Obesitas: Kalau Bisa Diobati Mangapa Harus Dicegah?

0
467
- Advertisement -

Kolom Zaenal Abidin (Inisiator)

Hari ini, Jum’at, 27 Januari, pukul 19.30 – 22.00 WIB, kita akan kembali bertemu dalam acara webinar Seri Indonesia Sehat dalam rangka Hari Gizi Nasional 2023. Webinar ini terselenggara atas kerjasama Himpunan Fasyankes Dokter Indonesia (HIFDI) dan Yayasan Gema Sadar Gizi, Departemen Kesehatan BPP KKSS, LP2PK, LISAN, Bakornas LKMI-HMI tersebut mengambil tema, “Obesitas: Kalau Bisa Diobati Mangapa Harus Dicegah?”

Pekan lalu kita sudah membahas salah satu dari tiga beban tiga kali lipat masalah gizi di Indonesia, yakni kekurangan gizi kronis (stunting). Stunting versus NKRI Harga Mati, begitu bunyi temanya. Hari ini kita akan bahas sebaliknya, yakni obesitas, dengan tema, “Obesitas: Kalau bisa diobati mengapa harus dicegah?”

Tema ini akan dibahas oleh dua orang nara sumber: Pertama, dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp.GK (Dosen FKK Univ. Muhammadiyah Jakarta & Dokter Gizi Klinik RS. Pondok Indah Jakarta). Akan mengupas: “Pencegahan dan penatalaksanaan obesitas di Indonesia.” Kedua, dr. Rahmad Asri Ritonga (Asisten Deputi Bid. Pembiayaan Manfaat Kesehatan Primer BPJS Kesehatan). Akan mengupas: “Obesitas, siapa takut! Kan sudah ada BPJS Kesehatan.” Webinar akan dipandu oleh moderator, dr. Putro S. Muhammad dari EMT-Peduli Respons.

Obesitas adalah masalah kesehatan global yang kasusnya semakin meningkat serta menyebabkan berbagai macam penyakit. Banyak orang berpikir bahwa obesitas hanya dapat diobati setelah terjadi. Tapi apakah betul seperti itu? Apakah kita tidak bisa mengambil tindak preventif?

- Advertisement -

Dalam webinar ini kita akan mengeksplorasi gaya satir untuk mengejar jawaban atas pertanyaan tersebut dan menyoroti pentingnya mencegah obesitas. Dan bila telah terlanjur obesitas, bagaimana menatalaksanainya agar dapat kembali normal? Atau setidaknya tidak menjerumuskan kita kepada penyakit degeneratif yang lebih parah dan berbiaya tinggi. Selain itu, obesitas juga dapat menjadi faktor riskiko dari berbagai penyakit berbiaya tinggi tersebut.

Penyakit yang berbiaya tinggi, boleh dikatakan bahwa sebahagian besar masyarakat Indonesia tidak akan mampu menanggung biayanya sendiri, tanpa urunan orang lain. Bukan hanya itu, bila salah satu anggota keluarga yang terkena, apalagi ia adalah kepala keluarga maka sangat berpotensi memiskinkan keluarga tersebut.

CNN Indonesia, www.cnnindonesia.com, 24 November 2022 memberitakan, daftar delapan penyakit yang kuras isi dompet BPJS Kesehatan, sebagai berikut: Pertama, Penyakit jantung, menjadi yang paling banyak menguras isi kantong BPJS Kesehatan, yakni sebesar Rp30,32 triliun selama tiga tahun atau 49,36 persen. Kedua, Kanker menempati urutan kedua ada kanker yang menguras 18,26 persen dana BPJS Kesehatan sebesar Rp11,21 triliun. Mirip dengan jantung, klaim untuk penyakit kanker jumlahnya paling besar pada 2019.

Ketiga, Stroke menempati urutan ketiga penyakit paling banyak menguras isi kantongBPJS Kesehatan. Rinciannya adalah 12,63 persen dengan total biaya Rp7,75 triliun. Keempat, Gagal ginjal tak mau kalah. Ada Rp6,72 triliun dana yang harus dikeluarkan selama tiga tahun atau menyedot 10,94 persen isi kantong BPJS Kesehatan.

Kelima, Thalassemia menghabiskan 2,89 persen alias Rp1,77 triliun dana BPJS Kesehatan. Berbeda dengan empat penyakit sebelumnya, thalassemia mencatat tren kenaikan kasus dari tahun ke tahun. Keenam, Haemophilia atau hemofilia adalah kelainan pembekuan darah. Penyakit ini menguras 2,50 persen dana BPJS Kesehatan atau sebesar Rp1,53 triliun.

Ketujuh, Leukemia menghabiskan Rp1,2 triliun atau 1,95 persen dana untuk menangani klaim kasus leukemia alias kanker darah. Kedelapan, Terakhir, ada penyakit sirosis hepatitis yang menyedot 1,46 persen dana BPJS Kesehatan atau sebesar Rp 898 miliar sejak 2019.

Jadi, terkait dengan tema webinar hari ini jelas bahwa mencegah terjadinya obesitas adalah lebih penting dibanding mengobati, menatalaksanai setelah terjadi. Karena tujuan itu pula sehingga webinar hari ini mengangkat obesitas sebagai tema dan topik bahasan.

Hal lain yang juga penting dari obesitas ini adalah karena dapat menimbulkan berbagai penyakit berat dan berbiaya tinggi. Biaya yang sangat berat untuk dapat ditangung sendiri oleh penderitanya, tanpa bantuan dari orang lain.

BPJS Kesehatan sendiri yang mengumpulkan dana iuran wajib dari individu peserta (penduduk) saja dapat terkuras habis, “defisit” bila bila obesitas ini tidak dapat kita dicegah. Hal ini juga berarti, meski sudah ada BPJS Kesehatn dengan program Jaminan Kesehatannya, tetap saja program pencegahan adalah utama dan wajib. Wallahu a’lam bishawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here