Ayo ke Negeri Paman Sam Menyelami Peradaban Dunia

0
571
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

KARYA Besar lahir dari cita-cita dan pemikiran besar.

Dua nama yang terekam dalam memori saya dengan menyebut nama negara Amerika Serikat (USA).

Pertama, disebut dalam referensi sejarah penemuan benua/daratan Amerika 1492 oleh empat nama yaitu Christoffa Corombo atau kebih dikenal dengan Christopher Colombus, pemuda 41 tahun dari Genoa Italia.

Sebelum itu di tahun 900 telah ada pelayar dari Viking dan Ibnu Aswad dari Andalusia.

- Advertisement -

Kemudian datang Daeng Gassing dari Bugis Makassar yang terdampar perahunya karena mati angin.

Lalu awak perahu itu berteriak ke arah angin ; ammiriko anging — bertiuplah angin…diucapkan berkali kali.

Disambut oleh penduduk setempat sambil menari-nari menirukan dengan ucapan Amrikko … Amrikko … Amrikko …

Sesuai dengan logat bahasa suku yang ada saat itu.

Hal itu disebutkan dalam pustaka bahwa bangsa Amerika itu adalah Amerika is Country of Risk Taker/orang-orang pelarian dari Eropa dan buruh kasar dari Asia.

Dakwah di Bumi Barat

LEBIH Dua puluh lima tahun, Almukarram Dr Imam Shamsi Ali menjejakkan kakinya dan bermukim di New York untuk syiar dakwah Islam yang damai, santun, moderat, toleran dan rahmatan lil alamin.

Dengan pesan itu, Al Mukarram telah menciptakan apresiasi perubahan pandangan di dunia barat bahwa Islam bukan agama kekerasan dan terorisme.

Islam kemudian diterima dengan baik di Amerika dan Eropa, hidup berdampingan dengan agama lainnya.

Dengan itu, Syamsi Ali Al Kejang, putra Bugis Bulukumba, tercatat sebagai salah satu tokoh masyarakat berpengaruh di Amerika.

Berhasil mewujudkan sebuah bangunan monumental bersejarah yaitu pesantren modern pertama di Amerika melalui Yayasan Nusantara Foundation.

Bangun Peradaban Dunia

APAPUN Adanya, lebih dari lima abad penemuan tanah daratan luas itu telah berkembang menjadi kota dunia/ metropolis dengan beragam suku bangsa warganya.

Orang menyebutnya negeri Paman Sam … penyebutan itu saya pahami sebagai bahwa ke negeri itu kita akan menjumpai keramahan menemui paman.

Kemudian saya menganalogikan kota Batavia/Jakarta yang bagi orang Bugis Makassar bukanlah daerah perantauannya, mengapa.

Jakarta punya hubungan emosional/genetis dan sejarah dengan Pangerang Jayakarta, Datuk Tonggana, Merra, Giong dan Ibrahim yang bermain di wilayah Condet dan Husni Thamrin.

Terobsesi ke Amerika

NEGARA Itu telah menjadi super power/adi kuasa dunia.

Bukan semata karena itu, bisa karena di negara itu sudah tercipta hubungan emosional sejarah dengan kehadiran Daeng Gassing, salah satu dari empat nama yang diabadikan sebagai penemu Amerika.

Belum berapa lama sahabat Saleh Mude yang menyebut dirinya datang sebagai Pasompe ke Amerika untuk melanjutkan studinya.

Saya mendapatkan tayangan tentang beberapa aktivitas kehidupan sosial budaya warga KKSS New York dan kampus Hartford Connecticut University.

Di sela waktunya itu, Saleh suka memposting buku-buku yang diperolehnya secara gratis, ia tidak menyebutkan darimana ia peroleh dan itu tidak begitu penting, yang penting apa menjadi nawaitunya tidak sekadar menjadi kolektor pribadi, apa ada tujuan yang lebih besar untuk maslahat.

Sulit dibayangkan untuk memboyong buku sebanyak itu dibawa pulang ke tanah air.

Saleh saya kenal pemburu buku-buku tua, syukur ada waktunya untuk membaca dan menuliskannya.

Dengan itu saya terpikir bahwa sudah saatnya perlu diadakan satu perpustakaan/library bagi para warga yang datang melanjutkan studi di Amerika untuk buku-buku referensi yang selektif perlu diketahui tentang negara itu.

Lalu saya terpikir bahwa upaya ini perlu keterkaitan/keterlibtan dengan Governent/Konsulat Jenderal kita di New York yang diinisiasi oleh KKSS setempat.

Nama library itu bisa mengabadikan nama Daeng Gassing.

Selain itu, dapat pula diciptakan sebuah event tetap tahunan dengan Festival Budaya dan Pariwisata Kawasan Timur Indonesia, bekerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan New York yang diprakarsai oleh KKSS.

Tiga karya besar itu, Pesantren Syamsi Ali kemudian Library Daeng Gassing dan Festival Budaya menjadi perekat peradaban Bugis Indonesia dan Amerika.

I hope that someday in the next 20 years there will be a great leader of Bugis blooded Muslim in the USA aamiin.

Beranda Inspirasi Ciliwung 28
September 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here