Kecerdasan Mendengar

0
1796
- Advertisement -

Kolom Ruslan Ismail Mage

Ketika pertama kali memperkenalkan konsep “kecerdasan mendengar”sebagai kunci utama kesuksesan kepada mahasiswa, hampir seluruhnya mengkerutkan keningnya menyampaikan pesan non-verbal kalau mereka sedang mendengarkan konsep baru. Dikatakan baru karena yang dipahami selama ini pada umumnya orang terdidik adalah kecerdasan komunikasi sebagai kunci kesuksesan. Alasan pembenarnya semua aktifitas orang untuk mewujudkan mimpi-mimpi indahnya dilakukan dengan komunikasi. Itulah sebabnya di dunia akademik diajarkan ilmu komunikasi dengan beberapa kajian yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan berkomunikasi. Ahli-ahli komunikasi pun banyak bermunculan menawarkan pelatihan-pelatihan komunikasi seperti public speeking (teknik berbicara di depan orang banyak). Kajian-kaijan ilmiahnya pun begitu banyak dalam bentuk buku-buku teori komunikasi dan beberapa aspek lainnya tentang komunikasi.

Disinilah pentingnya tulisan ini yang memperkenalkan konsep berbeda “Kecerdasan Mendengar” yang selama ini diabaikan tetapi justru penentu kesuksesan seseorang. Mungkin kedengarannya konsep inikurang menarik, tetapi justru hasilnya jauh lebih dahsyat dibanding kecerdasan lain, termasuk kecerdasan komunikasi. Bahkan saking pentingnya, tidak ada kesuksesan yang dapat diraih dibidang pekerjaan apa pun tanpa memiliki kecerdasan mendengar.

Banyak penulis besar di dunia begitu sukses melahirkan karya-karya tulis fenomenal yang menggetarkan jamannya, tetapi kurang bisa berkomunikasi lisan secara baik. Artinya ada kesuksesan yang bisa diraih walaupun tidak memiliki kemampuan berkomunikasi. Untuk membuktikan hampir tidak ada kesuksesan yang bisa diraih di bidang apapun tanpa memiliki kecerdasan mendengar, berikut deskripsinya. 

Seorang presiden akan mengakhiri kekuasaannya sebagai tokoh kartun, jika tidak cerdas mendengarkan jeritan rakyatnya. Seorang politisi akan menjadi pecundang kalau tidak cerdas mendengarkan harapan-harapan rakyatnya. Seorang pengusaha akan mengalami kebangrutan jika tidak cerdas mendengarkan keluhan konsumennya. Hubungan suami istri, persahabatan, terlebih pacaran, akan berakhir putus kalau tidak memiliki kecerdasan mendengar.

- Advertisement -

Seorang orator yang menguasai forum berangkat dari kecerdasannya mendengar semua data yang berkaitan dengan materi pidatonya. Begitu pula seorang penulis besar berangkat dari kecerdasannya mendengarkan cerita dan berita yang berkaitan dengan tama tulisannya. Bahkan Seorang Plato dan Aristoteles menjelma menjadi filosof terkenal sepanjang masa berangkat dari kecerdasannya mendengarkan setiap ajaran dan nasehat gurunya Sokrates. 

Firman Allah SWT yang menekankan pentingnya memaksimalkan fungsi-fungsi telingan untuk mendengar : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”(QS. An-Nahl : 78).

Coba perhatikan Ayat ini memulai urutannya dari pendengaran. Begitu pentingnya mendengar dalam Islam. Hal ini dipertegas dengan ilmu kedokteran modern yang memperjelas bahwa indra pendengaran lebih duluan berfungsi daripada indra penglihatan. Adapun hati berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut.

Jadi jangan pernah meninggalkan seorang sahabat yang sedang bercerita, hati-hati meninggalkan pimpinan yang sedang bebicara, terlebih meninggalkan guru yang sedang mengajar. Kalau meninggalkan orang yang sedang berbicara, itu tanpa anda sadari telah menghukum dirinya sendiri. Anda akan di stempel orang egois yang pantas untuk dieliminasi dalam pergaulan. Betapa tersinggungnya Anda ketika lagi serius berbicara ditingggalkan orang. Karena itu, jangan sekali-kali memalingkan muka lalu bergegas pergi memperlihatkan punggungnya kepada orang yang sedang bebagi cerita dan informasi kalau tidak mau disebut orang sombong yang angkuh.

Konsep ini sederhana tetapi tidak sesederhana pelaksanaannya, karena hanya orang bijaksana yang memiliki kecerdasan mendengar, hanya orang sabar yang mau duduk mendengar. Itulah kenapa strategi sang pemenang tidak mau bersamaan bicara. Ia akan diam dan fokus mendengarkan orang lain bicara, diambil sisi positifnya dan dibuang sisi negatifnya. Konsep ini penting, karena orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mendengar, dipastikan orangnya berwatak sombong, angkuh, egois mementingkan diri sendiri, dan tidak punya kepekaan perasaan. Jadi cerdaslah mendengar agar tidak termasuk golongan orang sombong.

Firman Tuhan mengatakan ”janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (QS. Al-isra : 37)

Penulis : Akademisi, Inspirator dan Penggerak, Founder Sipil Institute

Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here