Andi Taufan Putra, Milenial Asal Makassar yang Jadi Staf Presiden

1
9383
- Advertisement -

PINISI.co.id- Sebelum dilantik jadi presiden, Joko Widodo berjanji akan mengangkat pembantunya dari kalangan milenial. Selain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Kamis 21/11/19 Jokowi kembali mengangkat tujuh staf khususnya dari kalangan milenial. Satu di antaranya adalah Andi Taufan Garuda Putra, milenial berdarah Makassar. Taufan meraih Sarjana Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung dan jebolan Universitas Harvad, AS, — salah satu universitas terkemuka di dunia.

Saat Presiden memeperkenalkan Taufan, Jokowi bilang, “Andi Taufan Garuda Putra, usia 32 bergerak di dunia entreprenueur. Banyak meraih penghargaan atas inovasi dan kepedulain di sektor UMKM.”

Taufan yang merampungkan SMP-nya di Makassar adalah putra Andi Syarifuddin Saguni, warga KKSS yang juga dikenal sebagai golfer d Makassar Golf Club Jakarta. Nama Taufan mulai mencuat ketika ia mendirikan Amartha, —  perusahaan pionir teknologi finansial peer to peer lending yang menghubungkan pendana di perkotaan dengan perempuan pengusaha mikro di pedesaan melalui teknologi. Di situ Taufan sebagai CEO.

Anak muda kelahiran Jakarta, 24 Januari 1987 ini, semula bekerja sebagai konsultan bisnis untuk IBM Global Business Services selama hampir dua tahun. Pada 2009, Taufan meninggalkan pekerjaannya ketika melihat banyak pelaku usaha mikro di pedesaan mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses finansial. Taufan akhirnya mendirikan Amartha dengan berbentuk microfinance atau lembaga keuangan mikro.

Amartha bertransformasi menjadi tekfin peer to peer lending sebagai upaya menjangkau jutaan pelaku usaha mikro perempuan di pedesaan. Pada 2019, Amartha mengantongi izin usaha Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan berhasil menyalurkan Rp1,6 triliun kepada lebih dari 340.000 mitra di 5.400 pedesaan.

- Advertisement -

Perkenalannya dengan lembaga keuangan mikro dimulai pada tahun 2009, saat ia memberi pinjaman untuk usaha mikro di CiseengBogor. Di Amartha, Taufan memberikan akses keuangan kepada masyarakat desa yang selalu terlibat hutang dengan rentenir. Melalui pendekatan sosial bisnis, Taufan membuat lembaga keuangan dengan sistem yang mudah menggunakan pola pembiayaan kelompok.

Taufan mendirikan Amartha dari modal 10 juta rupiah. Ia menerapkan pembiayaan berbasis kelompok atau Model Grameen, satu kelompok terdiri dari 15 hingga 25 ribu. Taufan menilai sistem tersebut baik untuk monitoring pembayaran dan meminimalisasi risiko gagal bayar.

Taufan menerapkan pendekatan syariah atau bagi hasil, sehingga bagi hasil yang diberikan bervariasi. Ia dan timnya juga mengembangkan proprietary risk algorithm yang memungkin untuk membuat credit scoring berdasarkan data perilaku dan data transaksi guna melakukan penilaian terhadap profil risiko calon peminjam.

Belasan penghargaan nasional dan internasional ia terima, antara lain,  penerima Ashoka Young Change Makers Awards, 2010. Penerima  SATU Indonesia Award dari Astra International Oktober, 2011. Global Shapers by World Economic Forum, 2012, Ten Outstanding Young Person Indonesia (TOYP) 2014 from the Junior Chamber International April 2014, dan  Frontier Innovators, sebagai perusahaan yang telah memberikan dampak sosial bagi masyarakat Indo-Pasifik, 2017.

[Lip, dari berbagai sumber]

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here