Dilarang Berkicau adalah Pemerkosaan Teori Pers Bebas

0
731
- Advertisement -

Kolom Ruslan Ismail Mage

Setiap Selasa malam adalah malam istimewa bagi penikmat berita hangat di negeri ini. ILC yang di siarkan live oleh TVone selalu jeli mengangkat tema panas untuk didiskusikan. Karenanya selalu ditunggu penggemarnya untuk menyaksikan adu argumentasi antar dua aliran pemikiran (pemikiran pro kebijakan pemerintah, dengan pemikiran kritis rakyat). Tidak terkecuali Selasa malam (13/10/20) lagi-lagi penggemar ILC menunggu sampai pukul 20.00 malam tema apa gerangan yang akan disajikan oleh Presiden Indonesia Lawyers Club (ILC), Karni Ilyas. Terlebih baru saja terjadi aksi demo besar-besaran buruh dan mahasiswa menolak UU Cipta Kerja (8/10/20).

Waktu terus beranjak tayangan ILC tidak muncul-muncul di TVone. Tanda tanya pun mulai gentayangan dalam pikiran, hingga dapat pesan dari watshap teman berbunyi “Tidak semua yang saya tahu bisa saya katakan. Tidak semua yang saya alami bisa saya ceritakan. (Karni Ilyas),” cuitnya di Twitter, Selasa, 13 Oktober 2020 lalu. Cuitan Datuk Karni ini langsung menyiratkan alasan kenapa ILC tidak muncul. Kontruksi pemikiran saya langsung teringat pada frase Adam Smit, “invisible hand”.

Lima hari kemudian (18/10/20) alasan ILC tidak tayang semakin terjawab, ketika tersebar tulisan Datuk Karni yang sangat jelas tersurat dan tersirat dalam goresan penanya. Coba maknai dan tangkap pesan eufemismenya berikut. “Ini cerita era Soviet dipimpin Khrushchev. Tiap musim dingin jutaan burung Soviet mengungsi ke selatan. Suatu waktu burung selatan bertanya, kenapa kalian pada ngungsi ke sini? Burung imigran menjawab, soalnya di utara sekarang kami dilarang berkicau. (Mati Ketawa Cara Rusia),” tulis Karni Ilyas di akun @karniilyas, Minggu 18 Oktober 2020.

Dalam konteks negara demokrasi, dilarang berkicau adalah pemerkosaan teori pers bebas. Denis McQuail mendeteksi prinsip utama teori ini, yaitu “publikasi seyogyanya bebas dari setiap penyensoran pendahuluan oleh pihak ketiga”. Di negara demokrasi, jurnalis yang selalu seksi menyuarakan kebenaran dan keadilan, akan selalu didekati, dan digoda oleh penguasa untuk diselingkuhi. Kalau tidak mempan dengan godaan, bisa bernasib sama dengan jutaan burung Soviet yang bermigrasi ke selatan karena diperkosa kebebasannya dilarang berkicau di utara. Jangan dengan dalil memburu berita palsu, kritis pun dibungkam.

- Advertisement -

Penulis, Akademisi, Inspirator dan penggerak, Founder Sipil Institute Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here