Dilahirkan Menjadi Pemandu

0
234
- Advertisement -

Oleh Ruslan Ismail Mage

Pagi cerah suhu pun sejuk menyelimuti suasana wisuda sarjana di salah satu perguruang tinggi swasta ternama. Hampir seribu wisudawan/wisudawati mengikuti prosesi dengan jubah kebesarannya. Tawa canda terukir indah di wajah para wisudawan dan orang tua yang mendampingi mereka. Sebuah perjalanan intelektual sudah dilewati dan telah mencapai garis finis di fase pertama.

Salah satu item yang dinanti dalam setiap prosesi wisuda sarjana adalah orasi ilmiah yang biasanya disampaikan oleh orang-orang tertentu yang memiliki kapasitas untuk dijadikan cermin atau contoh bagi wisudawan baru. Bahkan terkadang mengundang tokoh besar dari luar kampus untuk menambah bobot akademiknya. Namun wisuda kali ini pengambil kebijakan kampus memutuskan memakai salah seorang dosen internal yang dikenal memilili kemampuan berbicara di forum. Suatu keputusan yang tepat, kalau ada orang dalam yang tidak kalah hebatnya, kenapa harus mengundang tokoh dari luar.

Sang dosen yang diberi amanah melakukan orasi ilmiah sudah berdiri di podium. Sebagai akademisi yang banyak berkarya, perbendaharaan bahasanya mengalir terus bagaikan sumber mata air yang tidak pernah kering. Ia menyebut tema orasi ilmiahnya, “Dilahirkan Menjadi Pemandu”. Suasana pun hening menunggu kelanjutan narasinya.

Sahabat-sahabat pembelajar, saat ini pukul 10.30 hampir bersamaan waktunya ketika sejarah pendakian dunia terukir lebih setengah abad lalu. Tepatnya tanggal 29 Mei 1954, pukul 11.30 saat matahari beranjak ke puncak, seorang pendaki gunung bernama Edmund Hillary berkembangsaan Selandia Baru berhasil menjadi orang pertama menaklukkan puncak Gunung Himalaya tertinggi di dunia, Mount Everest.

- Advertisement -

Publik dunia saat itu terkejut, karena sebelumnya lebih 2000 orang pendaki yang berusaha mencapai puncak Mount Everest selalu gagal dan meniggal dunia dalam pendakiannya. Nama Edmund Hillary tiba-tiba menjadi terkenal keseluruh dunia. Semua wartawan media besar dunia antri memintanya wawancara untuk membuat liputan beritanya.

Dari sekian banyak wartawan yang mewancarai ketangguhan, keberuntungan, dan kesuksesannya menanklukkan Mount Everest, ada salah satu wartawan yang fokus mengamati sisi lainnya. Ia memperhatikan ketika Edmund Hillary turun dari gunung, sang wartawan itu melihat dari kejauhan ada orang di belakangnya memakai mantel tebal dengan ransel penuh barang dipundaknya. Siapakah orang yang mengikuti dari belakang Edmund Hillary itu?

Rasa penasaran membuat sang wartawan mendekati dan menanyakan identitadnya. Siapakah anda? Kenapa mengikuti Edmund Hillary? Apa kepentingannya dalam pendakian spektakuler ini? Sesaat kemudian orang itu menjawab. Saya hanya orang biasa berkebangsaan Nepal bernama Tenzing Norgay, yang memandu Edmund Hillary sampai ke puncak.

Tenzing Norgay pun melanjutkan ceritanya. Suatu waktu Edmund Hillary menyampaikan mimpi besarnya kepada saya ingin mencapai puncak Mount Everest, dan meminta saya memandunya. Sebagai pemandu pendakian selama ini saya menyanggupinya dengan meminta waktu mempersiapkan diri. Selang beberapa waktu kemudian saya menghubungi Edmund Hillary kalau sudah menumukan jalan sampai ke puncak. Jadi silahkan ikut saya kalau ingin mewujudkan mimpi besarnya.

Pendakian pun dilakukan. Dua orang berkebangsaan berbeda Edmund Hillary dan Tenzing Norgay bersatu padu bahu membahu berusaha membuat sejarah dunia sebagai orang pertama menanklukkan puncak gunung tertinggi di dunia. Sebagai pemandu yang mengetahui jalan, tentu Tenzing Norgay berada di depan. Segala daya dan upaya dimaksimalkan, hingga tidak terasa mimpi Edmund Hillary semakin dekat menjadi kenyataan.

Menariknya, sebagai pemandu yang terus berjalan di depan, Tenzing Norgay menghentikan langkahnya ketika tinggal selangkah sampai ke puncak Mount Everest. Apa gerangan yang terjadi? Apakah kakinya kram tidak bisa digerakkan lagi? Atau ada bahaya lain yang mengancam di puncak? Ternyata Tenzing Nogray berhenti karena menunggu dan mempersilahkan Edmund Hillary mendakuluinya sampai ke puncak Mount Everest.

Mendengar cerita Tenzing Nogray itu, sang wartawan terkejut, lalu bertanya minta alasan. Kenapa berhenti ketika tinggal selangkah mencapai puncak? Kenapa tidak berdua bergandengan tangan dengan Edmund Hillary sampai puncak mengukir sejarah dunia? Bisa terkenal berdua dan mendapat penghargaan dari seluruh penjuru dunia.

Subhanallah. Tenzing Norgay menjawab. Mencapai puncak Gunung Himalaya tertinggi di dunia, Mount Everest, itu mimpi Edmund Hillary. Mimpi saya bukan sampai ke puncak lalu terkenal dan diapresiasi banyak orang. Saya hanya pemandu yang bertugas mengantar orang yang ingin sampai ke puncak.

Sang dosen pun mengakhiri cerita inspiratifnya di tengah keheningan wisudawan yang fokus mengikuti setiap bait narasinya. Untuk memecah keheningan, ia menyapa para wisudawan yang sepertinya masih menunggu kelanjutan ceritanya.

Sahabat-sahabat pembelajar wisudawan/wisudawati pemilik masa depan. Kalian harus paham, “Masa depan itu wilayah transendental. Tidak hanya butuh setumpuk ijazah, tetapi butuh keberkahan ilmu. Memuliakan guru dan orang tua adalah sumber mata air keberkahan ilmu”. Dalam ruangan ini ada orang tua kalian mendampingi, dan di depan kalian para guru, pendidik, atau dosen kalian. Mereka tidak bermimpi mencapai puncak, lalu menjadi orang terkenal. Para dosennya seperti Tenzing Norgay, hanya bertugas memandu kalian mencapai puncak menjadi orang-orang sukses di bidangnya masing-masing.

Karena itu, kalau kalian para wisudawan/wisudawati hari ini mendapat pencerahan dari kisah Edmund Hillary dan Tenzing Norgay, berilah hormat dan apresiasi kepada seluruh guru kalian sejak usia sekolah dan dosen kalian, dengan berdiri bertepuk tangan yang meriah. Para wisudawan pun serentak berdiri dengan tepul tangan yang membahana dalam ruangan.

Sang dosen pun turun dari mimbar dan diselami para koleganya. Nampak ia mengambil tissu menghapus matanya yang mulai basah. Ia terharu dan bersyukur dilahirkan menjadi pemandu. Selamat pak dosen, orasi ilmiah yang menggetarkan jiwa.

Penulis, Akademisi, inspirator dan penggerak, penulis buku-buku motivasi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here