Dari Santap Niaga, Temu Budaya Hingga Umpan Bola-Bola Pendek di KKSS

0
555
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

TIGA variabel judul di atas, untuk penggambaran narasi yang terekam melekat di kantor Sekretariat KKSS di periode kepemimpinan Ketua Umum Petta Oddek tahun 1983-1988 di Jln Sungai Musi yang juga adalah kantor Sekjen Ahmad Pawennei.

Dua periode sebelumnya KKSS dipimpin oleh Mayjen TNI Azis Bustam dan Brigjen TNI Andi Sose.

Kepala kantor sekretariatnya adalah M. Djabir dan Adnan.

Di era itu beberapa aktivis pemuda  menjadi anggota pengurus KKSS atas promosi Andi Serang Pangerang Petta Rani.

- Advertisement -

Di era itu kami yang muda pemula di KKSS terkagum kagum dengan para senior yang dalam rapat-rapat menyampaikan penguasaan organisasi dan tutur bahasa pangadereng/pangadakkan yang santun.

Beliau berempat: Andi Parenrengi Tanri, Ibrahim Gaus, Benny Sjamsuddin dan Saleh Djindang mendeklirkan diri sebagai kelompok AMPEGO ( Amanat Penderitaan Golongan ).

Beliau-beliau ini yang menyusun Anggaran Dasar Organisasi dan Landasan Kultural KKSS.

Di rapat-rapat tersebut juga menjumpai senior Zainal Bintang, Asrul Azis Taba, Anwar Satta dan Arifuddin Pangka yang memperkaya materi yang dibicarakan.

Santap Niaga

INI istilah yang dipakai untuk suatu hajat pertemuan penggalangan dana antara lain untuk gelar Temu Budaya, jamuan untuk tim PSM Makassar yang berlaga di Jakarta.

Diantara kami yang yunior di pengurusan KKSS, hanya Hasbullah Ismail yang interaktif dengan senior itu.

Bola Bola Pendek Cilamaya

BERMAIN umpan bola pendek, bukan karena lapangan sempit atau lawan main berpostur besar.

Ini adalah istilah di yang diciptakan oleh anak-anak di Sekretariat KKSS jalan Cilamaya Tanah Abang di era Ketua Umum Beddu Amang.

Umpan bola-bola pendek untuk melakukan hal-hal yang pragmatis ada hasil. Bukan dengan  konsep proposal yang butuh nafas panjang dan  penantian yang tak terukur.

Para yunior pelaku di situ adalah Alif, Aprial, Ahmad Tahir, Erwin Kallo, Faizal Rahim, Wahidah Laomo, Andi Yadi dan Hamsah.

Mereka menghidupkan Bulletin KKSS sebagai syiar ke seluruh daerah.

Sekretariat kemudian berlanjut ke Jalan Panti suhan Jatinegara dan Buncit Raya Mampang.

Di Buncit ini, tercipta berbagai program kerja KKSS antaranya, Gelar Pesona Budaya Sulsel di Taman Mini dan Pertemuan Saudagar Bugis Makassar.

Para pelaku relawan sekretariat di antaranya Nazar Simbong, Kepala Anjungan Sulsel Taman Mini,  La Sule, pelukis, Daeng Sakka dan Surya Dharma, penghubung semacam Humas.

Di sekretarat itu ada Suherman Mappa dan Jumriana Palopo.

Sampai akhir masa bakti Pak Beddu Amang, program KKSS  banyak di suport oleh Arifuddin Pangka, Andi Syamsu Alam, Charsian Anwar, Andi Idha Nursanty dan Hasbullah Ismail.

BBD Plaza dan Benhil

APA yang monumental perlu dicatat.

Di era kepemimpinan Ketua Umum Muhamad Taha dan Ketua Harian Pelaksana Ketua Umum Abdul Rivai,  berhasil mewujudkan pengadaan Kantor tetap KKSS di Jalan Bendungan Hilir Jakarta Pusat.

Sekian lama, 5 kali berpindah pindah dari Musi, Cilamaya, Panti Asuhan, Buncit Raya dan Bank Bumi Daya Plaza KKSS baru punya kantor milik sendiri.

Apapun adanya ini sebuah karya abadi pengurus KKSS seperti halnya melahirkan Sekolah Menengah Atas unggulan di Malino dan Pertemuan Saudagar Bugis Makassar/PSBM yang berkelanjutan sejak tahun 1993.

Ucapan terima kasih kepada adik-adik di sekretariat di era kepengurusan tersebut, yaitu Idang, Asbar, Ikbal,  Any, Erika, Zaenal Syam dan Daeng Amin. 

Di ultah ke-46 KKSS ini ada baiknya menghadirkan dan memberi mereka apresiasi.

Legolego Ciliwung 12 Oktober 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here