BUMN dan Pemulihan Ekonomi Nasional Masa New Normal

0
1106
- Advertisement -

Kolom Taruna Ikrar, Profesor dan ahli Farmakologi, anggota American College of Clinikal Pharmacologi, USA

Covid-19 telah menjadi ancaman nyata dalam kehidupan penduduk dunia. Bukan hanya berupa ancaman kesehatan, ancaman jiwa, bahkan menjadi ancaman resesi ekonomi global yang sangat mengkhawatirkan.

Resesi ekonomi global telah menjadi kenyataan pahit yang begitu menghantui kondisi kekinian kita.

Berdasarkan laporan International Monetary Fund (IMF), pada Rabu (25 Juni 2020) melukis potret suram ekonomi global, bahkan pandemi coronavirus telah menyebabkan kerusakan yang lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya.

IMF menjelaskan bahwa ekonomi global akan menyusut tahun ini sebesar 4,9 persen.

- Advertisement -

Dalam resesi ini, tak satupun negara yang lepas dari persoalan ini, termasuk negara adidaya sekali pun seperti Amerika Serikat.

Dalam resesi ini, tak satupun negara yang lepas dari Ekonomi Amerika Serikat yang merupakan ekonomi terbesar didunia pun, dipastikan akan terkena dampak dari resesi global ini, dan diperkirakan akan mengalami penyusutan sebesar 8 persen.

Negara-negara yang menggunakan mata uang tunggal Eropa-pun menuju penurunan lebih dari 10 persen, sementara Jepang akan mengalami kemerosotan sebesar 5,8 persen.

Demikian pula Indonesia, dipastikan akan mengalami pukulan yang luar biasa.

Berdasarkan data, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melaporkan bahwa telah jutaan tenaga kerja Indonesia yang dirumahkan dan di-PHK (lebih kurang 6 jutaan pekerja).

Selanjutnya Kementerian Keuangan Republik Indonesia, telah memastikan terdapat kemerosotan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi minus 1,6 persen.


Kebijakan New Normal

Sejak bulan Juni 2020, beberapa negara di dunia termasuk Indonesia, telah melakukan pelonggaran terhadap karantina wilayah.

Dalam istilah yang dipopulerkan oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) disebut NNL (New Normal Life), dalam artian bahwa masyarakat di beberapa wilayah setelah mengalami penurunan jumlah kasus, untuk melakukan pelonggaran dan masyarakat sudah dizinkan beraktivitas di luar rumah, tetapi tetap mengikuti protokol Kesehatan secara ketat.Protokol tersebut berupa: Masyarakat tetap diharuskan untuk Menjaga Jarak (Social Distancing), memakai masker bila ke luar rumah, mencegah kerumunan orang banyak, dan tetap menjaga kebersihan tubuh dengan senantiasa mencuci tangan.

Namun melihat data epidemologi, masih sangat jelas bahwa Covid-19 akan senantiasa berada di sekeliling kita dan akan tetap menjadi ancaman kesehatan dunia.

Berarti coronavirus Covid-19 akan senantiasa menjadi ancaman dunia, selama belum ditemukan vaksin untuk mencegah infeksi virus yang berbahaya dan mematikan ini.

Potensi BUMN Kesehatan

Mencermati perkembangan dan kondisi ekonomi global dan nasional Indonesia, seharusnya pemerintah Indonesia melakukan strategi khusus untuk mengantisipasi kondisi suram ini. Sehingga kondisi ekonomi Indonesia tidak terjatuh ke dalam jurang terdalam.

Salah satu potensi terbesar dalam kondisi Pandemik Covid-19 yang menjadi pencetus resesi ekonomi global adalah mewabahnya virus korona, yang belum ketahuan kapan akhirnya.

Tentu untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan perhatian yang khusus terhadap kebutuhan (demand) konsumen, baik dalam jangkauan domestik maupun nasional, karena dapat dipastikan masyarakat akan semakin selektif dan berhati-hati dalam mengalokasikan anggarannya.

Namun dalam sudut pandang tertentu, justru masyarakat dunia termasuk Indonesia akan menjadikan kebutuhan Kesehatan, obat-obatan, alat kesehatan dan pelayanan Kesehatan menjadi prioritas utama.

Dari sudut pandang ini, sehingga menjadikan usaha di bidang Kesehatan merupakan kebutuhan primer, kebutuhan pokok yang sangat urgen yang tidak bisa ditunda.

