Kursi Panas Walikota Makassar: Kubu Kalla Lawan Kubu Paloh

0
1346

Kolom A. Upe Makkatutu

Panggung Pilwalikota Makassar akan menjadi “neraka” pertarungan antara kubu JK (Jusuf Kalla) duet AM (Aksa Mahmud) berhadapan dengan kubu Surya Paloh.  Calon walikota Munafri Arifuddin atau Appi kembali berhadapan dengan “musuh” lamanya Dani Pomanto pada Pilwalikota 2018.  Kalau dibelakang Appi ada AM dan JK maka di belakang Dani Pomanto ada Surya Paloh.

Kasus tertangkapnya Andi Irfan Jaya Ketua Bappilu Nasdem Sulsel oleh Kejaksaan Agung mau tidak mau membuka peluang Nasdem akan menjadi ‘bulan-bulanan”. Kampanye negatif diperkirakan akan merebak di Makassar dan Sulsel dengan pesan yang tegas : “Jangan Pilih Walikota Dukungan Partai Koruptor”. Sebaga partai restorasi yang menjanjikan anti korupsi Nasdem sekarang jadi olok-olokan masyarakat. Akan menjadi amunisi di seluruh daerah yang menyelenggarakan Pilkada untuk  memanfaatkan tagline “tolak parpol koruptor”. Inilah peluang yang terbuka bagi kubu AM-JK untuk memenangkan Appi.

Setidaknya ada dua tempat yang menarik banyak perhatian terkait penyelenggaraan Pilkada serentak 2020.  Yaitu Kota Tangerang Selatan (Tangsel) di Banten dan Makassar di Sulsel. Di kedua kota itu bertaburan calon – calon mega bintang kerabat tokoh nasional. Di Tangsel, ada Nur Azisah putri Wapres Marif Amin, ada Saraswati kemenakan Menhan Prabowo Subianto dan ada Pilar Saga Ikhsan dari dinasti kerajaan Banten, putra Ratu Tatu. Di Makassar, ada Munafri Arifuddin (Appi) menantu pengusaha Aksa Mahmud yang juga kemenakan JK, ada Dani Pomanto (mantan Walikota) menggandeng Fatma Rusdi Masse  dengan tagline “Adama” yang dibekking Surya Paloh dari dinasti Nasdem. Ada juga Irman (None) adik kandung Mentan Syahrul Yasin Limpo.

Masyarakat Makassar dan Sulawesi Selatan umumnya maupun keluarga besar Sulawesi Selatan  memusatkan perhatiannya kepada pertarungan antara pasangan menantu AM, Munafri  Arifuddin atau Appi-Rahman didukung Demokrat, PPP, Perindo, dan PSI melawan  pasangan  mantan Walikota Makassar (2014-2018), Dani Pomanto yang menggandeng Fatmawati, isteri Rusdi Masse, Ketua Nasdem Sulsel. Didukung Nasdem, Gerindra, Gelora dan PBB. 

Pada Pilkada Walikota 2018,  Appi kalah melawan “kotak kosong”, karena Dani Pomanto sebagai calon independen tersandung ketentuan tidak memenuhi persyaratan. Sementara Appi memborong hampir semua parpol menjadi pendukungnya. ”Tragedi” kekalahan  politik justru di kampung sendiri, yang dialami keluarga grup Bosowa (AM) dan keluarga grup Bukaka (JK) dua tahun yang lalu, dalam pandangan adat dan budaya Bugis Makassar dianggap sebagai “penghinaan”  atau soal “siri” (kehormatan) bagi keluarga AM dan JK.

Itulah sebabnya mengapa keputusan Appi untuk maju kembali bertarung pada Pilkada Walikota Makassar 2020 saat ini sangat menarik perhatian masyarakat Sulawesi Selatan, boleh dikata di seluruh Indonesia. Bahkan di seluruh dunia. Keputusan yang diambil Appi untuk maju bertarung mengandung pesan “pembalasan” atas kekalahannya yang lalu. Hal itu terlihat dari susunan Tim Sukses (Timses Appi) yang dipimpin langsung oleh Erwin Aksa putra sulung AM didampingi Solihin Kalla putra sulung JK plus Sadikin Aksa, pembalap nasional yang juga  Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia.

Sebaliknya, sebagai mantan walikota  Dani Pomanto adalah saingan berat. Dinilai sukses dan berhasil membangun jaringan pendukung di Makassar dengan merangkul masyarakat kecil yang dikenal sebagai komunitas “Anak Lorong”. Simbol masyarakat kecil yang hidup di gang kecil, sebagai kontras dengan masyarakat elite yang tinggal di rumah gedung di pinggir jalan raya. Di belakang mereka ada Surya Paloh dan Prabowo Subianto.

Deklarasi pasangan Dani Pomanto-Fatmawati dilakukan di atas Kapal Pinisi di Pantai Losari dan diiringi oleh 200 perahu nelayan pada Kamis (3/09/2020). Sebuah peristiwa yang sangat kolosal dan menggemparkan. Sebagai ungkapan kesungguhan Surya Paloh untuk memenangkan pilihan Nasdem di Makassar. Apalagi, Fatmawati adalah kader Nasdem yang menjabat sebagai Wakil bendahara Umum DPP Nasdem. Dia mantan anggota DPR RI (2014-2019) dari PPP dapil Sulsel. Suaminya kini anggota DPR-RI fraksi Nasdem duduk Wakil Ketua Banggar.

Keperkasaan Nasdem yang diperlihatkan melalui perolehan suara yang sangat signifikan pada Pemilu 2019 maupun pada Pilkada sebelumnya memantik perhatian masyarakat atas kepiawaian Surya Paloh membangun kerajaan partainya. Akan tetapi gegara tertangkapnya buronan Djoko Tjandra yang melibatkan petinggi polisi dan pejabat Kejaksaan Agung, juga  menyeret Andi Irfan Jaya Ketua Bappilu Nasdem Sulsel yang kini meringkuk dalam tahanan Kejaksaan Agung, Jakarta terhitung tanggal 2 September 2020, kredibilitas Nasdem tergerus.

Kasus penangkapan kader Nasdem diduga keras akan berbuntut kepada petinggi Nasdem yang lain. Baik di Sulsel maupun di Pusat. Wabil khusus kasus penangkapan Andi Irfan Jaya dipastikan akan “digoreng” pendukung paslon Walikota pesaing “Adama” (Dani – Fatma)  untuk menghancurkan citra Nasdem sebagai partai restorasi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here