukan test rapit secara berkala kepada pengemudi,” ujar Widi dalam penjelasannya.

Berdebat tanpa Bukti

Dalam videonya, Ngambar Rukmi juga mengisahkan perdebatan sengit di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet. Komandan Lapangan Letkol Laut drg M Arifin pun mengatakan, pihaknya sudah sangat kooperatif. “Agar masyarakat menjadi maklum apa yang sesungguhnya terjadi, silakan baca kronologi yang disusun dokter Bara. Kami terbiasa bekerja dengan SOP. Semua tercatat,” ujar “Kobra”, julukan Letkol Arifin.

Dikisahkan, tanggal 18 Februari 2021 pukul 22.00 Ngambar datang ke Wisma Atlet Tower 8 diantar mobil Avanza (golden bird) hitam yang disebut pasien sebagai “taksi sewaan hotel Wyhdham”. Ia didampingi satu petugas hotel dan satu prajurit TNI mengenakan APD level 3.

Oleh dr Bara Kharisma diberi tahu ihwal mekanisme dan protokol isolasi selama di Tower 8, terutama mengenai pasien kedatangan internasional. Sesuai KMK bahwa pasien kedatangan internasional dengan hasil swab PCR-test positif harus diisolasi selama 10 hari dan tidak dilakukan follow up PCR-test setelah masa isolasi selesai.

Pasien menolak dilakukan isolasi. Dalihnnya, status pasien yang sebelumnya sudah pernah dinyatakan positif di Rusia, sehingga adanya kemungkinan Covid-19 residu disertai bukti hasil pemeriksaan pasien saat di Rusia dan penjelasan dokter di Rusia. Ia memprotes karena ada teman satu rombongan yang tidak dikarantina di hotel, melainkan di rumah. Sementara ia juga mempersoalkan, jika dirinya positif tapi mengapa dipindahkan ke tempat isolasi hanya menggunakan taksi, dan bukan ambulans.

Ngambar meminta swab PCR-Test pembanding malam itu juga di Wisma Atlet Pademangan. Akan tetapi, sesuai peraturan dan protokol hal itu tidak bisa dilakukan. Petugas dari Wisma Atlet kemudian memberikan opsi untuk dipindahkan ke hotel isolasi dan dilakukan swab PCR-test mandiri di hotel isolasi atas biaya sendiri.

Persoalan yang terlanjut viral itu, mau tidak mau mengusik banyak pihak untuk membuat klarifikasi. Apa tanggapan Satgas Covid-19?

“Kepala Satgas menyesalkan terjadinya video itu. Sejak pertama menonton, beliau sama sekali tidak percaya. Tetapi standarnya, beliau tetap meminta klarifikasi. Check and recheck ke para petugas di lapangan. Hasilnya, keyakinan beliau bahwa video itu ngawur, memang ngawur,” ujar Egy Massadiah, Tenaga Ahli yang juga Staf Khusus Kepala BNPB.

Dalam pernyataannya, terdapat kalimat yang menjurus ke delik. Apakah akan ada langkah hukum terhadap Ngambar Rukmi, seorang WNI bersuamikan WN Rusia itu?

“Kita lihat nanti, setidak orang seperti ini wajib mendapat hukuman sosial karena sudah melukai perasaan anak anak bangsa yang tengah berjibaku menahan laju pandemi,” ujar Egy. (Roso Daras)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here