Jejak Sang Surya di Butta Turatea

0
787
- Advertisement -

Judul : Sebuah Roman Biografi
Penulis : Bachtiar Adnan Kusuma, dkk.
Penerbit : Yapensi
Cetakan : Pertama, April 2023
Tebal : xxx 168 Halaman
ISBN : 978-623-5434-16-2

PINISI.co.id- Bila pernah membaca buku Kuantar ke Gerbang: Kisah Cinta Ibu Inggit Garnasih dengan Bung Karno (1981) maka sesungguhnya itu adalah gambaran gaya penulisan roman biografi ala Ramadhan KH.

Ramadan Karta Hadimadja ( 16 Maret 1927 – 16 Maret 2006 ) adalah seorang sastrawan yang juga sangat terkenal sebagai salah seorang cikal penulis roman biografi di Indonesia. Ia peraih hadiah Sastra Southeast Asia Write Award (1993). Anggota kehormatan Perhimpunan Sejarahwan Indonesia (2001).

Buku roman biografi dengan karakteristik bergaya novel, menjadi salah satu model dalam penceritaan sejarah seorang tokoh kepada khalayak, agar pembaca tak merasa jenuh. Alur kisahan ditulis runtut, relatif tidak rumit, mudah dipahami, karena mengggunakan gaya sastrawi, estetis layaknya pemaparan filmis.

Buku “Sang Surya di Butta Turatea” adalah serentang jejak seorang tokoh dari Butta Turatea; Drs. Haji Iksan Iskandar., M.Si., Bupati Jeneponto periode 2013 -2018 dan 2018 -2023. Laksana sang surya, menyingkap sistem nilai masyarakat yang teguh dianut. Masyarakat yang memegang teguh nilai luhur Pappasang tu Riolo, pesan leluhur yang berasal kandungan budaya di kampung halaman tempat di mana ia dilahirkan. Milieu, lingkungan budaya tentu sangat berpengaruh penting terhadap kualitas manusia yang lahir di situ, terwujud dalam sikap, prinsip, tata pergaulan.

- Advertisement -

Buku ini ditulis setebal 168 halaman ini menggunakan pendekatan biografi jurnalistik. Teks biografi adalah narasi tentang tokoh dengan pendekatan kaidah jurnalistik sebelum proses menulis kisahnya. Terlebih dulu tokoh bersangkutan diwawancarai, demikian pula pada orang-orang dekatnya untuk mendapatkan cerita dan pengalaman nyata secara valid dari sang tokoh.
Pendekatan jurnalistik diperlukan untuk penulisan biografi, gunanya agar penceritaan biografi seseorang itu relatif menjadi lebih lengkap, menjadi “hidup” sebagaimana orang menonton film.

Penulis biografi model ini bisa lebih leluasa menggunakan gaya bahasa sendiri. Karena menulis roman biografi meski teknik penulisannya mirip soft news, namun bahasanya lebih fleksibel. Bahasanya diramu dengan pendekatan teks sastrawi. Berbeda dengan penulisan hard news, berita peristiwa yang bahasanya cenderung kaku.

Seseorang yang bersedia ditulis biografinya maka ia sesungguhnya membuka jendela pribadinya yang mulanya masih tertutup kemudian menjadi catatan terbuka pada bentangan ranah publik ketika menjadi buku. Di dalamnya terbentang ruang, waktu, objek, subjek, data, fakta dan peristiwa sebagaimana syarat pencatatan sejarah yang benar-benar pernah terjadi. Karenanya kehadiran biografi kekuatannya dipengaruhi oleh keberhasilan si penulis dalam menggali, mendalami kejujuran, keterbukaan sang subjek agar sedia membuka diri selebar-lebarnya untuk diketahui publik. Bachtiar Adnan Kusuma, dkk. Sebagai tim penulis telah berusaha maksimal merangkum itu.

