Dari Lembah Pegunungan Palolo Sigi Menyongsong Masa Depan

0
85
- Advertisement -

Catatan Fiam Mustamin

Kenangan di Palolo

Sekitar 30 tahun silam, saya mengunjungi sebuah daerah pegunungan yang berjarak kurang lebih 50 km dari Kota Palu. Daerah itu bernama Palolo, terkenal sebagai wilayah perkebunan kakao. Penduduknya terdiri dari warga asli suku Kaili, transmigran, serta suku-suku perantau seperti Bugis (dari Soppeng dan Bone) dan Toraja.

Masyarakat setempat umumnya bercocok tanam, mengelola kebun kakao, dan bertani sawah di dataran rendah.
Palolo menyimpan kenangan yang melekat di hati saya, seolah seperti lagu lama yang tak pernah bosan didengar.

Saya masih ingat, saat itu kami bertiga bersama seorang anak perempuan memulai perjalanan menuju Palolo. Kami menumpang mobil pengangkut hasil bumi, melewati jalan tanah berlumpur dan menyeberangi sungai yang belum memiliki jembatan. Kadang kala, kami harus turun untuk mendorong mobil yang terjebak lumpur.

Setelah menempuh perjalanan berjam-jam di antara perkebunan kakao, akhirnya kami tiba di pondok kebun milik sepupu saya, Hajjah Gama, yang tinggal bersama anak-anaknya. Di sana, pondok-pondok warga terpisah cukup jauh satu sama lain. Malam harinya, para tetangga berkumpul menyambut kami, saling berbagi cerita hingga larut malam yang dingin sambil membekukan minyak kelapa.

- Advertisement -

Keesokan paginya, kami disambut oleh suara alam: nyanyian burung, suara serangga, dan desiran angin dari pohon-pohon hutan — semuanya membentuk simfoni alam yang menyejukkan hati.

Palolo Kini dan Esok

Kini, saya hampir tak percaya bahwa perjalanan menuju Palolo bisa ditempuh hanya dalam waktu sekitar satu jam. Jalanan sudah mulus, dan sepanjang perjalanan tersaji panorama yang menakjubkan: hutan pegunungan, lembah persawahan, jurang yang dalam, dan rumah-rumah warga di tepi jalan. Dari kejauhan, bahkan terlihat gugusan rumah di perbukitan yang asri.

Palolo kini telah berkembang menjadi sebuah kecamatan dengan wilayah perbukitan di tengah pegunungan yang mengelilinginya. Suasana alamnya menjadikan Palolo sebagai tempat yang menyenangkan untuk bermukim.

Hutan-hutan di Palolo menyimpan potensi kayu berkualitas tinggi, yang dahulu pernah dieksploitasi pada masa pendudukan Jepang. Selain itu, terdapat pula potensi tambang emas yang hingga kini belum dikelola secara optimal oleh pemerintah maupun BUMN.

Jalur Palolo menuju Dongi-Dongi memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata alam, termasuk danau dan jalur transportasi alternatif menuju Poso, Morowali, dan Sulawesi Selatan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here