Firman Bintang Menyenangkan, Bagian Dari Perjalanan Hidupku di Jakarta

0
634
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

FIRMAN Bintang, 65 tahun, putra kelima dari tujuh bersaudara pasangan Haji Andi La Bintang dan Hajjah Indo Lumpulle
binti H. M. Akib.

Firman mewarisi genetis kewartawanan seperti kakak sulungnya H. Zaenal Bintang dan H. Ilham Bintang

Firman banyak teman dari komunitas wartawan budaya/ film, orang film (artis, produser dan karyawan ).

Saya mengenal dekat sejak di Makassar tahun 1970 an sampai di Jakarta. Kami bisa dekat seperti saudara karena kedekatan saya dengan H. Zaenal Bintang, budayawan dan wartawan senior.

- Advertisement -

Bujangan dan Berteater

MASA-masa bujangan bersamanya begitu indah, Firman mendirikan Grup Teater Kelompok Gedongan dan menyutradarainya, sering pentas di gelanggang remaja Jakarta Barat, sampai kemudian mentas di Teater Arena Taman Ismail Marzuki (TIM) dalam babak final Festival Teater Remaja se Jakarta. Pada era itu, tidaklah mudah bisa pentas di TIM tanpa melalui seleksi semacam festival.

Firman sering mengajak saya tidur di rumah keluarga besarnya di jalan Menteng Kecil yang tidak jauh dari TIM di kawasan Cikini, tempat kami beorientasi dan menyaksikan berbagai pentas seni.

Kemudian hari, Firman aktif sebagai wartawan di bidang musik, film dan budaya. Sebelum bergabung di surat kabar Mingguan BARATA milik H. Zaenal Bintang, Ia bersama Ilham Bintang di Harian Angkatan Bersenjata (AB).

Dari situ ia aktif bergabung dengan PWI Jaya Seksi Film dan Kebudayaan. Mengenal dekat dengan keluarga besar perfilman mitra profesinya sebagai wartawan film.

Awal tahun 1990, Firman mendirikan perusahaan film (PH) Bintang Inova Citra Film (BIC Production) menjadi Produser Film dan Pimpinan organisasi Perusahaan Flm Indonesia / PPFI. Sejumlah film layar lebar dan sinetron telah diproduksi nya, antara lain Akibat Pergaulan Bebas, Falling In Love, Ada Apa Dengan Pocong, Kejarlah Cinta Kau Kutangkap, Kamar 207 dan puluhan judul lainnya.

Dengan posisinya itu pula ia terpilih menjadi Ketua Umum organisasi produser film PPFI selama 2 priode dan diangkat menjadi anggota Lembaga Sensor Film (LSF) selama 2 priode pada tahun 2009.

Sebagai pimpinan PPFI ia berkali kali mengikuti Festival Film di berbagai negara, termasuk Festival Film Asia Pasifik yang diselenggarakan secara bergiliran di negara anggota.

Komitmen Jurnalistik

Jiwa kewartawannya tetap melekat kendatipun dirinya sudah sangat sibuk, sebagai pimpinan organisasi, produser dan anggota LSF, Firman membuat media cetak Tabloid Bintang Film. Saya mendapatkan langganan gratis dan disiapkan kolom di media itu yang sementara ini break/ istirahat terbit karena masa pandemi.

Komunitas Film dan Wartawan Terjaga

KESAN mendalam dari sosok ini yang melanggengkan hubungan silaturahminya dengan orang yang sudah menjadi sahabatnya sejak awal tahun 1980-*an di komunitas artis pemain film khususnya.

Sebut seperti Deddy Mizwar, Harry Capry, Slamet Rahardjo, Roy Marten, Rano Karno, El Manik, Sultan Saladin, Cok Simbara, Dwi Yan, Anwar Fuadi, Leroy Oesmani, Pangky Suwito, Jenny Rachman, Yati Octavia, Gusti Randa dan Senior yang telah wafat : Soekarno M Noer, Benyamin Suaib, Dicky Zulkarnaen, Ratno Timoer dan Sophan Sophiaan.

Mereka sering berjumpa dalam acara- acara tertentu dan olahraga bersepeda. Sebagian dari itu juga saya kenal sebagai sahabat semasa saya menjadi Kepala Humas PARFI.

Meskipun saya tidak mengikuti aktivitasnya di dekade tahun 2000, bila berjumpa selalu ada saja muncul jok-joknya yang menghibur diluar dugaan.

Yang selalu saya ingat, suatu waktu Firman bercerita kepada sahabat sahabatnya bahwa saya ini tidak boleh dibiarkan hidup membujang, begitu pesan orangtua Pung Aji Indo Lumpulle/ ibu Firman.

Begitu perhatiannya ibunda yang selalu menegur dan menasehati saya dalam bahasa Bugis. Di rumah itu saya merasakan berada di kampung Tajuncu Soppeng dengan budaya Bugis yang kental dengan tatanan nilai adab/sipangadreng dalam berkomunkasi serta menu makanan yang dihidangkan.

Ini yang dinamakan hidup di kota perasaan di kampung.

Hal lain yang terasa mengharukan ketika saya di Balikpapan pada 20O9, Firman sering menelpon menanyakan kabar saya.

Begitupun ketika sakit dirawat di ICCU Rumah Sakit Pasar Rebo ramadhan tahun 2019, Firman datang membesuk dan menyusul kemudian Daeng Aji Zaenal Bintang, Ilham dan Fadlan.

Begitu perhatiannya mereka empat bersaudara. Dengan itu semua membesarkan hati saya bisa berada dalam lingkungan saudara seperti ini.

Legolego Ciliwung, 2 September 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here