Hikmah Abdul Hamid Husain
Keberhasilan penjajah Belanda merendahkan kalimat suci In Syaa Allaah masih terasa hingga zaman sekarang. Banyak umat Muslim di Indonesia menganggap orang yang mengucapkan In Syaa Allaah sebagai kampungan, atau hanya sebagai alasan untuk mengingkari janji.
Padahal, Allaah SWT mewajibkan hamba-Nya mengucapkan In Syaa Allaah setiap kali berjanji, merencanakan sesuatu, bahkan boleh juga untuk hal yang telah berlalu. Hukum mengucapkannya adalah wajib, dan berdosa jika sengaja meninggalkannya.
Penulisan yang Benar
Sebelum membahas lebih jauh, penting memahami cara penulisan yang benar. Karena perbedaan penulisan bisa mengubah makna.
Yang benar: In Syaa Allaah (إن شاء الله)
Terdiri dari tiga kata: In (إن) : jika Syaa’a (شاء) : menghendaki dan Allaah (الله) : Allaah
Yang salah: insya Allah, insyaallah dan insha Allah.
Sama seperti perbedaan pada kata: Aamiin, Amiin, dan Aamin,
yang masing-masing memiliki arti berbeda.
Kisah dan Dalil
Hadits Itban bin Malik RA: “Ya Rasuulullaah, aku berharap Engkau mendatangi rumahku dan shalat di dalamnya, supaya aku jadikan sebagai mushalla.”
Rasuulullaah SAW menjawab: “Aku akan melakukannya, In Syaa Allaah.” (HR. Bukhari no. 425)
Al-Qur’an: QS. Al-Kahfi ayat 23–24: “Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan tentang sesuatu, ‘Aku pasti melakukannya besok,’ kecuali dengan mengatakan: ‘In Syaa Allaah’.” (QS. Al-Kahfi: 23–24)
Catatan: kata larangan pada ayat ini ditegaskan dengan nun ta’kiid: laa taqulanna (لا تقولن), menunjukkan larangan yang tegas.
Kisah Nabi Sulaiman AS. Nabi Sulaiman berkata: “Malam ini aku akan menggilir 100 istriku, dan masing-masing akan melahirkan seorang pejuang di jalan Allaah.”
Namun, beliau lupa mengucapkan In Syaa Allaah. Akibatnya, tak satu pun yang melahirkan, kecuali seorang istri yang melahirkan anak cacat.
Rasuulullaah SAW bersabda: “Seandainya beliau mengatakan In Syaa Allaah, maka ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya.” (HR. Bukhari no. 5242)
Pointers
1. Biasakan mengucapkan kalimat suci: Bismillaah, saat memulai sesuatu. In Syaa Allaah, saat merencanakan sesuatu. Alhamdulillaah, saat menyelesaikan sesuatu.
2. Jangan merasa kampungan atau malu mengucapkan: Bismillaah, In Syaa Allaah dan Alhamdulillaah di hadapan siapa pun. Ucapan ini justru mempermudah urusan kita, in syaa Allaah.
3. Boleh mengucapkan In Syaa Allaah untuk amalan yang sudah berlalu sebagai bentuk kerendahan hati.
Imam Ibnu Baz berkata: “Dalam ibadah tidak mengapa seseorang berkata: Saya sudah shalat, In Syaa Allaah; atau saya sudah puasa, In Syaa Allaah. Karena ia tidak tahu apakah sudah sempurna dan diterima atau tidak.”
4. Tidak semua hal harus diikuti dengan In Syaa Allaah.
Imam Ibnu Baz juga menjelaskan: “Untuk hal-hal yang tidak perlu menyebutkan kehendak Allah, seperti: Saya sudah membeli, In Syaa Allaah, ini tidak diperlukan.” (Majmu’ Fatawa, 5/403–404)
5. Ucapan In Syaa Allaah adalah sebuah janji.
Imam Al-Auza’i rahimahullah berkata:
“Berjanji dengan mengucapkan In Syaa Allaah, tetapi dalam hati berniat untuk tidak menepatinya, itu adalah kemunafikan.” (Jaami’ul Uluum wal Hikam, 2/482)
Penutup
Mari kita berdoa dengan doa yang diajarkan Rasuulullaah SAW:
“Ya Allaah, bimbinglah kami untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.”
اللهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
(Allahumma a’innaa ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika)