Menjadi Akademisi yang Menginspirasi

0
792

Kolom Ruslan Ismail Mage

Setiap memberi kuliah saya selalu membagi dua waktu. Satu jam menjelaskan materi kuliah dan satu jam memotivasi mahasiswa menjadi generasi petarung masa depan. Metode ini menjadi penting, karena untuk sukses mahasiswa tidak sekedar hanya butuh dosen yang memandu melakukan kajian-kajian ilmiah, tetapi juga butuh seorang inspirator yang bisa menguatkan jiwa menjalani 1001 rintangan hidup. Untuk menjadi pemenang mahasiswa tidak sekedar butuh dosen yang mengajarkannya teori-teori keilmuan, tetapi butuh juga seorang inspirator yang bisa membakar semangatnya menaklukkan gelombang kehidupan.

John Adair, professor pertama di dunia dalam Leadership Studies mengatakan, “Seorang pendidik yang hebat adalah memiliki kekuatan antusiasme yang memacu, menghidupkan, dan menginspirasi, meskipun pelajaran-pelajaran yang diberikannya mungkin dilupakan.” Pendapat John Adair ini mengisyaratkan bahwa pendidik sejati itu tidak ditentukan oleh penampilannya yang terkesan ilmuwan tetapi tidak mampu menjabarkan ilmu-ilmunya untuk menginspirasi dan menggerakkan anak didik melakukan restorasi dalam jiwanya menuju perbaikan kualitas pribadi.

Mr. Lim awalnya hanya bekerja sebagai door checker (memeriksa engsel pintu kamar hotel) di sebuah hotel berbintang lima di Singapura. Puluhan tahun ia jalankan pekerjaan membosankan itu dengan sungguh-sungguh, tekun, dan sebaik-baiknya. Ketika ditanya apakah ia tak bosan dengan pekerjaan menjemukan itu. Mr Lim mengatakan, yang bertanya adalah orang yang tidak mengerti tugasnya.

Bagi Mr Lim, tugas utamanya bukanlah memeriksa engsel pintu, tetapi memastikan keselamatan dan menjaga nyawa para tamu hotel. Mayoritas tamu hotelnya adalah manajer senior dan top manajemen. Jika terjadi kebakaran dan ada engsel pintu yang macet, nyawa seorang manajer senior taruhannya. Demikian visionernya pimikiran Mr Lim, yang selalu ingin memastikan semua tamu hotelnya selamat jika ada bencana kebakaran. Mr Lim bukan tipe pekerja yang memetingkan job description, dan target kerja (key performance indicator), tetapi bekerja dengan memberikan nilai-nilai mulia, unggul, berguna bagi orang banyak ke depan (key values indicator).

Berangkat dari visi Mr. Lim di atas, maka sejatinya tugas pendidik adalah tidak sekedar mentransfer teori-teori ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, tidak hanya mengkomunikasikan konsep-konsep ilmiah kepada peserta didiknya, tetapi lebih dari itu esensi dari tugas seorang pendidik sejati adalah “Meyakinkan dirinya dan meyakinkan seluruh anak didiknya bahwa setelah mengikuti pelajarannya tidak akan menjadi pengangguran.”

Kalau kemudian visi MR. Lim ini di tarik masuk ke dunia akademisi, pesannya adalah, “bukan lagi eranya akademisi melahirkan sarjana, tetapi melahirkan orang sukses.” Tugas melahirkan sarjana adalah tugas seorang dosen, tetapi tugas melahirkan orang sukses adalah tugas seorang inspirator. Karena itu, untuk melahirkan sarjana yang sukses, yang dibutuhkan adalah seorang “akademisi yang menginspirasi.”

Dalam kuliah program doktor beberapa waktu lalu, Prof. Dr. Budi. Santoso, M.Sc (Profesor Riset dari LIPI) menekannkan bahwa, esensi tugas seorang akademisi adalah merekonstruksi semangat mahasiswanya menjadi generasi petarung masa depan, bukan sekedar menggunakan pendekatan nilai. Menurutnya buat apa nilai berjejer A kalau tidak memilik semangat juang yang tinggi.

Sahabat pembelajar, menjadi akademisi adalah pilihan. Rasakan bagaimana indah dan dahsyatnya menjadi akademisi yang menginspirasi. Menjadi indah dan dahsyat, karena untuk melahirkan 100 sarjana butuh puluhan dosen, namun untuk melahirkan 1000 orang sukses hanya butuh seorang inspirator yang menggerakkan jiwa. (Salam literasi tanpa batas).

Penulis : Akademisi, Inspirator dan Penggerak, Founder Sipil Institute Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here