Kolom Fiam Mustamin
APAKAH itu penerawangan seorang Sanro/dukun.
Tidak, umurku ketika itu sekitar dua pulu tahunan dan belum meyakinkan dengan penerawangan seperti itu.
Di awal tahun 1970 an saya aktif di beberapa kegiatan kesenian dan perfilman Dewan Kesenian Makassar.
Seorang teman memberitahukan bahwa wanita itu adalah seorang aktivis kampus Unhas dari Soppeng.
Tentu saja wanita yang penampilannya sangat sederhana tidak nampak ada polesan bedak dan gincu, posisinya sebagai kakak.
Menyebut sekampung itu, dengan cepat kami bisa berinteraksi terutama karena saya senang mendengar logat Soppengnya dan merasa berada di komunitas daerah sekampung.
Berjumpa Lagi di Jakarta
SEMPAT beberapa kali jumpa di acara HMI sebelum ke Amerika mengambil program doktor ilmu komunikasi.
Setelah balik ke tanah air saya bertemu kembali di acara IKAMI Sulsel untuk motivasi bagaimana bisa studi di Amerika khususnya.
Acaranya saya fasilitasi di Pusat Perfilman Usmar Ismail Kuningan Jakarta Selatan yang pada saat itu saya sebagai Kepala Humas PB. PARFI.
Sejarah Baru di Partai Golkar
PERTAMA kalinya lahir pembicaraan kebudayaan di panggung politik.
Ini sebagai catatan khusus bagi saya yang anak kampung, dapat menampilkan suatu proposal yang baru, sebuah seminar Seni Budaya di Rekernas Departemen Seni Budaya DPP Golkar 1991, 32 tahun silam; tak terbayangkan.
Saat itu, keynote speaker Moerdiono, Mensesneg.
Pembicara Mattulada, Burhan Magenda, Emha Ainun Najib, Zainal Bintang yang dipandu/ dimoderatori Marwah Daud.
Lima tahun ini saya terus berkomunikasi dengan Kak Marwah untuk meminta penulis dan menyediakan kolom khusus di media online PINISI.co.id.
Hal itu sangat diapresiasi oleh sahabat sepergerakannya; Ulla, Ulfah, Mubha dan Musdah Mulia.
Sebulan lalu ia ke Jakarta dalam rangka persiapan perkawinan putranya, sempat telponan.
Semoga kita bisa merajut semua potensi untuk bersama membangun bangsa yang bermartabat, berkesejahteraan dan berkeadilan.
Legolego Ciliwung iliwung 28 Juli 2023