Dalam menceritakan riwayat hidup Drs. Haji Iksan Iskandar., M.Si, secara terstruktur dapat terbaca dalam lima bagian; Bagian Satu mengisahkan Kehadiran Sang Surya di Butta Turatea, bercerita dalam episode Bermula di Musim Bunga, Jejak Kelahiran, Dipisahkan karena Mirip Ayah, Mencari Jati Diri, Kisah Saya dan Radio Transistor, serta Hadiah Sepeda Mini.

Bagian Kedua mengungkap cerita tentang masa remaja dan pemuda terbagi dalam segmen; Antara Kuliah dan Bisnis, menceritakan tentang episode; Pulang dari Yogyakarta, Aktiv di Organisasi Kemahasiswaan, Suka Duka Masa KKN, Kisah Lucu Dengan Bupati Palangkei Daeng Lagu, Wisuda di Administrasi Negara, Meniti Karier Birokrasi, Pengalaman Hidupku di Birokrasi.

Bagian Ketiga adalah paparan kenangan berdasarkan cerita Hj. Hamsiah Iksan Karaeng Intang, Istri Drs. H. Iksan Iskandar M.Si. Karaeng Ninra. Bupati Jeneponto dua periode. Terbagi dalam; Jodoh tak Terbang Ke mana-mana, Sosialisasi lewat Majelis Taklim, Komitmen Peningkatan Budaya Literasi, dan Jangan Komplain.

Bagian Keempat segmen bertitel – Surya Menapak di Butta Turatea berisikan sejumlah catatan peristiwa seperti; Tragedi di Kantor DPRD Kabupaten Jeneponto, Mengawal Kontestasi Pilkada, Urung Bertarung Sebagai Calon Bupati, Wattunna mi, Jeneponto Smart, Gammara, Membangun Kebersamaan, Mengantar Jeneponto Lebih Baik dan di tuntaskan dengan Dari Bupati Mau Ke mana.

Bagian Kelima adalah pelengkap berisi testimoni kerabat dekat dalam segmen- Kata Mereka Tentang Saya. Bagian ini mencantumkan testimoni berjudul; Sabar Menghadapi Masalah, Dukung Hafidz 1.000 Santri, Panutan Anak Muda, Bupati yang Rajin Turun ke Bawah, Sosok Sederhana dan Memasyarakat, Pemimpin yang Paham Kondisi, dan di lengkapi dengan, Sangat Teliti dan Care pada Bawahan.

Dengan membaca tulisan roman biografi ini di maksudkan dapat memperkaya wawasan dan sudut pandang tentang Drs. Haji Iksan Iskandar., M.Si. Keberadaannya tentu bisa menjadi teladan, inspirasi bagi siapa pun pembacanya. Pembaca bisa memetik hikmat kehidupan yang baik, lebih mulia yang lahir dari keluhuran nilai budaya Pappasang Tu Riolo. Pada gambaran sosok Haji Iksan Iskandar bisa ditemukan pelajaran tentang tata krama, kesederhanaan, kesalehan, dan penghargaan terhadap pluralitas, nilai-nilai kebersamaan, kesetiaan ala manusia Makassar, Butta Turatea.

Semoga roman biografi dapat merawat ingatan dan kenangan, memberikan edukasi bagi masyarakat terkait pemahaman pada berbagai sisi seorang tokoh. Meski demikian, catatan perjalanan hidup, karier dan prestasi seorang tokoh Drs. Haji Iksan Iskandar., M.Si. tentu penting ditulis, sebagai bagian dari pertanggungjawaban moral kiprah sosialnya. Bagaimana ia memotivasi, memandu pencapaian kemajuan pembangunan di Jeneponto agar tak kalah bersaing dibanding pencapaian daerah lain di Sulawesi Selatan. Jeneponto tentu masih membutuhkan keberlanjutan hadirnya tokoh teladan yang mampu membangun kebersamaan dalam mewujudkan kesejahteraan warganya.

Buku ini layak dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembaca hanya perlu memanfaatkan waktu beberapa saat untuk membaca dan memetik hikmat yang ada di dalamnya.

Tamamaung 1444 Hijriah 2023 Masehi
Yudhistira Sukatanya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here