Ibu; Kabar Baik Yang Kunanti

0
930

Kolom Jumrana Salikki

Seorang ibu/mama’/indo’, panggilan khas Bugis-Makassar kepada seorang ibu, di etape hidupnya takkala anak-anaknya beranjak dewasa telah memberikan pesan moril pada sang anak, entah itu anak perempuan atau laki- laki. Sama ditinggikan. Seraya mengelus bahu, rambut atau memeluk sang anak, “Anakku, upuminasa baja di bajae, assikolahko matanre, assappakko deceng, mudecengi toi padammu rupa tauE.” Anakku, impianku di hari esok, engkau anakku sekolah tinggi, mencari kebaikan, lalu kebaikan itu bermanfaat untuk orang banyak.

Assappako deceng, mudecengi tonna. Tania kabara asugireng naiya pangkaE mi. Kareba deceng, upuminasa baja di bajaE.
Carilah kebaikan,

Ketika engkau baik, berarti kebaikanmu itu akan terberikan juga padaku. Bukan kekayaan atau pangkat yang tinggi yang engkau raih, tapi kabar baiklah di hari esok yang kunanti.

Begitu dalamnya filosofi kearifan lokal Bugis Makassar dalam mendidik anak- anak supaya tumbuh, diharapkan bukan hanya menjadi cerdas, mumpuni, berani, tapi paling penting yang memiliki akhlak, memberikan manfaat bagi sesama.

Bahwa sekolah tinggi dengan gelar berjibun, pangkat dan jabatan serta kehidupan geliman harta bukanlah tujuan utama dalam kebahagiaan seorang ibu/mama’, tapi bagaimana anaknya menjadi tauladan bagi lainnya.
Kareba/kabara’ deceng- kabar kebaikan yang tertorehkan pada jejak langkah anaklah menjadi harapan, menikmati hidup di hari tua atau di alam sana.

Tak ayal, tak kala sang anak berbuat sesuatu yg kurang atau tidak pantas, mappaka siri’-siri’, tentu yang pertama mendapatkan stikma negatif di tengah masyarakat adalah orang tua, terutama ibu yang melahirkan dan mendidiknya.

Perilaku anak di saat dewasa yang kurang/tidak pantas, memang tidak boleh ditimpakan pada kesalahan orang tua terutama sang ibu dalam mendidik. Tapi bagaimana pesan atau pappaseng tau matoa selalu menjadi perisai dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Perilaku baik yang menjadi cerminan, sitinajaE atau kepantasan dalam mengambil keputusan/ bertindak termasuk bertindak di masa sulit. Karena dalam setiap keputusan, tolak ukur kepatutan, kepantasan dalam bingkai agama dibalut kearifan lokal- budaya Bugis-Makassar adalah sebuah keutamaan.

Kenapa demikian?

Sampai hari ini, sekalipun zaman banyak berubah, tapi sitinajaE, assitinajang – kepantasan tetaplah menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagaimana kehormatan seseorang tetap terjaga.

Adecengeng-kebaikan tidaklah bisa ditukar dengan apapun. Tapi bagaimana karakter itu terbangun sejak dini.

Kebaikan akan selalu menjadi hal utama, karena di situlah harga diri tertorehkan. Kebaikan tak perlu dibungkus dengan apapun karena akan memperoleh tempat yang istimewa di setiap.insan yang mengenalnya terutama keistimewaan pembawa bahagia bagi orang tua, terutama ibu/mama’, keluarga besar dan kampung halaman. Karena kebaikanlah nama tidak akan tenggelam apalagi terhinakan. Doa-doa pun akan mengalir begitu rupa bagi yang tersentuh ataupun wanginya sebait nama.

Tapi takkala, sebaliknya, seorang ibupun akan terluka karena ketidakpantasan yg dilakukan bagi generasi yg telah diberikan air susu dan kasih sayang yang tulus. Keluarga dan kampung halamanpun akan ikut menanggungnya.

Begitu besarnya muatan pappaseng dari seorang ibu/mama’ bagaimana bisa melahirkan generasi yang bisa membawa kebaikan dan keberkahan. Bukan kesombongan, kepongahan dan kenistaan yang dipertontonkan.

Pegang eratlah pesan ibumu. Bersender pada agama dan budaya
Di situlah kebaikan itu ada
Kehormatan duniawi
Kebarokahan hidup terjumput.
Kebahagiaan hakiki terperoleh
Karena doa ibu selalu mengalir di dalamnya.
Sampai di balik nisan pun
Wanginya terhirup.
Tersenyum, bangga dan bahagia.

Tak tersandung kaki di persimpangan
arah mata kaki selalu ada jadi petunjuk.
Kebertautan kesucian hati, tersimpul di otak mendorong mulut bersuara kebenaran

Lalu menggerakkan tangan dan kaki dalam bertindak karena Lillahi Ta’ala.

Takkan pernah tercedera bathin ibu/mama karenanya. Tersembahkan semuanya untuk kasih sayang yang takkan pernah sanggup tergantikan oleh apapun.

Abdi pada masyarakat
Abdi pada agama
Abdi pada bangsa
Adalah abdi pada ibu

Pada keluarga
Rumah di mana kebahagiaan itu ada dan selalu ada tercicipi.

Di pangkuan ibu/mama
Di keridhoan
Keniscayaan
Kemustahilan itu ada dan nyata. Bahagia ada dalam diri setiap insan
Tinggal bagaimana menyambut
Dan menikmatinya

Untukmu ibu/mama’/indo’ku

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here