Demikian pula, kalau melihat potensi BUMN nasional yang bergerak di bidang produksi, pelayanan Kesehatan seperti perusahaan farmasi, rumah sakit, dan perusahaan kebutuhan sehari-hari, memiliki aset dan potensi penghasilan untuk negara sangatlah besar.

Hal ini dapat terlihat pada aset BUMN Farmasi, yang berpotensi memberikan pemasukan negara signifikan besar.

Perusahaan Nasional di bidang farmasi tersebut, seperti: PT. Bio Farma saat ini telah menjadi induk dari Holding BUMN Farmasi. Anak perusahaannya adalah PT. Kimia Farma (KF), PT. Indofarma (Inaf). Serta Cucu perusahaannya, antara lain: PT. Phapros, PT. KF Trading & Dist, KF Apotik (ketiganya dibawah KF), dan PT IGM (dibawah Inaf). Memiliki aset yang sangat besar. Bio Farma, memiliki pabrik di Bandung dan lahan pemeliharaan hewan di Lembang.

Fokus pada produk Vaksin, Sera, Blood Product, Biosimilar, Diagnostik Kit, Stem Cells dll. Pendapatan per tahun sekitar Rp 3,6 T. Memiliki agen pemasaran di berbagai negara. Perusahaan ini sudah melakukan ekspor ke lebih 130 negara. Memiliki kerja sama dengan berbagai lembaga di LN antara lain WHO, Unicef, PAHO, dll.

Juga merupakan leader di bidang Vaksin dan Sera di antara negara-negara berkembang yang pada umumnya dan negara-negara Islam pada khususnya. BUMN ini memiliki karyawan sekitar 1.200.

Demikian pula PT. Kimia Farma yang berfokus pada obat paten dan generik, Herbal serta Alkes. Juga bisnis Apotik dan Labkes. Memiliki pabrik di Jakarta, Medan, Semarang, Sarolangun, Watudakon dan Tanjung Morowa.

Kimia Farma memiliki anak usaha PT KF Apotik dengan 1.300 apotik, PT KF T-D sekitar 50 cabang PBF dan Labkes sekitar 45 di seluruh Indonesia, dengan jumlah karyawan sekitar 5.600 dan pendapatan sekitar Rp 9 triliun,

Sedangkan PT. Phapros yang berfokus pada obat OTC, ethical, medical devices dan toll manufacturing. Produksi sekitar 342 item obat. Omzet sekitar Rp 1,5 triliun dan karyawan sekitar 1.000. Dan terakhir PT Kimia Farma juga sudah mengekspor produknya ke belasan negara. Ditambah PT. Indofarma yang berfokus pada obat generik dan memiliki fasilitas khusus mesin extract. Serta mempekerjakan karyawan sekitar 1.400 dengan  omzet Rp 2 triliun. Anak usahanya PT IGM memiliki sekitar 35 cabang PBF diseluruh Indonesia.

Sehingga kalau dijumlahkan, Holding BUMN Farmasi nasional, memiliki total karyawan 9.200, dengan omzet puluhan triliun. Jika dimaksimalkan bisa meningkat secara cepat sehingga bisa menopang kekuatan ekonomi nasional.

Sehingga dengan mengamati kasus Coronavirus Covid-19 yang telah menjadi ancaman dunia yang menginfeksi jutaan penduduk dunia.

Oleh karena itu semua penyakit akibat infeksi virus, drag of choices, atau pengobatan utamanya adalah Vaksin. Berdasarkan kondisi nyata di atas, dan memperhatikan keseimbangan kebutuhan (demand) dan Pengeluaran (Output) masyarakat, serta besarnya potensi BUMN seperti contohnya Bio Farma dan berbagai anak perusahaannya, bisa berperan sangat strategis untuk kepentingan penopang ekonomi nasional dalam kondisi resesi ekonomi dewasa ini.

Dalam makna, menjadi pemasukan ratusan trilliun rupiah untuk kepentingan nasional, bahkan jika biofarma dikelola dengan baik beserta BUMN kesehatan lainnya (rumah sakit, serta obat-obatan dan alat kesehatan) dipastikan mampu menjadi buffer atau andalan pemerintah untuk menopang ekonomi nasional.

[Sumber:Tribuntimur.com]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here