Ikhsan Ingratubun, Pejuang UMKM Itu Telah Pergi Selamanya

0
2914

PINISI.co.id– Pejuang ekonomi rakyat kecil, — UMKM, M. Ikhsan Ingratubun (54) mengembuskan nafasnya yang terakhir di RS JMC Jakarta, tadi pagi, Selasa, (22/3/2022). Jenazah diberangkatkan dari rumah duka di kawasan Pejaten Jakarta Selatan dan akan dikebumikan di TPU Pondok Ranggon Jakarta Timur, pukul 17.00 WIB.

Semasa hidup, jebolan Politeknik Unhas itu adalah pejuang dan penyuara UMKM yang tak kenal lelah menuntut keadilan. Suara kritis Ikhsan sering didengungkan di media arus utama seperti Kompas dan TVone saat menjadi nara sumber.

Saat Presiden meminta agar produk-produk Indonesia, khususnya UMKM untuk dicintai dan harus terus digaungkan, Ikhsan yang menjabat Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia, meminta pemerintah untuk tidak sekadar menggaungkan jargon mencintai produk dalam negeri tanpa bukti dan komitmen kuat yang bersifat wajib dari pemerintah dan BUMN untuk menyerap produk mereka.

“Buka akses pasar dan beli produknya. Jangan hanya mengatakan cinta. Selama ini tender proyek pemerintah masih lebih banyak menyerap barang impor, khususnya dari China. Apalagi dengan adanya berbagai perjanjian dagang dan perkembangan marketing  digital, UMKM semakin sulit berkembang,” kata Ikhsan, seperti dikutip PINISI.co.id.

Di KKSS, alumni PPSP IKIP Ujungpandang angkatan 1987 ini, adalah Ketua Departemen Koperasi dan UMKM yang selalu berharap implementasi sejumlah kebijakan itu tegas dilakukan. Kapabilitas UMKM akan muncul dan berkembang ketika ada permintaan. “Kalau pemerintah tidak membantu memberi order, maka kapasitas dan kualitas tentu sulit ditingkatkan,” ujar Ikhsan menambahkan.

Selain  itu, Ikhsan juga menyoroti sejumlah kebijakan yang masih kontradiktif dengan komitmen keberpihakan itu misalnya Perpres Nomor 10 Tahun 2021 tentang bidang Usaha Penanaman Modal yang membuka akses investor besar untuk masuk ke usaha yang merupakan ranah usaha rumahan dan berskala kecil seperti industri kerupuk, keripik dan rempeyek.

“Kebijakan ini kontradiktif  dan tidak menunjukkan keberpihakan bahkan bisa menghancurkan bisnis UMKM yang tentu sulit bersaing dengan usaha besar.”

Di tengah pandemi Covid-19, membuat orang kembali menengok sektor usaha UMKM sebagai salah satu solusi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Demikian pula sewaktu kriris ekonomi melanda Indonesia pada 1997, UMKM mampu menjadi katup pengaman karena ketangguhan dan daya tahannya. Karena itu, menurut Ikhsan pelaku UMKM perlu diberdayakan dalam masa pemerintahan Joko Widodo.

“UMKM menyerap 95 persen tenaga kerja dan menyumbang sekitar 64 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia,” tutur Ihksan.

Menurut pengusaha kuliner Sulawesi Selatan ini, pemberdayaan UMKM dapat dimulai dengan pembinaan dan pelatihan sumber daya manusia berbasis kompetensi, kemudian dilanjutkan dengan perluasan atau keberpihakan pasar bagi UMKM di setiap wilayah. Akan halnya dukungan pembiayaan, tidak semua UMKM dapat mangakses permodalan.

Di tengah rasa sakitnya yang sekian lama ia idap, Ikhsan optimis, pelaku UMKM Indonesia bisa bermain di pasar global, dengan meningkatkan mutu produk dan menyerap perkembangan teknologi sehingga produknya lebih efisien.

Selepas bekerja di Telkom Bakrie, Ikhsan menjajaki bisnis kuliner Makassar, salah satunya yang terkenal Konro Daeng Naba yang berlokasi di Jalan Ampera Jakarta Selatan.

Sepeninggal Ikhsan, tentu perjuangan UMKM makin berat di tengah disrupsi dan era metaverse.

Selamat jalan Pejuang UMKM Indonesia.
(Alif)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here