Muhammad Jusuf Kalla, Pengabdiannya Tiada Akhir

0
545

Indonesia's Vice President Jusuf Kalla arrives at the ASEM leaders summit in Brussels, Belgium October 18, 2018. REUTERS/Piroschka van de Wouw

Kolom Fiam Mustamin

ITU judul tulisan saya di rubrik Opini Harian Fajar dalam menyambut JK berulang tahun ke tujuh puluh, 15 Mei 2012.

Saya tidak menemukan file dan kliping koran tulisan itu, akibat beberapa kali kediaman terendam banjir dekat bantaran sungai Ciliwung Condet.

Sudah juga mencarinya di bagian file dokumentasi Fajar atas jasa kebaikan yunior adinda eks Pemred Sukriansyah dan Faisal Syam.

Apa yang Saya Tulis

SEKITAR pengenalan dan interaksi pribadi saya dengan beliau yang akrab disapa Daeng Ucu, ketika itu sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah ( Kadinda) Sulawesi Selatan yang memprakarsai terciptanya forum silaturahmi Pertemuan Saudagar Bugis Makassar (PSBM) tahun 1991.

Beliau adalah pengagas dan inisiator yang ditunjang oleh paguyuban kekerabatan KKSS dan Pemda Gubernur Sulawesi Selatan.

Kemudian beliau ke Jakarta terpilih sebagai Menteri Kesejahteraan Rakyat (Kesra) kabinet Presiden  Abdurahman Wahid (Gus Dur).

Saya dilibatkan oleh Alwi Hamu, sohib karib sepergerakan JK  di masa mahasiswa. Alwi Hamu ditugasi  memimpin lembaga pengkajian Institut Lembang Sembilan (IL9) yang bersinergi dan bermitra dengan pemerintahan.

Lembaga ini didirikan bersama oleh sembilan orang yaitu Muhammad Jusuf Kalla, Muh Alwi Hamu, Aksa Mahmud, Syahrul Ujud, Tanri Abeng, Muhammad Abduh, Sofyan A Djalil, Mohamnad Taha dan Ahmad Kalla.

Kemudian IL9 yang memiliki jaringan luas dari komunitas watawan, kalangan pengusaha Kadin, Kahmi, paguyuban masyarakat Keluarga Sulawesi Selatan dan Sapayuang Minang yang memiliki ikatan emosional, turut mensupor JK dalam konvensi Capres Partai Golkar dan berlanjut ke Pilpres tahun 2004 untuk pemenangan pasangan SBY dan JK, lalu dengan ikon Lebih Cepat Lebih Baik JK maju sebagai Capres 2009.

Di periode Pilpres kedua tahun 2009, jaringan IL9 tetap berperan aktif untuk pemenangan Capres JK dan Cawapres Wiranto/pasangan Nusantara meskipun kemudian kalah terhormat dalam Pemilu itu.

Begitulah paham budaya yang yang diyakini komunitas Bugis terhadap pemimpinnya: di mana lubang jarum berada ke arah itu benang diarahkan.

Bersatu padu dalam kebaikan, Mabbulo Sibatang Accera Sitongka Tongka dalam pemahaman makna kesatuan/si passiriki/ si paccei dalam  budaya etnis Makassar.

Lalu di Pemilu Pilpres ke tiga tahun 2014 IL9 kembali all out untuk pemenangan  Capres Jokowi dan Cawapres JK dengan membangun harapan untuk menciptakan Indonesa Maju yang hebat.

Bangsa yang berdaulat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi untuk kesejahtaraan rakyat secara adil dan berkepribadian dalam kebudayaan yang memiliki kesetaraan derajat dengan bangsa lain.

Hingga pemenangan Pilpres pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin tahun 2019.

Di masa tenggang waktu satu periode pemerintahan itu 2009 hingga 2014, saya menulis untuk memberi  jawaban terhadap siapapun yang membuat  predeksi kemana JK di Pemilu 2014, dengan judul, Pengabdian Tiada Akhir…

Pengabdian itu adanya di pemerintahan, di lembaga sosial kemasyarakatan dan keagamaan dunia akhirat.

Pengabdian tiada akhir sepanjang hayat telah dilakoni JK sejak dulu di dunia pendidikan, sebagai juru damai, penengah konflik etnik, bidang kemanusiaan (Palang Merah Indonesia) keagamaan/umat (Dewan Masjid Indonesia) dan lain sebagainya.

Semoga beliau tetap terjaga dan terlindungi dalam amanah. pengabdiannya aamiin. 

Catatan: Tulisan ini bagian dari 70 tokoh pilihan dalam buku, Sejumlah SENIOR dan SAHABAT.

Legolego Ciliwung 8 Maret 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here